55. Again ...

22.2K 1.5K 145
                                    

Bermalam di tengah hutan lebat yang rawan akan ancaman hewan buas, membuat Bima memilih untuk naik ke atas pohon dan tidur di sana. Dia nggak mau ambil resiko digigit harimau hutan yang ganas.

Sebenarnya itu pilihan yang bagus, selain bisa selamat dari hewan buas, kemungkinan untuk selamat dari para pasukan LIA yang mungkin berpatroli juga besar. Tapi permasalahannya adalah Starla takut pada ketinggian, dia nggak akan bisa tidur di atas sana.

"Kita bikin tenda darurat di sini," ujar Angkasa sambil mengeluarkan isi ransel besarnya.

"Kamu stay di sini," suruh Angkasa dengan mata mengintimidasi.

Starla mengangguk, dia nggak akan bikin ulah lagi.

"Ayo Bim, bantuin gue."

Seketika Bina turun dari atas pohon. "Kamu stay di sini," ujar Bima mengikuti cara Angkasa bicara tadi. Dia langsung berlari menyusul Angkasa sebelum mendapat Bogeman dari Starla.

Sambil menunggu Angkasa dan Bima, Starla mencari ranting-ranting kering di sekitar situ untuk dibakar dan dijadikan api unggun. Sangat mudah mendapatkan sekedar kayu, tapi jangan harap bisa mudah mendapatkan korek api.

"Hufh, masa nggak ada yang bawa sih," keluh Starla setelah capek membongkar isi semua ransel mencari korek api. Termasuk ransel Bima pun Starla obral abrik hingga isinya berceceran di atas rumput basah.

"Astagaaa!" Bima memekik melihat celana dalamnya terluntang-lantung di atas rumput. Belum lagi semua pakaiannya ikut serta berserakan. Ranselnya kosong, semua isinya terhambur keluar.

"Ini ada maling, K?" Tanyanya was-was pada Starla yang sedang mencoba menyalakan api menggunakan batu.

"Eh sori tadi gue nyari korek api di tas Lo, nggak ada. Lupa gue beresin lagi, sori ya." Starla sama sekali nggak terlihat merasa bersalah meski dua kaki mengucapkan sori.

Bima merasa sebentar lagi kepalanya akan berasap. Bukan karena marah, tapi karena ingin segera terbang seperti roket. Ya, dia ingin meninggalkan Starla yang menyebalkan itu jauh-jauh.

Tak lama, Angkasa datang membawa beberapa kayu panjang yang langsung ditaruhnya ke tanah begitu melihat Starla. Dia mendekati gadis itu dan mengambil alih batu tersebut. Hanya dengan satu kali gesekan, api menyala dan langsung menyambar dedaunan kering.

"Wahh," Starla kagum luar biasa. Dia sudah pernah berlatih hal semacam ini tapi nggak pernah bisa mempraktekkannya.

"Liat pak, cewek Lo udah ngebuat barang-barang berharga gue tercecer seperti gelandangan. Celana dalam gue satu-satunya yang bersih, basahhhh." Bima mengadu pada Angkasa.

"Nyinyir Lo ah!" Hardik Starla.

Angkasa merapatkan bibir membentuk satu garis. Dia ingin tertawa melihat bagaimana Starla mengacaukan isi tas Bima. Coba aja kalo ini terjadi pada Angkasa dan dilakukan oleh cewek lain, wah bisa ngamuk Angkasa.

"Udah ayo bikin tenda. Keburu malem," ajak Angkasa pada Bima.

Starla hanya menunggu di pinggir api unggun saat Angkasa dan Bima mendirikan tenda darurat. Tenda itu dibuat memanjang dengan bagian atas mengerucut segitiga.

"Kok kecil banget?" Tanya Starla begitu tenda hampir selesai dibuat.

"Kainnya cuma ada segini. Buat kamu aja," sahut Angkasa sambil terus bekerja.

Bima tidur di atas pohon. Angkasa nggak mungkin ikut tidur di atas pohon karena harus menjaga Starla. Sementara Starla tidur di dalam tenda. Terus Angkasa tidur dimana? Pikiran itu terus menggantung di benak Starla.

Akhirnya, tenda darurat tersebut selesai dibangun juga. Terlihat kokoh walau sangat sederhana. Karena Angkasa benar-benar membangun tenda untuk Starla, dia serius dalam memperhatikan tiap penutupnya sehingga nggak transparan atau tembus keluar. Meski hanya seorang Bima, tetap saja Angkasa nggak mau siluet Starla saat tidur terlihat oleh cowok itu.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang