Ednan memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Ini membingungkan. Dia sungguh tidak menyangka reaksi Eveline akan jauh berbeda dari ekspektasinya.
Tatapan mata itu, sungguh Ednan belum pernah melihatnya. Baru kali ini Ednan melihat pancaran mata yang begitu memilukan muncul dari wanita seperti Eveline.
Ednan yang hendak membuka pintu di depannya mengurungkan gerakannya. Badannya kembali berputar pada wanita yang beberapa saat lalu memanggilnya.
Senyumnya mengulum miris, "Kumohon jangan terlalu membenciku, Ed. Aku pun korban sama sepertimu," tuturnya yang membuat Ednan bungkam.
Sebenarnya apa yang terjadi pada wanita itu? Dan... apa maksud kata-katanya?
Ednan mengusap kasar wajah tampannya. Menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dengan sedikit kasar. Mengapa dia merasa seperti ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh Eveline. Benarkah memang terjadi sesuatu yang Ednan tidak tahu?
Ednan memejamkan matanya, memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Ednan bingung, apa lagi yang akan terjadi dalam hidupnya.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan di pintu mengalihkan pandangan Ednan. Lelaki itu menolehkan kepalanya pada pintu ruang kerjanya, memunculkan kepala Becky yang mengintip dari pintu yang masih terbuka sedikit. Di sana gadis kecil itu tersenyum dengan mata berbinarnya.
Senyum Ednan merekah, "Masuklah, Princess," perintahnya sembari beranjak dari duduknya.
Tanpa menunggu perintah kedua, Becky segera membuka pintu lebar-lebar. Setengah berlari menghampiri Ednan. Segera gadis manis itu menyambut rentangan Ednan yang langsung membawanya dalam gendongan.
"Ada apa Princess?" Tanya Ednan, mengecup gemas pipi gembil gadis manisnya.
Becky terkikik geli, tangannya memeluk erat leher ayahnya. Lantas mata birunya bertemu pandang dengan manik serupa dengan miliknya.
"Mama bilang sudah waktunya makan malam," ucapnya begitu lucu. Kembali Ednan mengecupi wajah Becky, dia sungguh tidak tahan dengan wajah menggemaskan putri kecilnya ini.
"Baiklah. Ayo kita temui Mama," tutur Ednan yang dijawab anggukan oleh Becky. Segera lelaki itu melangkah meninggalkan ruang kerjanya dengan Becky yang masih terkikik di gendongannya.
***
Ednan menyuapkan makan malamnya. Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya bahkan tak jarang dia terkekeh. Bagaimana mungkin dia tidak tertawa melihat bagaimana menggemaskannya putri kecilnya yang sedang sibuk bercerita.
Mulut yang penuh nasi membuat bibir mungil Becky mengerucut dengan lucu. Belum lagi gesturnya yang menjelaskan dengan semangat. Ditambah lagi pipi tembam dan hidung mungilnya yang memerah. Sangat menggemaskan.
Mata Ednan beralih pada anak lelakinya yang hanya sibuk menikmati hidangannya. Sama sekali tidak membuka suara sejak tadi.
Kening Ednan mengkerut, "Ada apa Boy?"
Pertanyaan Ednan membuat sepasang manik meneduhkan Nata menoleh padanya sejenak, sebelum pandangannya beralih pada Javis yang kini memgangkat pandangannya. Kening Nata ikut mengkerut, melihat bagaimana wajah tampan Javis tampak murung.
"Terjadi sesuatu di sekolah?" Lagi Ednan bertanya.
Javis diam sejenak sebelum akhirnya dia menggeleng lemah dengan kepala kembali tertunduk.
Ednan dan Nata saling bertatap sejenak. "Temui Papa jika kau siap untuk cerita. Sepertinya ada masalah yang harus diselesaikan antar laki-laki," ucap Ednan lembut, lantas lelaki itu meneguk air yang ada di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello The Pass ✔
Romance[C O M P L E T E] [SEQUEL OF BECAUSE OUR BABY] "Apa kabar, Ed?" Mungkinkah sapaan dari masa lalu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Ednan? [11/09/'18] [02/10/'19]