6

211 92 8
                                    


"Bang, ayo turun!" ujarku karena Bang Satya tidak berkutik sedikit pun sedangkan sekarang, kami sudah berada di depan pusat perbelajaan.

"Gak ah, gue males. Lo aja ya?" ujarnya sambil menutup kaca mobil.

"Nyebelin banget si punya abang kaya lo! " ucap ku mendengus kesal membiarkan Bang Satya begitu saja.

Setelah berbelanja, sekarang aku harus membawa barang segini banyaknya ke mobil?

Tiba- tiba ada seseorang yang berdeham padaku, siapa dia?

"Hai!" sapa pria itu tersenyum dan melambaikan tangan.

'Sepertinya aku tak mengenal orang ini, tapi kenapa ia menyapa ku?'

"Lo Luna kan yang semalam ada di klub?" tanyanya.

"Ko lo tau?" ucapku, karena memang aku tak mengingat apa yang ku lakukan saat aku minum.

"Kan semalem kita ngobrol bareng, masa lo lupa. Gue Radit."

Aku hanya tersenyum, karena rasanya ia tak berbincang sedikitpun dengan orang lain semalam.

"Sini gue bantu!" ujarnya menarik barang yang ku bawa.

"Makasih, gue bisa sendiri ko," ujarku karna memang aku tak pernah mengenalnya.

Tapi ia memaksa untuk membawa barang belanjaanku, tapi yasudah lah dari pada harus membawa barang sebanyak ini ke mobil.

Setelah ia membantuku membawa barang belanjaan ke dalam mobil.
"Makasih ya, udah di bawain.
" ucapku lalu pergi.

Sebelum aku pergi Radit lebih dulu menarik tangan ku. "Kapan- kapan kita ke klub bareng ya?!" Ajaknya.

Aku mencoba melepaskan tangannya dariku dan pergi dengan cepat.

"Kenapa dek, ko lo kaya ketakutan gitu?" tanya Bang Satya karna dia melihat gelagat ku yang ketakutan.

"Itu tadi ada cowo sksd banget, katanya semalem gua ngobrol bareng sama dia, tapi gua rasa semalem gua ga ngobrol sama siap- siapa." jelasku

"Mungkin karena kemaren lo mabuk jadi ga ingat kali kalo lo abis ngobrol sama dia," ujar Bang Satya .

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang