Prolog

36.4K 2.1K 80
                                    

"Apa kabar, Ed?"

Suara sapaan itu terdengar tidak asing di telinga Ednan. Suaranya membawa kilas balik kenangan masa lalu yang telah terkubur begitu lama.

"Eveline?" Sahut Ednan tidak yakin.

Dia mungkin salah. Benar, Ednan pasti salah dengar. Bahkan dia pasti sudah lupa bagaimana suara wanita bernama Eveline itu. Karena memang sudah terlalu lama mereka tidak pernah saling berhubungan.

Terdengar senyum terulas dari seberang, "Kau masih mengingatku?" Ucapnya yang membuat Ednan mematung. Mata Ednan beralih menatap anak dan istrinya yang sedang bercengkrama.

"Untuk apa kau menghubungiku?" Ednan bertanya dengan tidak suka. Dia cukup mengenal wanita yang sedang menjadi lawan bicaranya saat ini. Dan sungguh, Ednan tidak ingin berurusan lebih jauh.

Terdengar helaan napas dari seberang, "Kau masih marah padaku?" Wanita bernama Eveline itu menjeda ucapannya. "Ini sudah begitu lama berlalu Ed. Sudah lebih dari lima belas tahun. Apa kau masih menyimpan dendam padaku?"

Diam, Ednan tidak memberikan reaksi apapun. Dia hanya mendengarkan wanita di seberang yang kembali bersuara. "Kita sudah sama-sama dewasa saat ini. Sangat dewasa malah. Bukankah sudah saatnya bagi kita untuk memperbaiki semuanya? Semua kesalahpahaman yang terjadi di antara kita. Kita harus berdamai," Eveline bersuara dengan lembut.

Ednan melirik Nata yang kini menatapnya. "Aku tidak ada waktu untuk membicarakan masalah yang sudah lama berlalu," ucap Ednan tajam. Lantas menutup panggilannya secara sepihak.

Senyumnya mengembang. Menatap Nata yang juga menatapnya. Perlahan Ednan membawa langkahnya. Mendekati anak istrinya yang sedang menyantap cemilan sembari mengamati api unggun.

Ednan mendudukkan tubuhnya, mengecup kening Nata sekilas. Lantas merangkul tubuh wanita itu.

"Mas berbicara dengan siapa?" Tanya Nata. Merasa aneh pada suaminya yang terlihat gelisah.

Ednan menggeleng kepalanya. Tersenyum sedikit kaku, "Hanya urusan pekerjaan," ucapnya yang dijawab anggukan oleh Nata.

Ednan kembali diam. Merasa aneh pada dirinya yang tiba-tiba berdusta pada istrinya. Sungguh, dia tidak mengerti kenapa dia harus berbohong pada Nata.

Diliriknya Nata yang tersenyum melihat polah kedua anaknya. Hati Ednan berdesir nyeri. Merasa bersalah pada Nata.

Maafkan aku Nata. Batinnya bersuara.

Hello The Pass ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang