[C O M P L E T E]
[SEQUEL OF BECAUSE OUR BABY]
"Apa kabar, Ed?"
Mungkinkah sapaan dari masa lalu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Ednan?
[11/09/'18]
[02/10/'19]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tubuh Ednan masih bersimpuh di depan ruang operasi. Maniknya lurus menatap jemarinya yang penuh darah. Apa yang sebenarnya terjadi? Semua ini tidak nyata, bukan? Ini pasti hanya mimpi buruk. Ednan mohon bangunkan dia, dia tidak ingin tinggal di mimpi buruk ini. Dia tidak sanggup.
Ednan terdiam. Dirinya seperti orang linglung saat ini. Air mata yang tadi mengalir deras, sekarang tidak lagi terlihat. Hanya bekasnya yang menyisakan garis berkilau di pipinya.
Ricky memejamkan matanya. Hatinya ikut merasa hancur menatap punggung sahabatnya yang membungkuk. Ini pasti sangat menyakitinya, luar biasa. Lihatlah bagaimana tubuh kokoh itu hancur. Menunggu kemungkinan-kemungkin yang tidak pasti untuk seluruh anggota keluarganya yang sedang bertarung dengan maut, pasti sangat menyesakkan.
"Ed," panggilan lirih itu tidak mengalihkan atensi Ednan.
Ricky menghela, berjongkok di dekat sahabatnya. Ditatapnya Ednan yang tampak kosong. Seluruh jiwanya seakan pergi dari raganya. Ricky memejamkan matanya tidak mampu membayangkan, bagaimana hancurnya Ednan saat ini.
"Rick, katakan padaku jika ini hanya mimpi?" Ednan berucap lirih, maniknya menengadah menatap manik gelap milik Ricky. Sungguh tatapannya terlihat begitu tersiksa menyesakkan sampai ke relung hati Ricky. "Tidak mungkin Javis, Becky, Nata-" suaranya tertelan begitu saja. Isakan pelan mulai kembali menyiksa lelaki itu. Menghujam jantungnya bertubi-tubi. Ednan mengerang, air mata kembali luruh dengan derasnya.
Ricky tidak mampu, tanpa sadar air matanya ikut luruh. Bagaimana pun Nata dan anak-anaknya sudah seperti keluarganya sendiri. Bagi Ricky ini begitu menyakitkan, lantas bagaimana perasaan Ednan? Pastilah berkali lipat lebih menyesakkan.
Perlahan telapaknya terangkat. Menepuk pelan pundak Ednan yang bergetar. Hanya ini yang mampu Ricky lakukan untuk sahabatnya. Sungguh, jika keajaiban itu ada, dia sangat berharap keajaiban itu akan terjadi saat ini.
Seluruh keluarga kini terlihat sudah berkumpul. Mama, Aryo, Dini, juga Ibu Nata. Semuanya memiliki raut yang sama, antara kesedihan dan ketakutan. Mereka terlihat was-was. Berbeda dengan Lina -Istri Robbin-, wanita itu terlihat menangis tersedu. Dokter sudah menyatakan jika kondisi lelaki itu tengah kritis. Ibu Nata kini sedang menenangkan wanita itu, meski perasaannya sendiri tidak menentu.
Ednan masih tertunduk. Badannya begitu lemas bahkan hanya untuk sekedar mengangkat kepalanya. Sungguh dunia seakan runtuh di depan matanya. Bagaimana hari bahagia yang dia harapkan berakhir seperti ini.
Kau yang memilihnya, Ed. Kalau begitu ayo kita ke neraka bersama.
Eveline?
Kata-kata Eveline tiba-tiba saja melintas di pikirannya. Manik Ednan melebar, napasnya tercekat begitu saja. Ednan yakin semua ini pasti ada hubungannya dengan wanita itu.