06 | Kekacauan

15.8K 1.1K 39
                                    

Nata menyeruput cokelat miliknya. Menghela sejenak napasnya, sembari mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Menatap orang-orang yang tampak sibuk dengan dunianya masing-masing.

Tring!

Suara bel di atas pintu mengalihkan pandangan Nata. Senyumnya merekah menatap seorang wanita cantik yang menghampirinya dengan senyum lebar.

"Maaf membuatmu menunggu lama," sesalnya. Setelah memberikan kecupan di pipi kanan kiri, wanita itu mendudukkan bokongnya di depan Nata.

Senyum Nata merekah, "Aku juga belum lama tiba," jawabnya.

Ditatapnya wanita di hadapannya yang terlihat memanggil pelayan. "Kau ingin memasan sesuatu?" Tanya yang dijawab gelengan oleh Nata.

"Aku sudah memesan. Mungkin nanti saja." Wanita itu mengangguk lantas mengatakan pesanannya. Setelah pelayan itu pergi, wanita itu kembali beralih pada Nata.

"Kau terlihat sangat sibuk Sienna," ucap Nata terdengar setengah meledek. Lantas menyeruput cokelatnya.

Sienna menghela napasnya, "Kau tahu sendiri aku harus mengurus tiga bayi besar di rumah. Mereka semua benar-benar membuatku hampir gila rasanya."

Nata terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu. "Apa mereka separah itu?"

Sienna menghela napas kasar. "Kau seperti tidak tahu Calvin bagaimana. Dia dan anak-anak sama sekali tidak ada bedanya. Terkadang aku sampai bingung bagaimana mungkin mereka bisa sama persis. Mulai dari manjanya, keras kepalanya, menyebalkannya. Oh astaga kepalaku sampai pusing memikirkannya," celoteh Sienna membuat kekehan Nata semakin melebar.

"Aku lebih suka anak-anak bertingkah seperti itu. Lihat saja Javis, terkadang aku bingung berapa usianya. Dia benar-benar dewasa diusia yang bisa dibilang masih anak-anak. Itu membuatku cukup menyesal," balas Nata.

Sienna mengangguk kecil, "Kau benar Javis memang terlihat seperti dia benar-benar sudah dewasa," jawab Sienna.

Lantas keduanya kembali memulai obrolan, membicarakan topik apa saja. Bahkan tak jarang saling menggosipkan anggota keluarga masing-masing. Berbagi pengetahuan tentang bagaimana mengurus keluarga. Mereka hanya berusaha menghabiskan waktu tanpa memusingkan urusan rumah tangga. Menghilangkan sedikit beban yang mereka pikul setiap harinya.

Sienna menghentikan gelaknya, menyeruput teh lemon miliknya. "Oh ya, apa kau ingin membuka toko lagi?"

Pertanyaan Sienna itu seketika membuat kening Nata mengkerut. "Tidak. Ada apa?" Jawabnya.

"Benarkah?" Tanya Sienna lagi, yang dijawab gumaman yakin dari Nata. Sienna terdiam sesaat, membuat Nata semakin menunggu wanita itu melanjutkan kata-katanya. "Derril bilang Ednan mengajukan sewa untuk salah satu stand. Jadi itu bukan untukmu?"

Nata diam sesaat, lantas menggeleng pelan. Pikirannya seketika melayang. Mungkinkah?

Helaan napas meluncur mulus dari bibirnya. Ada sedikit rasa tidak rela, bukan karena Ednan membantu temannya. Namun lebih kepada wanita itu yang Nata masih curigai.

***

Javis melangkahkan kakinya. Setelah Ashton kembali ke kelasnya dia pun juga memilih pergi. Perpustakaan memang cocok untuk tempat tidur, namun saat ini dia sedang tidak bisa untuk tidur nyenyak.

Kaki jenjangnya terus melangkah, hingga dia tiba disebuah ruangan. Kakinya berhenti sejenak, menggeser pintu di depannya. Lantas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

Manik birunya menelisik. Ruang musik. Ditatapnya sebuah piano besar yang ada di pojok ruangan. Langkahnya semakin mendekat, mendudukkan bokongnya di sana.

Hello The Pass ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang