24. Hard Mission

31.8K 2.7K 123
                                    

"Apa kamu gila?!" Angkasa benar-benar marah saat Starla memutuskan kalau dirinya sendirilah yang akan menyamar dan masuk ke diskotik tersebut.

"Angkasa..."

"Starla apa kamu tau resikonyo seperti apa?!"

Starla terdiam.

"Ini bukan hal yang main-main Starla. Bukan hanya nyawa yang kamu pertaruhkan, tapi tubuh kamu!!"

Jelas Angkasa marah. Misi kali ini akan disetting dengan memancing para penjahat untuk menculik para Agent yang menyamar. Setelah itu, para Agent tersebut akan dipaksa untuk bekerja sebagai pemuas nafsu pria. Apa Angaksa bisa membiarkan itu?

Limar dan tiga Agent baru yang menguping dari luar ruangan Starla, turut merasakan kecemasan yang sama. Terutama saat Starla memilih mengorbankan dirinya sendiri demi keselamatan Team.

"Aku nggak izinin."

"Angaksa, aku udah terima. Nggak bisa dibatalin lagi," Starla seakan mengemis pada Angaksa.

"Kamu lanjutin ini..." Angkasa menatap Starla tajam, menggantung kalimatnya. Lalu dengan penuh tekanan dia berkata, "kita selesai."

Starla sontak kaget mendengar ancaman itu. Dia nggak percaya Angkasa bisa mengatakan hal seperti itu.

"Kamu pilih. Pekerjaan ini atau aku," lagi-lagi Angkasa menekan Starla.

Starla menatap Angkasa dengan terluka. Lalu bayangan kesenangan Limar saat menjadi ketua. Harapan sukses dari mata para Agent baru. Pengorbanan Black dan Beno...

"Oke, kita selesai," ujar Starla akhirnya. Dia berbalik, hendak melangkah namun tiba-tiba tubuhnya dipeluk Angkasa dari belakang.

"Aku takut Starla. Aku nggak mungkin biarin kamu berada di tempat seperti itu." Suara Angkasa melemah. "Maafin aku..."

Starla meletakkan tangannya di atas tangan Angkasa. "Sejak awal kita kerja di sini, kita udah tau apa resikonya Angkasa. Kalau aku mundur, lantas untuk apa aku bekerja keras selama ini?"

Cklek.

Pintu terbuka tanpa diketuk, Angkasa langsung melepas pelukannya. Starla pun langsung menjauhkan tubuhnya.

"Kapten, biar saya yang ke sana!" Citra tiba-tiba mengajukan diri untuk dikirim ke Z club'.

"Nggak Citra. Kamu nggak boleh ke sana," tolak Starla.

"Kapten, saya selalu punya impian sukses dalam pekerjaan saya ini. Saya ingin meraih pangkat tertinggi dari hasil kerja keras saya. Saya ingin membuat orangtua saya di kampung bangga ketika menghadiri upacara kenaikan pangkat saya." Citra berlutut, "tolong kabulkan permintaan saya. Karena jika saya sukses menjalankan misi ini, maka saya akan mendapatkan peran penting dan dipromosikan untuk kenaikan pangkat."

Starla langsung menyuruh Citra berdiri. "Citra jangan kayak gini. Lo baru satu hari gabung di Abjad. Gue nggak mungkin nyuruh Lo ambil peran. Jangan..." Starla menggeleng.

"Please Kapten... Saya butuh lompatan untuk karir saya. Ibu saya sedang sakit, beliau mungkin nggak akan bisa menunggu lama. Tolong..." Citra meneteskan air matanya.

Air mata citra itu menular begitu saja di mata Starla. Bagaimana mungkin Starla menolak kalau alasannya semulia itu. "Baiklah, Lo bakal gue kirim ke sana."

"Serius Kapten? Ahhh makasihhh," Citra memeluk Starla sambil melompat girang.

Starla menoleh ke Angkasa, cowok itu mengangguk. Dari balik pintu pun Limar mengangguk. Sementara dua orang yang ikut menyaksikan, hanya bisa tercengang dengan keberanian Citra.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang