36. Bersama

36.1K 2K 69
                                    

Starla kembali ke apartemen dan kemudian mendapati Angkasa tengah tertidur nyenyak di atas kasur empuk dengan sprei baru yang kemarin sempat diganti oleh Starla. Wajah yang tengah tertidur pulas itu nampak menyebalkan bagi Starla, dia ingin melakukan sesuatu; membekap wajah itu dengan bantal hingga kehabisan nafas dan tidur selamanya.

Cowok gila!

"Angkasa bangun!!" Bentak Starla.

Dalam hitungan ketiga bila Angkasa nggak juga bangun, maka Starla akan benar-benar membuat Angkasa babak belur.

Satu.

Dua.

"Berisik!" Angkasa membuka matanya dan langsung bertemu tatap dengan Starla yang menekan pinggang melotot padanya.

"Kamu ngapain dari rumah sakit? Ngerasa punya nyawa banyak?" Hardik Starla.

"Aku sehat banget gini," Angkasa justru berguling miring dan memeluk bantal. Meski begitu matanya terus intens menatap Starla.

"Awas ya kalo kamu sampe ngeluh sakit dikit aja, aku bakalan..."

"Aku bahkan masih kuat kalo kita mau main sekarang," goda Angkasa.

"Ohhh jadi mau main? Iya? Oke..." Starla membuka jaketnya. Menyisakan tengtop putih di tubuhnya. Tak lupa dia pun membuka jeans panjangnya dan meninggalkan celana dalam melekat pada tubuh sexy nya itu. "Mau main kan?"

Angkasa salah menduga, bukan main itu yang dimaksud oleh Starla. Tapi...

"Awwww! Starla awwww!" Starla menyerangnya dengan memukulinya memakai banyak. Bahkan cewek itu menduduki perutnya yang terluka, membuat darah tanpa sadar merembes keluar dari luka jahitan Angkasa.

"Starla sakit... Sumpah," suara Angkasa melemah sembari mengangkat kedua tangan pertanda menyerah.

Starla yang baru menyadari kesalahannya, segera bangun dari tubuh Angkasa dan melihat banyak darah merembes dari balik kaos biru muda cowok itu. Matanya membelalak lebat, dia menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Gila ya kamu beneran mau bunuh aku," keluh Angkasa. Dia sungguh kesakitan, tapi sebagai laki-laki, apalagi di depan kekasihnya, Angkasa berusaha untuk terlihat biasa aja.

"Ma-maaf..." Starla langsung menyingkap kaus Angkasa. Dilihatnya perban yang menempel di luka Angkasa sedikit bergeser, pasti akibat didudukinya tadi. "Makanya kamu tuh harus dirawat."

"Udah nggak papa. Obatin aja," suruh Angkasa sambil menunjuk letak kotak obat.

"Nanti infeksi," Starla menolak.

"Kita belajar hal kayak gini kan waktu pendidikan? Udah lakuin," Angkasa memaksa.

Starla langsung berlari mengambil kotak obat dan langsung kembali ke samping Angkasa. Dibukanya perban penuh darah itu dengan hati-hati lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Tuangin alkoholnya," suruh Angkasa.

"Nanti sakit," Starla ragu melakukannya.

"Aku cowok. Kayak gini doang nggak akan sakit."

Starla pun membuka tutup Alkohol. Meski ragu, dia tetap menuangkan cairan alkohol itu langsung ke luka Angkasa. Angkasa sama sekali nggak menjerti, tapi ekspresi wajahnya sangat menunjukkan kalau dia kesakitan.

"Sakit banget ya?" Tanya Starla cemas.

"Dikit," jawab Angkasa. "Coba liat ada jahitan yang kebuka nggak?"

Starla mendekatkan matanya pada luka jahitan Angkasa itu. Semua jahitan masih rapi, hanya memang garis pada luka sayatan itu sangat basah, seperti balik awal kena tusukan. Padahal seharusnya luka itu sudah setengah mengering, gara-gara perbuatannya tadi... "Maaf," ucap Starla dengan penuh penyesalan.

Partner in Crime (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang