15. Aku Menginginkannya

53.2K 2.8K 106
                                    

"Ayo kita melakukannya."

Angkasa terkejut mendengarnya. Dia mengerti apa yang Starla ucapkan. Dia tau persis apa yang Starla pikirkan hingga meminta hal itu.

"Starla, kita..."

Starla langsung membungkam mulut Angkasa dengan mulutnya. Sejenak, dia membiarkan bibir mereka berdua menempel. Tapi lalu dia menjauhkan wajah.

"Jangan tolak aku. Kamu udah utarakan permintaan kamu, kan? Dan aku janji akan melakukannya. Sekarang, giliran kamu yang menuruti permintaan aku. Ayo kita melakukannya..."

"Starla, gimana kalo besok aku..." Angkasa menghela nafas. "Gimana sama kamu?"

"Aku akan baik-baik aja. Kalau memang kenyataannya kita nggak akan bersama, seenggaknya aku punya kenangan yang bisa aku simpan seumur hidup aku. Tentang kita."

"Kamu yakin?"

Starla mengangguk. Sama sekali tak ada keraguan dari sorot matanya. Dia tak terlihat gemetar, hanya gugup. Untuk pertama kalinya, dia meminta seorang laki-laki menyentuhnya. Anggap saja Starla udah nggak waras, memberikan tubuhnya pada laki-laki yang belum tentu masih akan bersamanya esok hari. Anggap saja Starla sudah kehilangan akal, memberikan sesuatu yang berharga dari tubuhnya untuk seorang penjahat. Tapi Starla menginginkannya, dia ingin Angkasa menjadi orang pertama yang menyentuhnya.

"Ini yang pertama?" Tanya Angkasa, dia mencoba mengulur waktu agar Starla berubah pikiran.

Starla mengangguk.

Angkasa semakin cemas. Sungguh, dia juga menginginkannya, bahkan sejak awal dia sudah sangat tergoda dengan tubuh Starla. Tapi kali ini situasinya berbeda. Angkasa sedang bertarung dengan maut. Bagaimana bila besok dia gugur? Lalu akan jadi apa Starla setelah itu.

"Akan sangat sakit nanti."

"Aku nggak perduli," Starla menimpali tanpa ragu.

"Gimana kalo aku nggak bisa berhenti?"

"Dan aku pun nggak akan berhenti."

Angkasa menghela nafas yang terasa semakin berat. Dia menatap dalam-dalam mata Starla, berusaha memberikan penolakan lewat tatapannya itu.

Starla yang sudah yakin dengan keputusannya, dia nggak akan mundur. Tangannya terangkat untuk membuka kancing kemejanya sendiri. Satu terlepas. Lalu dia bergerak ke kancing berikutnya. Matanya terus menatap Angkasa tanpa sorot takut sama sekali.

Angkasa menahan tangan Starla saat kancing kemeja terakhir cewek itu hampir terlepas. "Biar aku," ucapnya tanpa melepaskan tatapan.

Starla mengangguk, dia menjatuhkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Di saat tangan Angkasa melanjutkan pekerjaannya tadi, dia gemetar.

Semua kancing kemeja Starla telah terlepas, Angkasa melepaskan kemeja itu dari tubuh Starla. Matanya mengamati tubuh bagian atas Starla yang terasa begitu menggoda di balik bra hitam yang masih dikenakannya.

"Kamu yakin?" Tanya Angkasa kembali.

Kali ini Starla terlihat gentar, sepertinya dia diserang kepanikan. Tapi dengan menguatkan hati dia tetap mengangguk.

Angkasa tersenyum diam-diam. Dia yakin Starla belum sepenuhnya siap. Baiklah, Angkasa akan menemaninya bermain sebentar, untuk sekedar menakut-nakuti cewek itu.

Tangan Angkasa mulai bergerak menyusuri pundak Starla yang polos. Matanya tetap tertuju pada mata cewek itu saat telapak tangannya mengusap seluruh permukaan kulit Starla yang terbuka. Lalu tangannya berhenti pada pengait Bra yang ada di belakang tubuh Starla. Angkasa ahli melakukan hal semacam ini, hanya dengan satu kali tarikan dia berhasil melepaskan pengait itu.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang