27 | Bencana Ulang Tahun

21.9K 1.3K 82
                                    

Senyum terlihat enggan untuk lekang dari wajah tampan Ednan. Sungguh, hatinya begitu bahagia. Hari ini adalah ulang tahun Javis yang ketiga belas tahun. Juga merupakan hari di mana Ednan bisa kembali berkumpul dengan istri juga anaknya.

Ya, mereka sepakat untuk merayakannya bersama di sebuah restoran Italia. Saat ini Ednan sengaja memesan private room. Mendekornya cukup simpel, karena Ednan sangat paham bagaimana selera anak lelakinya itu. Dia pasti hanya akan mendengus penuh ejek saat melihat dekor yang berlebihan.

Terdengar suara ponsel dari saku jas mengalihkan atensi Ednan. Lelaki itu mengambil benda persegi yang meronta memanggilnya. Namun saat menatap nama yang tertera di layar membuat senyum Ednan leyap seketika.

"Sialan kau, Ed!" Pekikkan yang begitu keras itu menyambut telinga Ednan.

Lelaki itu lantas segera menjauhkan ponselnya. Mengernyit sejenak sebelum kembali membawanya ke telinga. Sungguh, telinganya terasa berdengung saat ini.

"Bagaimana kau senang dengan kado yang aku berikan?" Ednan berucap lembut, sangat ketara nada ejekan di dalamnya.

"Teganya kau melakukan semua ini padaku!" Seru wanita itu lagi dari seberang.

Senyum Ednan mengembang, menghela napas sejenak. "Tidakkah kau sudah merenungi perbuatanmu selama ini? Apa kau masih tidak sadar dengan yang kau lakukan?" Kembali Ednan menghela dramatis. "Sudah aku katakan, aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan negara ini," ucapnya penuh penekanan.

"Bukankah kau sendiri yang menginginkan untuk tinggal? Maka dengan senang hati aku akan mengabulkannya," lanjutnya.

Napas Eveline memburu, "Sialan kau Ed, sialan! Aku bersumpah akan membuatmu merasakan neraka yang sesungguhnya!"

Ednan tergelak, "Eve, apa kau masih tidak mengerti? Jika aku harus ke neraka maka dengan senang hati aku akan membawamu ikut bersamaku." Kembali Ednan menekankan ucapannya, matanya mengkilap tajam.

Terdengar dengusan pelan dari seberang. "Kau yang memilihnya, Ed. Kalau begitu ayo kita ke neraka bersama," ucap Eveline tajam. Lantas memutus sambungan telfon secara sepihak.

Kening Ednan mengernyit, menatap layar ponsel yang masih menyala meski panggilan telah berakhir. Wanita itu mengancamnya? Bukankah Eveline seharusnya menyadari kesalahannya? Mungkin saja Ednan akan berbaik hati melepaskannya jika wanita itu bersedia mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada Nata. Namun sepertinya wanita itu ingin kembali bermain-main dengannya.

Ednan mendesah pelan. Dadanya selalu saja merasakan sesak yang luar biasa kala mengingat kembali kebodohan yang selalu dia lakukan. Dia selalu menyakiti Nata dan berapa kali pun Ednan menyakitinya, wanita itu dengan kebaikannya memaafkan Ednan. Sungguh, Ednan akan menebus semuanya. Ednan berjanji, mulai saat ini dan selamanya Ednan akan mengabdikan hidupnya untuk Nata, untuk keluarganya.

Di dalam mobil yang terparkir di tepi jalan sepi, seorang wanita menatap nyalang mobil lain di arah seberang. Napasnya memburu dengan jemari mencekam erat ponsel yang masih di genggamannya.

Senyum menakutkan mengembang di sudut bibirnya. "Semua karena wanita sialan itu!" Ucapnya penuh penekanan. Matanya mengkilap tajam menatap lurus seorang wanita cantik yang kini masuk ke dalam Audi yang terparkir di seberang.

"Kau menyuruhku untuk ke neraka Ed. Namun akan tidak adil bukan jika aku pergi sendiri. Maka dengan senang hati aku akan membawa wanita sialan itu ikut bersamaku." Senyum penuh dendam semakin merekah, membuat wajahnya semakin merah padam. "Bukankah sudah saatnya kita ke neraka bersama... Nata?" Tanyanya seperti sebuah janji pada kegelapan.

Lantas Eveline mulai melajukan mobilnya. Menyusul Audi hitam yang beberapa saat berlalu.

***

Suasana di dalam mobil itu terdengar begitu ramai seperti biasa. Suara berisik gadis kecil yang terus berceloteh menemani perjalanan mereka saat ini. Siapa lagi jika bukan si cantik Becky. Gadis bermanik biru dengan rambut pirang, begitu cantik bak boneka.

Hello The Pass ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang