31. Misi Starla

28.1K 2.1K 94
                                    

Setelah sambungan telepon dengan Angkasa terputus, Starla menepikan mobilnya dan menangis seketika. Dia membenturkan keningnya ke pegangan setir berulang kali.

"Angkasa, maaf..." Lirihnya sambil meremas ponselnya sendiri. Sambil menghela nafas yang terasa begitu berat, dia lalu melempar ponsel itu ke luar jendela hingga berbentuk kepingan.

Lalu dengan tekad dan keinginan yang kuat, Starla menjalankan kembali mobilnya ke arah yang berbeda dengan rumah sakit. Dia ke kanan, padahal seharusnya lurus.

Mobil yang dibawa Starla berhenti ada sebuah apartemen yang terbilang sama mewahnya dengan milik Angkasa. Namun, Apartemen itu berada bukan di jantung ibukota, melainkan sedikit terpencil dari keramaian.

Starla naik ke lantai 13. Dia berjalan terus hingga menemukan sebuah pintu yang bertuliskan angka 1221. Sambil menghembuskan nafas dari mulutnya, Starla menekan bel yang berada di samping pintu.

Ting Nong.

Suara bel terdengar samar hingga ke luar pintu, menandakan bel tersebut masih berfungsi dan ada orang di dalamnya.

Cklek.

Saat pintu dibuka, Satria yang baru aja selesai mandi dan mengenakan handuk di pinggang nampak kaget dengan kedatangan Starla.

"Starla, kok kamu bisa ke sini?" Tanyanya kaget. Dia bahkan nggak mengizinkan Starla untuk masuk lebih dulu. Entah karena alasan dirinya yang hanya memakai handuk, atau memang Starla nggak boleh masuk ke dalam.

"Boleh gue masuk, Kapten Satria?"

Satria terbelalak kaget. "Ka-kamu tau?" Tanyanya terbata-bata.

"Kapten baru Team Minor nggak akan bisa sembunyiin hal kayak gini lebih lama dari Kapten Team Abjad." Starla langsung melangkahkan kakinya masuk tanpa menghiraukan kekagetan Satria. Dia mengamati seisi apartemen Satria yang sangat berantakan. "Kayaknya kamu harus punya pendamping secepatnya biar apartemen ini lebih manusia," sindir Starla.

Satria tertawa mendengarnya. Dia nggak bisa menghindar lagi dari kecerdasan Starla, dia angkat tangan. Dia sendiri sudah tau Starla itu siapa, dan berniat bermain sedikit lebih lama dengan hati dan perasaan cewek itu, nyatanya dia emang nggak cukup hebat.

"Kamu mau liat gue pakek baju?" Tanya Satria karena Starla masih berdiri di kamarnya.

"Nggak," Starla segera keluar menuju ruang tamu. Di situ terlihat cukup rapi karena mungkin jarang disentuh oleh Satria. Cowok itu memasukkan semua yang diperlukannya ke dalam kamar, untuk itu kamarnya terlihat bagaikan kapal yang dihantam oleh ombak.

Setelah Satria selesai berpakaian, dia segera menemui Starla yang telah duduk manis di sofa. "Kenapa ke sini? Kangen ya?" Godanya.

"Gue pengen Lo bantu gue kali ini. Walau gimana pun, udah kewajiban Lo kan bantu sesama Team AR21?"

"Tapi kita beda spesialisasi Starla, kamu lupa?"

"Dulu, Kapten Mayor membantu kami walau akhirnya dia harus gugur. Apa Lo takut?"

Satria mengangguk yakin atas keberanian Starla ini. Patut diacungi jempol memang. "Ada satu syarat," ucapnya.

Starla memutar bola matanya. "Apa?"

"One night stand, setelah selesai. Deal?"

Starla sedikit gentar dengan permintaan itu. "Dasar mesum," gusarnya.

"Hahaha. Aku cuma minta bayaran aku, Starla. Kalo kamu nggak mau ya nggak papa."

"Oke, setelah misi ini selesai."

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang