14. Maling?

1.7K 109 0
                                    

"Kamu itu cantik nak, tatapan mata kamu itu teduh. Belum lagi nama kamu, Nama kamu itu memiliki sejuta makna yang sangat cantik."

Bilqis berjalan keluar ruangan bu. Diah dengan perasaan campur aduk. Apakah semua yang diucapkan oleh bu. Diah tadi sungguhan?. Kenapa ia tidak pernah berfikir kalau ia memiliki nama yang indah.

"Ibu merasa ada banyak harapan yang kedua orang tuamu sematkan dalam nama itu,"

Lagi..

....ucapan bu. Diah terngiang dalam benak Bilqis.

"Kok gue jadi kepikiran mulu sih. Gak nyangka gue kalo Bu Diah bisa sayang bat ama gue." Bilqis senantiasa bergumam sediri.

"Ah! tapi tetap aja gue kesel. Kenapa coba harus bongkar aib gue didepan cowok sok alim tadi."

Mata Bilqis menelisik koridor. "Nah, itu dia orangnya."

Bilqis berjalan dengan setengah berlari dan..

Tap!

Bilqis menepuk kasar punggung tegap cowok dihapannya. Cowok itu sedikit terkejut, menoleh dan mengernyit, seolah berkata "Apa?".

Bilqis berdecak, kemudian bertolak pinggang "Urusan kita belum kelar." Matanya menatap cowok dihadapan angkuh "Gue gak mau bimbel sama, lo."

Abid mengelos kemudian pergi meninggalkan Bilqis begitu saja.

"Brengsek!" umpat Bilqis seraya kembali mengejar Abid. Namun, baru saja beberapa langkah, Bilqis langsung dibuat kesal akibat cowok di depannya berhenti tanpa aba-aba.

"Lo, ya!" Bilqis meringis mengusap-usap pelipisnya.

"Maaf."

Bilqis menghembuskan nafas kasar, kemudian berdehem "Jadi, apa yang harus gue lakuian buat batalin kontrak bimbel kita?. Berapa banyak uang yang lo butuhin?"

Abid melirik kerah Bilqis sejenak. Tidak lebih dari tiga detik. Kemudian berpaling keobjek lain "Gak perlu repot-repot. Saya tidak butuh uang, kamu. "

"Lo, suongong banget ya jadi orang, sok gak butuh uang." Abid tersenyum getir mendengar hinaan yang dilontarkan Bilqis.

"Maaf, saya bukannya sombong. Tapi, ini masalah amanah yang tidak bisa dibayar dengan uang kamu. Karena tidak semua hal bisa kamu sandingkan dengan materi."

Bilqis berdecih mendengar ucapan Abid. "Alah munafik!"

Abid memasang wajah datar. kemudian merogoh saku celanya, ia teringat akan sesuatu.

"Nah loh. Punya, gue." Bilqis merebut kasar benda pipih yang baru saja Abid keluarkan dari sakunya.

Berurusan dengan Bilqis benar-benar membuat Abid mengurut dada. Sabar.

"Pantes kagak ada. Ternyata lo yang maling." tuduh Bilqis sembari melempar tatapan tidak suka.

Abid sedikit terkejut mendengar tuduhan tak berdasar Bilqis. "Maling?. Kamu salah faham, benda ini saya temukan ditangga."

"Bohong! Lo pasti maling kan. Ngaku aja, lo!" lagi-lagi Abid dibuat terkejut dengan tingkah laku gadis dihadapannya ini.

"Maaf. saya tidak seperti yang kamu fikirkan. Permisi, saya sudah terlambat. Assalamualaikum."

Setelah berujar. Abid melenggang pergi meninggalkan Bilqis yang saat ini sedang mencak-mencak.

"Woy! maling ngaku, penuh penjara!" umpat Bilqis. Kemudian berjalan belok kearah kelasnya seraya menghentak-hentakkan kakinya kesal

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang