42. Kejutan dari Angkasa

6.1K 524 54
                                    

"Apa yang aku dapet kalau aku jadi pacar kamu?" Tantang Starla.

"Apa yang kamu mau?" Tantang balik Nathan. Mata malaikat mautnya begitu lekat menatap Starla.

Starla tersenyum, tergoda dengan penawaran itu. "Everything. Hidup kamu, aku ingin ada di dalamnya."

Nathan tersenyum, lalu dia mendekatkan wajahnya, bibirnya tepat menyentuh telinga Starla, "deal."

Jantung Starla seakan dipompa hebat, darahnya berdesir. Dia seperti sedang pubertas kedua. Merasakan lagi masa SMA ternyata menyenangkan juga.

Sekali lagi Starla harus bilang, Angkasa maaf, just a game.

Nathan dan Starla saling bertatapan. Mereka sama-sama memberikan tatapan memikat, senyum tipis mengembang di bibir keduanya.

Lalu detik berikutnya, wajah Nathan kian mendekat. Dia mengincar bibir Starla. Seperti terbawa suasana dan tertarik oleh magnet kelihaian Nathan, Starla terdiam.

Brak!

"Kalian sedang apa?"

Starla tersentak, bukan hanya karena nyaris saja kepergok ciuman. Tapi karena yang memergoki adalah...

Angkasa?

Segudang pertanyaan muncul di wajah Starla. Kenapa, gimana, bagaimana, kok bisa? Angkasa tiba-tiba ada di Jakarta, khususnya di SMA Pusaka Pemuda.

"Anda siapa?" Tanya Nathan dengan wajah sinis. Dia mendekati Angkasa yang masih berdiri di ambang pintu.

"Berduaan di dalam ruangan OSIS di saat semua murid sedang melakukan aktivitas MOPD. Apa itu pantas?" Tanya Angkasa. Matanya sempat melirik Starla dengan tajam, lalu menatap Nathan dengan bengis.

Nathan tersenyum miring, sama sekali nggak merasa takut sama Angkasa. "Anda siapa? Harusnya saya yang bertanya, apa pantas masuk ke ruangan ini tanpa mengetuk pintu lebih dulu?"

"Saya Angkasa, guru baru pelajaran Matematika, sekaligus Kepala BK menggantikan Pak Sugandi yang resmi mengundurkan diri hari ini."

Nathan tersentak. Begitupun Starla. Nggak ada pemberitahuan kalau Pak Sugandi akan mengundurkan diri, Starla aja masih ketemu tadi pagi dengan tuh Bapak.

Tapi Nathan lebih dulu bisa menutupi kekagetannya. Dia membusungkan dada di depan Angkasa dengan berani. "Tetap saja, ruangan ini adalah area teritorial saya. Ruangan anda ada di di Belakang, bukan di sini."

Angkasa menyunggingkan senyum miringnya. "Apa posisi kamu lebih tinggi dari saya di sekolah ini?" Tanyanya setengah mengejek.

Rahang Nathan mengeras. Guru muda di depannya ini benar-benar memancing emosinya. Sejauh ini nggak ada yang pernah berani melawan Nathan, kepala sekolah sekalipun.

"Kamu, bukan pengurus OSIS kan? Keluar dari ruangan ini," Angkasa mengusir Starla dengan kejamnya.

Starla menatap Angkasa layaknya murid yang hormat pada gurunya, dia berniat mengikuti perintah Angkasa namun Nathan malah mencekal tangannya.

"Kamu di sini aja," ujar Nathan tanpa melepaskan tangan Starla.

Mata Angkasa turun ke tautan tangan Nathan dan Starla. Kedua tangannya sendiri mengepal, ingin rasanya dia membuat cowok itu berakhir di rumah sakit sekarang.

Nggak ada cara lain, Angkasa mengeluarkan ponselnya. Dia mengetikkan sesuatu dan mengirimnya ke nomor yang dia mau.

🔫🔫🔫

Kamu keluar dari sini sekarang, atau aku bakar tempat ini.

Starla tersentak membaca pesan yang diam-diam dikirimkan oleh Angkasa itu. Dia dengan kuat melepas cekalan tangan Nathan. "Nath, aku keluar aja nggak papa." Lalu melangkah pergi melewati Angkasa yang menatapnya sangat tajam.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang