14. Lakukan

45.2K 2.8K 149
                                    

Black telah kembali dan membawa sebuah kejutan bagi team Abjad. Dia meminta semua team bersiap untuk menghadapi final dari misi mereka. Akhirnya, mereka akan berperang melawan musuh yang sesungguhnya. Musuh yang memakai sebuah sekolah terhormat sebagai kedok dan tempat persembunyian.

"Kita nggak sendirian, Team Minor akan membantu kita kali ini," beritahu Black.

Bila Team Minor dikerahkan, itu artinya mereka akan melawan teroris, bukan hanya gembong narkoba. Karena Team Minor ada dan didirikan untuk menumpas para teroris yang memakai topeng manusia.

"Jadi berarti, bukan narkoba yang menjadi transaksi Ilegal mereka?" Tanya Starla.

Black mengangguk. "Mereka melakukan Transaksi perdagangan manusia."

Starla dan kawan-kawan seketika tersentak mendengar itu.

"Pantes, selama gue di sana, gue nggak sekali pun ngeliat adanya aktivitas pemakaian narkoba. Bahkan murid-murid yang ditangkap karena ketauan memakai narkoba pun terkesan begitu janggal." Malven berargumen.

"Lo bener M. Selama gue memantau perkembangan Atlas, gue juga nggak pernah nemuin kecurigaan sedikit pun. Semua berjalan normal," timpal Limar.

"Gue sama. Semua murid yang masuk ke dalam toilet, bersih dari alat pendeteksi gue. Nggak ada yang pernah kedapatan membawa narkoba atau barang mencurigakan lainnya," Beno ikut berasumsi.

"Black, apa Lo nggak ngerasa ada yang aneh dengan keberadaan kita di Atlas?" Starla menatap Black.

Black balas menatap Starla, begitu pun yang lainnya.

"Kalau memang bukan transaksi narkoba yang sedang terjadi di Atlas, lalu kenapa pimpinan mengirim kita ke sana untuk satu tujuan itu? Ini udah kayak mereka nyoba buat ngalihin fakta yang sesungguhnya dengan membuat fakta fiktif agar kita nggak nemuin apapun atau... Merusak apapun."

Kecurigaan Starla ini membuat guncangan hebat dalam diri Black. "Maksud Lo, pimpinan AR21 sebenernya terlibat dalam transaksi ini?"

Starla nggak mengangguk, terlalu frontal bila dia mengiyakan. Belum ada bukti, yang ada hanya kecurigaan.

"Jadi maksudnya selama ini kita kerja untuk hal-hal yang sebenernya nggak ada?" Tebak Limar.

"Anying, gue udah kayak OB beneran loh selama ini," protes Beno.

"Kayaknya Starla bener. Kalian pikir aja, udah hampir 2 bulan kita di sana tapi kita nggak temuin apapun. Anehnya, Pimpinan nggak pernah sekali pun meminta kita untuk bergerak cepat. Mereka seakan membiarkan kita bermain-main dengan bayangan diri kita sendiri."

Black menatap kesemuanya dengan tatapan serius. "Kalau memang iya, gue nggak akan tinggal diam. Abjad bukan team sembarangan yang bisa mereka permainkan seperti ini."

"Apa mereka nyoba buat nyingkirin kita?" Tanya Limar.

"Bisa jadi. Karena kita bergerak di atas kejujuran. Itu sebabnya team kita dianggap nggak menguntungkan buat mereka," sahut Malven.

Black mengepalkan tinju. Rahangnya bergerak-gerak. Matanya berkilat-kilat. "Team Minor berada di tangan kita, jangan cemas. Pimpinan nggak akan pernah menduga kalau kita sudah menggandeng Minor dalam kasus ini."

Ketiganya mengangguk.

🔫🔫🔫

Malam ini, Starla mendorong dirinya sendiri untuk datang ke apartemen Angkasa. Dia meminta izin pada Black untuk bebas tugas sebelum menghadapi misi Final dua hari lagi.

Starla duduk di sofa ruang tamu, nyatanya dia masih nggak bisa merasakan kehadiran Angkasa. Cowok itu benar-benar lenyap selama lebih dari satu bulan. Janji satu bulan yang Angkasa buat, diingkari tanpa adanya kabar sama sekali.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang