Aku baik kan? 😂
--------------------------○°○--------------------------
Nata terus mengetuk pintu di depannya. "Javis," panggilnya lirih pada anak lelaki yang mengurung diri di kamarnya.
Nata menghela pelan, "Javis buka pintunya Sayang. Mama perlu bicara," ucapnya. Nata kembali mengetuk pintu di depannya. "Apa Kakak sudah tidak ingin bicara dengan Mama?" Masih tidak ada sahutan, meski Nata yakin Javis mendengarnya.
Lagi, Nata menghela napasnya. "Buka pintunya Sayang. Mama tidak pernah mengajarkan Kakak seperti ini. Apa Kakak mau menjadi anak yang tidak berbakti?" Tanya Nata lagi. Beberapa saat Nata menunggu, namun masih tidak ada respon.
"Baiklah jika Kakak membenci Mama. Mama akan pergi," ujarnya hingga suara kunci yang terbuka membuat senyum Nata terkulum.
Segera Nata membuka pintu yang masih tertutup di depannya. Matanya segera menangkap sosok pemuda yang melemparkan tubuhnya telengkup ke atas ranjang kelabu gelap miliknya.
Nata menutup kembali pintu di belakangnya. Menghampiri anak lelakinya. Lantas mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang. Dilihatnya Javis yang melengoskan pandangannya.
"Kakak marah sama Mama?" Lirihnya yang tidak mendapat jawaban.
Perlahan tangan Nata mengelus lembut kepala pemuda itu. "Mama tidak pernah mengajarkan Kakak untuk seperti ini. Apa Kakak membenci Mama?"
Nata dapat mendengar helaan napas pemuda itu, "Tidak," jawabnya ketus.
Senyum Nata terkulum, "Lalu?"
"Aku benci Papa."
Deg! Nata membeku dengan jawaban yang baru saja di dengarnya. Beberapa saat dia terdiam. Lantas kembali berucap, "Bangunlah," titahnya lembut.
Javis lantas mendudukkan badannya dengan malas. Duduk bersila dengan manik menatap ibunya.
Nata tersenyum lembut, meraih jemari pemuda itu ke dalam genggamannya. "Apa yang membuat Kakak membenci Papa?" Tanyanya, mengelus lembut tangan Javis dalam genggamnanya.
Javis terdiam sejenak. "Aku tahu Mama dan Papa ada masalah beberapa hari ini. Aku bisa melihat jika Papa seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Dan Mama juga merasakan hal yang sama, bukan?"
Pertanyaan Javis itu membuat Nata tercengang. Astaga jadi selama ini Javis pun merasakannya? Nata seharusnya tidak perlu terlalu terkejut, karena Javis memang anak yang istimewa.
"Aku merasa Papa cukup berubah akhir-akhir ini. Bahkan aku sampai meminta bantuan Ashton untuk menanyakannya pada Paman Calvin. Mungkin Paman Calvin mengetahui sesuatu. Tapi setelah aku mendengar percakapan kalian tadi, aku tahu Papa memang sudah berubah. Papa tidak lagi menyayangi kita seperti dulu. Aku tidak suka Papa membentak Mama. Aku benci Papa."
Nata benar-benar dibuat bungkam oleh penuturan Javis. Apakah dia benar-benar anak yang akan beranjak sebelas tahun? Mengapa pikirannya sudah sangat dewasa? Jujur sebagai seorang ibu Nata merasa menyesal. Javis seharusnya menikmati masa anak-anaknya. Bukan memusingkan masalah kedua orangtuanya.
Jemari Nata menangkup pipi tirus pemuda itu. Mengelus rahang kokohnya dengan lembut. "Dengarkan Mama. Papa sama sekali tidak berubah. Papa masih sama seperti dulu, masih menyayangi kita. Jika Papa menyembunyikan sesuatu pasti karena Papa memiliki alasan melakukannya. Dan untuk Papa membentak Mama, itu karena Papa tidak ingin Mama salah paham. Papa pasti tidak sengaja melakukannya." Nata berucap lembut.
Kembali diraihnya jemari pemuda yang masih menatapnya intens. "Mama tidak pernah mengajarkan Kakak untuk benci pada orangtua. Bagaimana pun yang Papa lakukan, Papa tetap orangtua yang akan selalu menyayangi keluarganya. Apa Kakak mau menjadi anak yang tidak berbakti karena melawan orangtua?"
![](https://img.wattpad.com/cover/154610196-288-k185729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello The Pass ✔
Romance[C O M P L E T E] [SEQUEL OF BECAUSE OUR BABY] "Apa kabar, Ed?" Mungkinkah sapaan dari masa lalu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Ednan? [11/09/'18] [02/10/'19]