27. Bukan Manusia

28.3K 2K 70
                                    

Tok. Tok. Tok.

Starla yang sedang melakukan breefing bersama Team Abjad mengabaikan ketukan pintu di luar ruangannya itu. Dia meminta kepada semua Team untuk berkonsentrasi dalam menjalankan misi kali ini. Untuk itu pintu sengaja dikunxi agar nggak ada pihak manapun yang mengganggu, termasuk Abang Siomay yang setiap jam datang cuma untuk bertanya, "mau somay, Neng?"

"Jadi, kita harus..."

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan lemah itu terdengar lagi. Apa si Abang Siomay nggak ngerti kalau mereka sedang nggak ingin Siomay?

"Kita harus..."

Tok. Tok. Tok.

"Bukain," Starla gusar bukan main.

Arya langsung menuruti perintah Starla dengan berjalan ke pintu. Wajah semua orang sudah kesal dengan ulah si pengetuk pintu yang nggak ngerti situasi itu.

"Bilang kalau kita..."

"Citra Lo kenapa?!" Jeritan Arya membuat Starla langsung berlari ke pintu. Begitu pun yang lainnya.

"Citraaaaaa!" Vina histeris pilu.

"Astaga Citra!" Limar menjerit histeris melihat keadaan Citra.

Starla terpaku di tempatnya berdiri. Otaknya berhenti bekerja. Kekuatannya lumpuh. Matanya harus menyaksikan seorang cewek berdiri dengan darah memenuhi hampir seluruh tubuhnya.

Arya yang lebih cepat menguasai diri, dia langsung menggendong Citra dan berlari menuju mobil. Starla, Limar dan Vina pun menyusul dari belakang.

"Citra Lo kenapaaaaa?" Vina menangis sejadi-jadinya, begitupun Limar.

Kepala Citra berada di pangkuan Starla, tatapan mata Citra terlihat begitu memohon pertolongan. Air mata Starla menetes tanpa bisa berkata apa-apa. Dia terlalu shock. Bahkan tangannya begitu gemetar saat mencoba mengusap air mata yang keluar dari mata Citra.

"L-lo ba-bakal baik-baik... Aja," ujar Starla terisak.

Arya membawa mobil dengan kecepatan luar biasa, mereka sampai di rumah sakit militer dalam waktu singkat. Semua pegawai rumah sakit bagian depan langsung berhamburan membawa Citra dengan ranjang darurat.

Citra masuk ke ruangan UGD.

Starla lemas, dia perlu berpegangan dengan kursi tunggu untuk menopang tubuhnya. Kedua tangannya mengepal hingga jari-jarinya memutih.

Vina dan Limar menangis terus menerus, berpelukan. Sementara Arya mondar mandir di depan pintu UGD tanpa henti, kecemasan sangat terpancar jelas di wajahnya.

Tak lama, Angkasa datang dan langsung memeluk Starla yang langsung luruh dalam pelukan cowok itu.

"Ci-citra... Citraaaaaa," lirih Starla menyebutkan nama Citra hingga terdengar begitu menyayat.

"Tenang ya, dia udah ditanganinya dokter. Dia akan baik-baik aja," ujar Angkasa. Tak bisa dibohongi, Angkasa pun merasa begitu cemas. Tadi saat Limar menelponnya, dia nggak mendengar jelas apa yang dikatakan Limar. Hingga Angkasa langsung mengecek CCTV Base Camp melalui ponselnya dan mengetahui apa yang terjadi.

Seorang dokter berpakaian dinas militer keluar dan menatap semua orang dengan wajah tak terlihat baik. "Saya perlu bicara dengan salah satu dari kalian yang mungkin bisa mewakilkan keluarganya," ujar dokter itu.

"Sa-saya, Dok. Saya Kapten Team Abjad, saya yang akan bertanggung jawab," Starla langsung angkat tangan.

"Baiklah, ayo ikut saya."

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang