BTW kemarin ada yang nangis di pojokan loh gara-gara banyak yang gak ngasih restu 😂
Upss... ada yang natap tajem *Javis balik ke kamar, banting pintu!* Jangan ngambek ntar aku cariin jodoh yang lain!
FYI: Karena banyak yang salah paham, disini aku mau kasih penjelasan bentar.
Disini emang Javis umurnya baru 11 tahun tapi dia udah SMP kelas 9 karena dia ikut axel. Dan untuk Cassie dia lebih tua dari Javis usianya 13 tahun dan sekarang kelas 8. Kalo yang masih SD si Ashton tuh *Upss
Tapi karena sekolah mereka berbentuk yayasan jadi masih satu ruang lingkup jadi sering ketemu.-----------------------○°○-----------------------
Ednan menghentikan mobilnya, segera dia turun. Melangkah menghapiri toko roti yang sudah terlihat ramai meski jam baru menunjukkan pukul sebelas siang. Ednan menghela, melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam."Selamat datang," sapaan seseorang yang sangat Ednan kenal menyambutnya. Maniknya segera menatap wanita yang kini terlihat terkejut di balik meja kasir. Perlahan Ednan semakin membawa langkahnya mendekat, menanggapi beberapa sapaan pegawai yang mengenalinya. Dia semakin menghampiri wanita yang hanya diam. Berdiri tepat di balik meja kasir di depan Nata.
"Mas?" Cicit Nata, cukup terkejut melihat lelaki yang sudah beberapa hari ini tidak ditemuinya.
"Ada yang ingin aku bicarakan," ucap Ednan, masih dengan senyumnya yang terkulum.
Beberapa saat Nata masih terdiam. Hingga akhirnya dia meminta salah satu pegawainya untuk menggantikan posisinya. Lantas dia melangkah menaiki tangga diikuti dengan Ednan yang melangkah di belakangnya menuju lantai atas, tempat di mana Nata dan anak-anaknya tinggal.
Mereka berdua berdiri di ruang tamu, masih dengan Nata yang memunggungi lelaki itu. Sejenak Nata mengatur perasaannya yang kembali nyeri, lantas berbalik menghadap lelaki yang sangat dicintainya. Beradu tatap dengan manik biru yang ada di depannya.
Ednan menghela, melangkah lebih dekat ke arah Nata. "Maafkan aku, Sayang. Aku tahu aku salah selama ini, aku selalu menuruti egoku. Aku memaksamu untuk mendengarkan apa yang aku katakan padahal aku sendiri tidak pernah mendengarkanmu," lelaki itu berucap, membuka percakapan serius di antara keduanya.
Nata masih diam, ditatapnya lelaki yang kini meraih jemarinya. "Tapi sungguh, perlu aku katakan berapa kali lagi. Aku benar-benar tidak memiliki hubungan apapun dengan Eveline, kami hanya sebatas teman itu saja. Aku memang pernah memiliki perasaan padanya, tapi itu sudah sangat lama. Saat ini aku hanya ingin bersamamu. Mencintaimu. Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu bersama? Membesarkan anak-anak kita dengan cinta? Kumohon kembalilah, sayang," pinta Ednan, terdengar begitu bersungguh-sungguh.
Nata menatap lekat api biru yang ada di hadapannya. Menemukan secercah kesungguhan di dalamnya. Nata merindukannya. Dia rindu keluarga kecilnya, namun apakah benar Ednan bersungguh-sungguh? Kenapa ada rasa takut di dalam dirinya?
"Mas, ak-"
"Mama, Paman Ben menunggu di luar!" Teriakan seorang anak kecil menghentikan ucapan Nata. Kedua orang itu beralih pada gadis mungil yang tergesa menaiki tangga, hingga dia tiba di ujung. Maniknya membulat menatap Papanya yang berdiri di sana.
"Papa!" Teriaknya, segera dia berhambur ke arah Ednan yang tersenyum lebar menyambutnya. Membawa gadis kecilnya ke dalam gendongan.
"Hei, apa kabar Princess?" Tanya Ednan menghujani wajah Becky dengan kecupan.
"Becky kangen Papa," oceh bocah itu dalam ceruk leher Ednan. Membuat lelaki itu terkekeh.
Rasanya membahagiakan, Ednan mengusap punggung gadis kecilnya. "Papa juga kangen, Becky," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello The Pass ✔
Roman d'amour[C O M P L E T E] [SEQUEL OF BECAUSE OUR BABY] "Apa kabar, Ed?" Mungkinkah sapaan dari masa lalu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Ednan? [11/09/'18] [02/10/'19]