18. Menepati Janji

36.9K 2.9K 284
                                    

Pada akhirnya, kalah memang sudah menjadi resiko dalam sebuah perperangan. Hanya saja, ada dua pilihan yang bisa ditempuh. Kalah dengan cara terhormat atau kalah sebagai pecundang.

DOR!

Starla tersentak, matanya terbelalak lebar dengan air mata yang menetes begitu melihat Black gugur dalam perjuangannya.

Pimpinan mereka. Orang yang paling berjasa untuk Abjad. Laki-laki yang meski ditawarkan dengan limpahan kemewahan, dia akan menolaknya dan tak akan menukarnya dengan Abjad.

Selamat jalan Black.

DOR!

Semua kembali menoleh pada salah satu Team Abjad yang tertembak.

Senyum itu, senyum penuh kekonyolan yang keluar dari bibirnya sebelum nafas terakhirnya berhembus. Dia menatap semua anggota team nya dengan rasa bangga.

Lalu gugur.

Selamat jalan Beno.

Dan satu persatu Team Minor akhirnya gugur. Menyisakan Starla, Malven dan Limar yang masih berjuang atas Abjad.

Tubuh Starla seketika gentar. Dia tak kuasa menahan perihnya kehilangan dua orang yang selama lima tahun ini bersamanya.

Black dan Beno.

Starla terisak.

"Aaaarrrgghhhhh," teriakannya menggelegar. Dia mengambil senapan berjenis HK MG4 MG 43 dari tangan Black dan menembakkannya ke sembarang arah. Beberapa orang berjatuhan akibat bidikan membabi buta itu.

"Berhenti!" Gerindra sudah merasa jengah. Dia mengarahkan pistol tepat di kepala Angkasa saat cowok itu lengah melawan Jamal. "Sudah cukup kalian bermain."

Starla sontak memjatuhkan senjatanya. Begitu pun dengan Limar dan Malven. Mereka bertiga digiring menyatu saling membelakangi.

Gerindra melirik layar laptop. Transaksinya telah berjalan sebanyak 80%, itu artinya dia harus menunggu hingga 20% lagi untuk sukses.

"Kalian memang pejuang pemberani. Andai saja kalian nggak berniat melawan saya, saya sudah akan menjadikan kalian sebagai pasukan terbaik di Team saya."

CIH!

Malven meludah, menandakan dia lebih baik mati daripada bergabung dengan orang seperti Gerindra.

"Angkasa, kamu itu adalah kesayangan saya. Tapi pengkhianatan kamu ini membuat saya harus melepaskan kamu."

Starla gemetar saat melihat tangan Gerindra berangsur ingin menarik pelatuk pistol yang mengarah di kepala Angkasa.

Angkasa menoleh pada Starla, dia memberikan kode melalui anggukan kecil.

Janji sama aku, kalo nanti aku tertangkap dan pilihannya adalah aku akan tertembak, maka aku mau kamu yang nembak aku sebelum mereka semua.

DOR!!

Semua menatap Starla tak percaya, cewek itu telah menembak dada kekasihnya. Bahkan seorang Gerindra pun dibuat terkejut olehnya.

Starla sempat melihat sebuah senyum terbit dari bibir Angkasa, sebelum akhirnya tubuh yang pernah memberikan Starla kenyamanan itu tumbang tersungkur di lantai.

Starla melihat itu tanpa sedikitpun mengeluarkan air mata. Tatapannya lurus, kosong.

Kamu lihat Angkasa, aku menepati janji aku. Lalu bagaimana caranya aku menuntut janji kamu?

SEMUA ANGKAT TANGAN. TEMPAT INI SUDAH SEPENUHNYA DIKEPUNG!

Pasukan militer anti teroris datang dengan lima buah helikopter yang mengelilingi atap gedung itu. Puluhan senjata siap ditembakkan kepada siapa saja yang melawan.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang