35. Ciuman Satria

35K 2.1K 34
                                    

Angkasa masih harus menjalani perawatan di rumah sakit militer selama beberapa hari ke depan, padahal dia sudah memaksa pihak dokter untuk pulang tapi tetep nggak dikasih izin lantaran luka tusuk di perutnya cukup dalam dan berpotensi akan kembali pendarahan bila dia memaksa untuk bergerak berlebihan. Walaupun pasien yang maksa pulang, kalau terjadi apa-apa kan tetep Dokter yang akan disalahkan nanti. Terlebih pangkat Angkasa yang cukup tinggi ditambah dia adalah anak dari pemimpin tertinggi RIA.

"Karena aku dapet jatah bebas tugas selama seminggu, aku bakal di sini jagain kamu," ujar Starla untuk menenangkan pikiran Angkasa yang selalu minta pulang.

"Tapi Star..."

"Nggak ada bantahan. Kamu pasien aku sekarang," potong Starla. Dia langsung meletakkan nampan berisi makan siang Angkasa ke pangkuannya. "Makan sekarang," perintahnya.

"Kamu seneng banget ya liat aku lemah kayak gini?" Rajuk Angkasa.

"Justru karena aku mau kamu kuat lagi kayak sedia kala, kami harus sembuh."

"Gimana bisa sembuh kalau terkekang di sini."

"Kan ada aku. Buka mulutnya," Starla menyodorkan sesendok bubur ke mulut Angkasa seperti menyuapi anak kecil.

Angkasa membuka mulut, memakan bubur itu dengan tinggal menelannya saja. Wajahnya meringis, itu adalah makanan paling nggak enak yang pernah menyentuh lidahnya. "Nggak ada yang lebih warasan dikit apa? Kayak nasi Padang. Spaghetti. Mie..."

"Kalau kamu sembuh," Starla krmbali menyodorkan sesuap bubur tanpa belas kasih. "Mukanya jangan gitu," sergahnya.

Angkasa langsung berdecak sebal. Dia memakan bubur dengan penuh keterpaksaan hingga habis.

"Setengah jam lagi minum obat," ujar Starla setelah membereskan bekas makan Angkasa.

"Kamu kok jadi kayak suster nyebelin gitu sih?" Protes Angkasa.

"Emang kamu maunya aku gimana?" Starla mendekatkan wajahnya, sedikit membungkukkan badan dengan menumpukan siku pada tepi kasur.

Angkasa nggak perlu menjawab dengan kata-kata. Dia mengecup bibir Starla. Kecupan-kecupan kecil, lembut dan berulang-ulang. Tanpa balasan. Namun membuat jantung keduanya tetap berdetak seirama.

"Wohoooo,"

Suara Satria membuat Starla langsung menjauhkan diri.

"Lo nggak punya tangan buat ketuk pintu sebelum masuk?" Tanya Angkasa dengan wajah datar.

"Sayangnya tangan gue lagi males berfungsi," jawab Satria dengan entengnya. "Kalau tadi gue ketuk pintu, gue nggak akan bisa liat adegan live show kayak tadi. Kan lumayan," godanya.

Starla mendengus. Dia berjalan memutari ranjang untuk pindah duduk di sebelah lain. Satria berubah menjadi menyebalkan setelah identitas tuh cowok terbongkar. Beda banget dengan dulu saat masih menyamar, rasanya dia itu dewa dari segala dewa romantis.

"Ngapain Lo ke sini? Gue bukan pacar Lo yang harus Lo tengokin tiap saat," tandas Angkasa.

"Elah, gue normal kali. Gue ke sini mau ketemu Starla lah!" Entah Satria ini sekedar bercanda atau serius. Tapi apapun alasannya, dia berhasil membuat mood Angkasa berubah buruk dan ingin menghajar cowok itu.

"Satria jangan bikin masalah deh! Angkasa itu lagi pemulihan, kalo dia terlalu tegang otot di perutnya bisa ikut tegang dan bikin dia pendarahan lagi!" Starla membela Angkasa. Bukan, tepatnya memahami situasi. Kalo aja Angkasa sehat wal'afiat, dia akan mengizinkan pacarnya itu untuk menghajar mulut Satria yang suka nyablak seenak jidatnya.

"Duh sakit," Satria memegang dadanya dengan wajah sedih seolah darah keluar dari hatinya itu.

"Kayaknya Lo emang minta dihajar," Angkasa mulai bersiap untuk duduk, namun Starla dengan cepat menekan dadanya agar berbaring lagi.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang