23 | Bintang Tersembunyi

22.7K 1.5K 161
                                    

Calvin menutup pintu di belakangnya. Keningnya berkerut penuh pemikiran. Segera dia merogoh ponsel miliknya, menekan layar benda persegi itu beberapa saat lantas membawanya ke telinga. Calvin menunghu beberapa saat, mengangkat sebelah tangannya berkacak pinggang. Sungguh, siapa saja pasti tahu jika raut wajah Calvin sedang menunjukkan ekspresi yang tidak baik saat ini.

Pikirannya melayang, menunggu seseorang menjawab panggilanya dari seberang. Beberapa saat Calvin menunggu dengan gelisah, hingga penantiannya akhirnya terjawab. Sapaan yang terdengar sopan menyapa pendengarannya.

"Nata datang ke sana?" Tanyanya to the point, mengabaikan sapaan sang penelpon di seberang.

"Bu Nata belum datang kemari, Tuan," ucapnya, nadanya terdengar sedikit bingung atas pertanyaan Calvin yang tiba-tiba.

Setelah mendengar jawaban lawan bicaranya Calvin segera mengakhiri panggilannya. Dia hanya perlu memastikan jika Nata memang tidak ada di sana. Kening Calvin berkerut penuh pemikiran. Jika Nata tidak ada di tempat persembunyian yang dia siapkan, lalu di mana wanita itu berada?

Helaan napas berhembus dari bibir tipisnya. Memijit pangkal hidungnya yang terasa nyeri. Calvin membawa langkahnya, mendudukkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Siapa orang yang kira-kira membantu Nata kali ini?

Ricky?

Calvin menggeleng pelan. Tidak mungkin! Calvin sangat yakin lelaki itu pun tidak tahu menahu di mana Nata pergi jika melihat ekspresinya tadi. Lalu siapa? Calvin tahu Nata tidak memiliki banyak teman yang memiliki kekuasaan untuk dapat menghilangkan jejaknya dari pencarian Ednan.

Mungkinkah Devan?

Segera Calvin menghubungi sahabat yang entah kenapa susah sekali untuk dihubungi akhir-akhir ini. Beberapa saat Calvin menunggu, hingga suara serak yang Calvin yakin jika lawan bicaranya baru saja bangun tidur, menyapa pendengaran.

"Ada apa?" Tanya Devan tanpa salam pembuka.

"Apa Nata menghubungimu?"

Diam sesaat, terdengar suara krasak-krusuk dari seberang. Hingga suara yang terdengar benar-benar sadar sepenuhnya menyahut. "Nata? Dia tidak menghubungiku. Apa terjadi sesuatu?" Devan balik bertanya, nadanya terdengar cemas.

Lagi, Calvin menghela. "Nata pergi dari rumah dan aku tidak tahu dia di mana sekarang." Calvin menjeda, memijit pangkal hidungnya sesaat. "Nata meminta bantuanku untuk membantunya pergi. Jadi aku menyiapkan tempat persembunyian beberapa hari yang lalu, tapi sepertinya dia tidak ada di sana. Dan sekarang aku tidak tahu dia ada di mana. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya."

Helaan Devan beralun pelan, "Dia pasti baik-baik saja. Kau tenang saja, aku akan membantu mencarinya," jawab Devan.

"Terimakasih Dev," Calvin menjeda, menegakkan tubuhnya menatap lurus ke depan. "Dan jangan sampai Ednan tahu jika kita juga tidak mengetahui di mana Nata. Aku ingin dia merasakan akibat dari perbuatannya. Dia sungguh pantas untuk mendapatkan semua ini," Calvin berucap dingin, lantas panggilan mereka berakhir setelah Devan menyanggupi.

Calvin terdiam, pikirannya masih berkelana tentang di mana Nata saat ini. Dia merasa cukup bertanggung jawab atas kejadian ini, karena sebagai sahabat Calvin merasa gagal untuk menjadi orang yang bisa diandalkan. Maniknya bergerak cepat saat mendengar pintu yang terbuka tiba-tiba. Dilihatnya kekasih hatinya yang melangkah menghampiri, menatap dengan teduh suaminya yang terlihat sendu.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya lantas berdiri tepat di hadapan kursi lelaki itu. Membiarkan Calvin yang langsung menubruk perut ratanya.

Calvin menghela, "Nata pergi dari rumahnya dan aku tidak tahu dia ada di mana. Aku benar-benar merasa gagal menjadi sahabatnya," ujar lelaki itu pelan.

Hello The Pass ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang