20

133 52 6
                                    

Sekarang aku memakai dress selutut berwarna pastel dengan rambut yang ku kepang, sementara Kevin memakai celana jeans selutut berwarna pastel dengan kemeja putihnya. Kami menyelusuri sepanjang tepi pantai dengan ombak yang menyambut kami dengan baik.

“Aduh Vin, aku takut item. Kalo aku item gimana?” ledek ku pada Kevin.

“Jangan lebay deh, ini udah jam 5 sore Al udah ga panas!” culasnya tetap menyelusuri pantai dengan menggandeng ku.

“Nanti kalo aku item gimana Vin?“ ujarku menekankan hal itu.

“Ya, gak papa!" dan Kevin tetap tidak memperdulikan perkataanku.

Kami melewati beberapa orang bule yang memakai pakaian yang kekurangan bahan, seperti mereka tidak punya pakaian yang lain saja.
“Vin, kalo aku berpenampilan kaya gitu gimana? Kamu ngebolehin aku kaya gitu?” tanya ku pada Kevin.

“Gak!" singkat padat dan jelas bukan.

“Kenapa?”

“Karena aku gaknsuka sama cewek yang berpenampilan kaya gitu,” jawabnya mengenai orang- orang tadi.

“Tapikan aku badgirl Vin dan kebanyakan badgirl itu suka berpenampilan kaya gitu, ko kamu suka sama cewe badgirl kaya aku?”

“Walaupun kamu badgirl, aku percaya kalo kamu masih punya moral yang baik!” jelasnya yang kini menuntun ku untuk menaiki sebuah perahu yang akan kita naiki.

“Kita mau kemana?” tanyaku bingung.

“Mau ke tengah pantai!” ujarnya santai.

Setelah beberapa menit menaiki perahu, kini kita tepat ditengah pantai melihat matahari terbenam, seraya matahari terbenam Kevin berbisik ditelinga ku” Tetep jadi cewek badgirl yang gak pernah berpakain seperti cewek tadi!” aku tersenyum mendengar hal itu.

Setelah perahu kami kembali ke dasar pantai, kini Kevin mengajak ku makan malam di pinggir pantai, menikmati suasana indahnya pantai di malam hari. Ombak pantai yang tinggi membuat angin laut menyerbu wajah ku dan menerbangkan rambut- rambut kecil ku.

Kalian pasti tahu kan? Bagimana rasanya makan dipinggir pantai itu rasanya romantiss banget, seperti di film-film. Dengan suasana pantai malam yang dingin, ditemani pemandangan ombak yang saling berkejar-kejaran. Tapi yang paling di takutin ku saat ini.

Takut tiba- tiba tsunami. Bayangkan saja lagi enak-enak makan terus di terpa tsunami, bisa langsung di jemput ajal.

Beralih dari itu sekarang apa yang akan di lakukan Kevin, dia malah pergi meninggalkan ku untuk menghampiri orang yang di sana.

Orang yang di sana?

Orang yang di sana itukan penyanyi cafe, yang aku dan Kevin tempati saat ini. Apa yang akan Kevin lakukan?

“Selamat malam semuanya, kita kedatangan tamu nih guyss. Katanya ada yang mau nyumbangin suaranya  buat malam ini. Untuk Aluna Geitarra silahkan naik ke atas panggung!” mendengar itu aku terkejut.

KEVIN! rasanya aku ingin meneriakan namanya saat ini juga sekencang yang ku bisa.

Kevin hanya terkekeh melihat wajah panik ku, ini sama sekali diluar dugaan. Apa yang akan ku nyanyikan malam ini?

Berusaha meredam emosi pada Kevin, kali ini ia harus berani
“Tunjukin Al, kalo lo bisa. Masa ia Kevin doang yang bisa nyanyi”.

Akhirnya aku memutuskan untuk naik ke atas panggung, sementara Kevin ingin turun dari panggung, aku menahannya untuk tetap menemani ku diatas panggung.

Gugup? Itu pasti, deman panggung? Itu tentu, ini kali pertamanya aku bernyanyi di depan orang banyak. Aku mengambil posisi untuk bernyanyi, kini aku memilih untuk bernyanyi sambil memainkan piano.

Saat aku melihat ke arah orang banyak, mereka menatap ku. Di sana? ada Bang Satya dan Ka Rina yang sedang tertawa melihat ku, sepertinya ini ulah Bang Satya dan Kevin untuk rencana malam ini.

Karena aku selalu menyembunyikan bakat ku untuk bermain piano disekolah, karena aku malas harus disuruh tampil ini itu disetiap acara, jadi aku lebih memilih untuk menutupi kemampuan ku.
Aku pun menarik napas yang panjang, dan mulai memainkan piano

Dia indah, Merentas gundah, Dia yang selama ini ku nanti, Membawa sejuk, Memanja rasa, Dia yang selalu ada untuk ku, Didekatnya, Aku lebih tenang, Bersamanya, Jalan lebih terang, oohh ohhh ohhh
Tetaplah bersamaku, Jadi teman hidupku, Berdua kita hadapi dunia, Kau milikku milikmu, Kita satukan tuju, Bersama arungi derasnya waktu, Kau miliku.

Semua orang bertepuk tangan atas penampilan ku tadi. Sekarang aku menghampiri Kevin dengan cuek, lihat wajah Kevin saat ini ia seperti ketakutan jika aku marah padanya.
“Gausah ketakutan gitu mukanya!” ujarku pergi menyelusuri tepi pantai.

“Al, kamu marah ya, Aluna maafin aku Al,” ujarnya mengejar ku.

Kini aku lari menuju pantai, menari- nari ke arah datangnya ombak sambil menyanyikan lagu yang ku nyanyikan tadi. Melihat itu Kevin cemas,
“Al, jangan jauh-jauh nanti kamu ke bawa ombak gimana?” teriaknya.

“Biarin,  aku kaya gini kan gara- gara kamu Vin!” teriak ku yang masih mendekati ombak.

“Okee, Al aku minta maaf. Kesini Al balikk ke sini!” teriaknya cemas.

“Gak mau, kejar aku dulu Vin!” teriak ku.

Seperti yang ku harapkan, kini Kevin mengejarku dan aku menyipratinya dengan air pantai membuat membalas perlakuanku. Ya, terjadi pertempuran air diantara kita. Hingga akhirnya ia memaksa menggendong ku ke tepian.

“Udah Al, udah cape!” ujarnya.

Aku hanya terkekeh, baru begitu saja ia sudah menyerah. Yasudahlah aku memutuskan untuk kembali ke hotel, karna jarak antara pantai dengan hotel tidak terlalu jauh jadi aku tetap berjalan menyelusuri pantai.

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang