Pintu yang terbuka membuat pandangan Nata beralih. Segera bangkit dari kursinya, menghampiri Ednan yang terlihat begitu lelah setelah pulang kerja.
"Mas mau langsung mandi?" Tanyanya meraih tas kerja suaminya, dan meletakkan pada tempatnya.
Ednan menghela kasar, melemparkan tubuhnya yang masih terbalut setelan jas lengkap telengkup ke atas ranjang. "Biarkan aku istirahat sebentar. Aku terlalu lelah," jawabnya lemas. Lelaki itu semakin memposisikan tubuhnya, memeluk bantal miliknya.
Senyum Nata merekah perlahan. "Baiklah. Aku akan menemui Becky. Panggil aku jika Mas sudah ingin mandi," ucap Nata yang dijawab gumaman dari lelaki itu.
Setelah mendengar suara pintu yang tertutup Ednan kembali membuka matanya. Merenung sejenak, sebelum membalikkan tubuhnya. Menatap penuh pemikiran langit-langit di atasnya.
Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Kenapa semua terasa sangat mengganggu?
Ednan mendesah panjang. Mengangkat sebelah lengannya, dan menyembunyikan wajahnya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Nata. Rasanya terlalu berat untuk bertemu istrinya.
Ednan memejamkan matanya. Berharap bebannya akan segera berkurang setelah dia membuka matanya lagi nanti.
***
"Mas," panggilan pelan itu mengganggu tidur Ednan.
Matanya bergerak tidak suka untuk lepas dari mimpinya.
"Bangun. Sudah waktunya makan malam." Suara yang terdengar lembut itu kembali mengusik Ednan yang masih bergumul dengan alam bawah sadarnya. Perlahan manik birunya terbuka menatap wajah cantik yang tersenyum ke arahnya.
Chu
Sebuah kecupan lembut mendarat di pipinya, "Aku sudah menyiapkan air hangat. Mas mandilah dulu. Aku dan anak-anak akan menunggu di meja makan," ucap Nata lantas beranjak meninggalkan Ednan yang hanya menjawab gumaman.
Lelaki itu menggeliat pelan lantas beranjak dari tidur nyamannya.
***
Acara makan malam keluarga Nata berjalan seperti biasa. Terlihat hangat dengan ocehan Becky yang mengundang tawa semua orang. Namun, ada sesuatu yang terlihat tidak biasa. Ednan, lelaki itu terlihat murung dengan nasi yang hanya dia acak-acak tanpa selera. Pikirannya melayang entah kemana. Hingga sebuah genggaman lembut mengembalikan kesadarannya.
Pandangannya bertatap dengan manik meneduhkan milik Nata. Wanita itu diam sesaat, mengusap lembut tangan Ednan dengan jempolnya. Seperti tengah memberikan kekuatan pada lelaki itu.
Ednan menghela pelan. Lantas tersenyum setelahnya. Ini terasa tidak baik. Akankah ini awal untuk ujian keharmonisan keluarga mereka?
Nata merekahkan senyumnya, "Mau kubuat sesuatu yang lain? Mungkin teh lemon bisa sedikit membantu," tawarnya.
Ednan menggeleng pelan. "Tidak perlu, Nata. Aku tidak apa-apa," balasnya yang dijawab anggukan wanita itu.
Nata menarik tangannya. Kembali pada makan malamnya. Ednan kembali terdiam, matanya terus menatap Nata yang kini terlihat membantu Becky dengan makanannya.
Apa yang dia lakukan sekarang? Kenapa semua terasa janggal?
Tanpa dua orang itu sadari, dari kursi lainnya sepasang mata mengawasi mereka. Menatap Ednan dan Nata bergantian dengan keningnya yang berkerut. Ada apa dengan kedua orangtuanya? Apakah benar terjadi sesuatu? Itulah yang terus berputar di benak bocah yang baru beranjak remaja itu.
***
Nata menghentikan kakinya, mengetuk pintu di hadapannya sejenak. Lantas membukanya santai setelah meminta izin pada sang empu yang ada di dalam. Langkahnya semakin masuk, menghampiri lelaki yang sibuk dengan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello The Pass ✔
Romance[C O M P L E T E] [SEQUEL OF BECAUSE OUR BABY] "Apa kabar, Ed?" Mungkinkah sapaan dari masa lalu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Ednan? [11/09/'18] [02/10/'19]