25. Kode Rahasia

32.7K 2.2K 77
                                    

"Hmm," Angkasa mengendus-endus pundak Starla dengan hidungnya. Dia terus bergumam menikmati harum tubuh cewek itu. Sesekali diberikannya kecupan kecil dan sambil terus bergumam.

Starla merapatkan pelukan Angkasa di pinggangnya. Dia sangat suka dipeluk dari belakang. Terasa nyaman dan damai.

"Mikirin apa pagi-pagi?" Tanya Angkasa.

"Kepikiran Citra," jawab Starla. Memang sejak Citra masuk ke Z club', Starla kehilangan kontak dengan tuh cewek. Bahkan, untuk bisa mengakses informasi di sana saja rasanya sulit. Semua orang seakan menganggap diri mereka tak tau apa-apa, tak terpancing sama sekali untuk terlihat mencurigakan.

"Dia pasti baik-baik aja," ujar Angkasa agar Starla tenang.

"Aku bakal ngerasa bersalah banget kalo sampe terjadi apa-apa sama dia."

"Nggak akan, Starla. Percaya sama aku, semua akan baik-baik aja. Citra pasti bisa mencari cara untuk menghubungi kita. Dia itu cerdas."

Starla mengangguk. Dia membalik tubuhnya berhadapan dengan Angkasa. Wajah cowok itu masih seperti bantal, pasti baru bangun tidur banget langsung nyamperin dia ke balkon.

Angkasa dan Starla tidur di kamar terpisah. Terkadang, kalau belum mengantuk mereka akan saling berkunjung untuk ngobrol. Nonton DVD. Berdiskusi soal kerjaan. Dan selalu berakhir dengan ciuman selamat malam.

"Mau dimasakin apa hari ini?" Tanya Starla sambil mendekatkan wajahnya.

Sebelum menjawab, Angkasa tergoda untuk merasai bibir Starla lebih dulu. Dia memberikan lumatan lembut dan langsung dibalas oleh cewek itu.

Merasa bernafas mulai berat, Starla langsung mendorong tubuh Angaksa. Cowok itu kalau udah berciuman pasti lupa waktu, melupakan kalau mereka juga butuh pasokan bernafas.

"Aku pengen sup jagung kayak kemaren. Enak," jawab Angkasa akhirnya.

"Ya udah aku masakin dulu buat kamu. Abis itu aku mau ke Base Camp."

Angkasa mengangguk dan membiarkan Starla berjalan ke dapur. Dia mengikuti dari belakang dan menjadi penonton seperti biasa.

"Kamu belajar masak dari mana?" Tanya Angkasa sambil mengamati kelincahan tangan Starla mengupas biji jagung.

"Nggak belajar khusus. Ngalir aja karena tiap hari di base camp kita masak," jawab Starla tanpa menghentikan aktivitasnya.

"Pernah nyoba bikin kue nggak?"

Starla menggeleng. "Belum pernah ada waktunya buat bikin itu. Lagian di Base Camp peralatannya nggak lengkap."

"Ohhh," Angkasa terlihat sekali kecewa. Entah bagaimana, Starla bisa merasakannya. "Emang kenapa?" Tanya Starla.

"Aku pengen makan kue bulan," jawab Angkasa.

"Kita bisa beli kalau kamu mau, kan banyak yang jual."

"Aku pengen buatan rumah. Biar berasa makan bikinan Mama."

Seketika tangan Starla berhenti memotong itu sayuran. Dia menoleh ke Angkasa. Cowok itu tersenyum, namun jenis senyuman yang menyimpan luka.

Starla berjalan mendekati Angkasa, duduk di pangkuan cowok itu sambil melingkarkan tangannya ke leher Angkasa dan Angkasa memeluk pinggangnya agar nggak terjatuh.

"Aku boleh nanya nggak?" Tanya Starla hati-hati.

"Tentang Mama?" Angkasa sudah bisa menebak.

Starla mengangguk.

"Dulu Mama suka banget bikinin aku kue Bulan. Terutama saat aku lagi ngambek nggak mau makan, pasti Mama bakal bujuk aku dengan kue Bulan. Kata Mama kenapa nama aku Angkasa, karena Mama pengen aku itu setinggi langit. Selalu bisa dilihat siapapun, di belahan dunia manapun. Siang dan malam. 24 jam."

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang