RABU pagi adalah hari yang dinanti nanti oleh hampir seluruh penguhi kelas dengan title 'XI IPA 4'. tepatnya kelas Bilqis dan Raka. Kebahagiaan tersebut tak terkecuali untuk Raka, karena walaupun Raka merupakan anak yang nakal ia tidak pernah absen untuk mengikuti jam pelajaran olahraga khususnya olahraga yang digemarinya-basket.
Ditengah lapangan, Raka nampak sangat antusias men-dribble bola basket, keringat yang membasahi tubuh Raka semakin menjadi nilai plus pada diri Raka, hal tersebut sontak membuat para gadis gadis yang menonton kegiatan Raka berteriak histeris menyebut nyebut nama Raka.
Bilqis yang duduk dipinggir lapangan hanya menatap sinis kearah para gadis keganjenan yang tak jauh dari tempatnya duduk. Khususnya pada geng Maureen, yang memang sejak lama mengincar Raka, khususnya Maureen sendiri, wajahnya memang cantik tak kalah cantik dengan Bilqis. Namun, yang membedakan hanyalah sikap mereka. Kalau Maureen suka mencari perhatian kesemua kaum adam disekolah, sedangkan Bilqis tipikal gadis yang cuek pada keadaan sekitarnya, asalakan jangan ganggu hidupnya, maka semua akan aman-aman saja.
"Dasar cewek-cewek haus akan belaian!" celetuk Feby dengan nada sinis. Mata nya menatap nyalang kerumunan gadis didepan nya.
"Biar gue samperin tuh kumpulan wewe gombel!" timbal Vita yang langsung berdiri hendak menghampiri gerombolan gadis-gadis tersebut.
"Vit, duduk!" perintah Bilqis dengan ketus.
Vita yang mendengarnya sedikit terkejut, namun ia memilih untuk kembali duduk diposisi awalnya.
"Kenapa lo halangin gue sih, Bil?" heran Vita.
Bilqis tidak menjawab, jujur hatinya sedang dilanda cemburu saat ini. Katakan ia sangat berlebihan, namun itulah yang ia rasakan. Tapi walau begitu ini bukanlah saat yang tepat untuk bermain. Tunggu saja saat dimana monster dalam diri Bilqis terbangun dari tidurnya.
"Bil?!" teriak Vita dengan kesal akibat sikap diam Bilqis sudah muncul.
Bilqis masih tak menjawab, ia bangun dari duduknya dan menyambar handuk dari tangan Feby begitu saja.
"Woy nyet mau kemana?" tanya Feby sedikit berteriak pada Bilqis.
Bilqis berhenti lalu menoleh sekilas "Ketoilet, kenapa? mau ikut?"Feby sedikit menyengir lalu menggeleng ragu "Eng-gak. Enggak Bil, gue disini aja."
Vita yang melihat ekspresi Feby langsung terkekeh geli, sementara yang ditertawai mendelik tak terima.
* ** * ** *
Sebenarnya Bilqis tidak ingin pergi ke-toilet, itu hanya alibi agar Vita dan Feby tidak membuntutinya. Bilqis sedang dalam kondisi yang tidak baik. Dan kali ini ia sedang butuh ruang untuk sendiri. Kaki Bilqis memutuskan untuk berjalan menuju lokernya yang terletak disamping ruang ekskul, ia hendak mengganti baju olahraganya dengan seragam sekolah. Tubuhnya sudah gerah luar biasa.
Ia sengaja meninggalkan jam olahraga karena malas melihat mata berbinar Maureen saat melihat Raka. Mata liar Maureen ketika menatap Raka seakan akan Raka adalah santapan lezat baginya, dan hal tersebut bukan satu dua kali terjadi. Namun sudah berkali-kali. Rasanya tangan Bilqis sudah gatal ingin membuat lukisan abstrak pada pipi mulus gadis tak tahu malu tersebut.
"Dasar cewek gak tau diri!" umpat Bilqis seraya memukul pintu lokernya dengan keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.
Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan kelakuan Bilqis, namun ia tidak perduli. Sekali lagi Bilqis memukul pintu lokernya, dan tanpa sengaja ada kertas yang terjatuh dari dalam lokernya.
