Gadis cantik dengan manik kehijauan itu terus membawa langkahnya. Menaiki anak tangga hingga membawanya menuju atap bagungan yang menjadi pijakannya. Helaan napasnya berhembus kasar, membawa langkahnya untuk semakin menuju ketepi. Angin yang berhembus terasa membelai pipi meronanya, membuat beberapa helaian rambutnya untuk menari dengan bebas. Begitu menyegarkan.
Gadis itu menumpu tubuhnya pada pagar besi di depannya. Menutup sejenak manik kehijauan miliknya. Beberapa saat seperti itu hingga dia kembali membuka kedua matanya. Gadis itu mulai beranjak, namun gerakannya terhenti saat maniknya menatap seseorang yang tertidur di kursi yang tidak jauh dari tempatnya. Perlahan kakinya melangkah, mendekati sosok yang tertidur dengan tangan bersedekap.
Dia berhenti tepat di samping kursi. Matanya menilisik menatap pemuda yang tertidur dengan sebuah buku yang menutup wajahnya. Pelan, gadis itu mengangkat buku yang menghelangi akses matanya. Hingga sesosok wajah tampan dengan gurat sempurna tergambar jelas di maniknya. Dia tampan, sangat.
Beberapa saat gadis itu diam. Tidak berniat mengganggu tidur pemuda di depannya, dia kembali membalikkan tubuhnya. Namun gerakannya tak kalah cepat dengan sebuah tangan yang kini mencekal lengannya membuatnya berjingkat begitu terkejut.
Pandangannya kembali beralih menatap pemuda yang kini menatapnya tajam. Sejenak gadis itu terpukau, bagaimana manik biru sebiru lautan itu terasa menenggelamkannya. Begitu memabukkan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya, suara terdengar serak.
Gadis itu menerjab beberapa kali, "A-aku?" Gugupnya. Tidak ada sahutan, hanya tatapan mata tajam yang menusuk ke jantungnya. "Maaf sudah mengganggu tidurmu," ucap gadis itu lirih.
Pemuda itu melepaskan cekalannya. Menghela napasnya sejenak, lantas mendudukkan tubuhnya. Berdecih pelan, "Aku sudah lari ke atap tapi kalian masih bisa menemukanku," gumamnya pelan. Masih dapat terdengar gadis di depannya, bahkan gadis itu kini sudah mengerutkan keningnya, tidak paham situasi.
Pemuda itu mendongak, menatap gadis yang berdiri di depannya. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Katakan apa yang kau inginkan. Aku tidak punya banyak waktu, aku harus melanjutkan tidur siangku."
Gadis itu terdiam. Keningnya berkerut dengan pandangan super bingung. Sungguh, dia tidak mengerti apa yang sedari tadi diocehkan oleh pemuda tampan di depannya ini.
Pemuda itu mulai geram, ditatapnya penuh penilaian gadis di depannya. Tunggu? pikirnya. Keningnya berkerut penuh pemikiran. Dia tidak pernah melihat gadis secantik ini ada di dalam klub fans-nya.
"Aku tidak pernah melihatmu di antara penggemarku. Apa kau fans baru?" Tanyanya. Maniknya terus menelisik penampilan gadis cantik di hadapannya.
Rahang gadis itu terjatuh tidak percaya. Apa yang pemuda ini katakan, penggemar? Oh astaga, dia tahu pemuda ini tampan. Tapi dia benar-benar tidak berpikir untuk menjadi penggemarnya. Besar kepala sekali dia.
Gadis itu melemparkan buku di tangannya ke arah pemuda itu, membuatnya cukup terkejut. "Kau pikir kau setampan itu hingga aku mau menjadi penggemarmu?!" Cacinya sebelum meninggalkan pemuda itu dengan kesal.
Pemuda yang tak lain adalah sang pemilik manik biru, Javis, hanya mengkerutkan keningnya. Mengapa gadis itu harus marah? Apa Javis salah jika dia bertanya?
Pemuda itu menghela pelan. Semua gadis memang membingungkan, Javis tidak paham dengan jalan pikiran mereka. Lantas dia kembali merebahkan tubuhnya dan meletakkan bukunya sebagai penutup wajah. Mulai kembali merangkai mimpinya yang sempat terganggu.
***
Nata terdiam. Pikirannya terus melayang pada kejadian beberapa saat lalu. Keningnya mengernyit, dia seperti pernah melihat wanita itu. Tapi Nata benar-bebar tidak mengingatnya dan ada urusan apa suaminya dengan wanita itu. Tanpa sadar Nata menghela napas pelan. Inikah yang Ednan sembunyikan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello The Pass ✔
Romance[C O M P L E T E] [SEQUEL OF BECAUSE OUR BABY] "Apa kabar, Ed?" Mungkinkah sapaan dari masa lalu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Ednan? [11/09/'18] [02/10/'19]