Bilqis memperhatikan kertas berwarna biru muda tersebut diatas lantai. Ia mencoba untuk tidak perduli, namun entah mengapa ia sangat penasaran kertas apa itu.
Dengan sedikit keyakinan, Bilqis berjongkok dan mengambil Kertas tersebut, Ia membolak-balikkan kertas tersebut, beberapa kali ia menoleh kekiri dan kekanan. Mencari siapa pemilik kertas tersebut. Namun sepertinya kertas ini tidak ada pemiliknya. Ia keheranan kalau ini tidak ada pemiliknya, kenapa jatuhnya dari dalam loker miliknya.
Baru saja Bilqis hendak membuka kertas tersebut, tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dari arah belakang, dengan cepat Bilqis menaruh kembali kertas tersebut kedalam lokernya.
"Bilqis!" panggilan kedua tersebut membuat Bilqis menoleh.
Raka? ucapnya dalam hati.
"Kamu ko pergi tadi?" tanya Raka ketika jaraknya sudah dekat dengan Bilqis.
Bilqis tidak menjawab, ia malah melemparkan handuk kecil pada Raka dengan kesal. Dan dengan sigap Raka menerima lemparan dari Bilqis.
"Kamu kenapa?" Bilqis tak menjawab, ia pura-pura sibuk membenahi lokernya, yang memang sangat berantakan.
Raka mendekati Bilqis lalu menutup pintu loker Bilqis, sontak hal tersebut membuat Bilqis mengendus lalu mengunci lokernya dan hendak meninggalkan Raka. Namun belum satu langkah, tangan kekar Raka sudah menahan langkah Bilqis terlebih dahulu.
"Raka, lepasin." pinta Bilqis dengan nada datar seraya mencoba melepaskan genggaman tangan Raka.
"Kamu marah sama aku?" tanya Raka dengan nada yang apabila siapapun gadis yang mendengarnya pasti langsung dibuat meleleh, akibat kelembutannya.
"Kamu ni kenapa loh, By?" lanjutnya seraya menarik Bilqis untuk mendekat.
Bilqis hanya menurut namun kali ini ia mendunduk dalam, tidak ingin menatap mata Raka. Ia takut emosinya akan meledak-ledak saat ini juga.
"Bilqis?" panggil Raka lembut.
"Aku gak suka liat kamu jadi tontonan gratis mata-mata kurang ajar mereka. Kamu sadar gak sih kalo mereka itu ngincer kamu? kamu itu jadi pusat perhatian Raka." setelah menahan diri, akhirnya kalimat tersebut keluar dari mulut Bilqis.
Raka yang mendengarnya hanya mengernyit tak paham "Mereka siapa?"
"Iiih. Gak usah pura-pura gak ngerti deh." Rengek Bilqis dengan meninju pelan dada bidang Raka dengan kepalan tangan mungilnya.
Raka yang melihat Bilqis merajuk hanya tersenyum jahil lalu mencubit gemas gumpalan lemak dipipi Bilqis "Aku gak tertarik sama mereka, by. aku kan udah punya kamu, toh kamu lebih cantik, imut, perhatian. Emh, walau kamu sedikit posesif. Aku lebih pilih kamu kok dan gak akan pernah berpaling. Sedetik pun."
"Oh...jadi menurut kamu aku ini posesif?!" tanya Bilqis sedikit tak terima dengan ucapan Raka. Enak saja cemburunya ia disebut sebagai posesif.
Raka mengusap wajahnya kasar salah ngomong lagi, dasar nih mulut! Batinnya.
Melihat ekspresi Raka yang kebingungan membuat Bilqis tersenyum jahil. Dan terkekeh pelan.
"Muka kamu tu, lucu." ucap Bilqis masih dengan sedikit terkekeh.
"Owh kamu ngerjain aku yaa? Hah iya? Iya?" ujar Raka sembari menggelitik tubuh mungil Bilqis.
"Hahaha.. ihh udah Raka, hahaha ampun ih geli, Raka." ujar Bilqis sambil terus menghindar dari serangan gelitikan Raka yang bertubi-tubi tersebut.
Dilain sisi ada sepasang mata yang memperhatikan kelakuan dua sejoli tersebut, beberapa kali ia berpaling. Ia sedikit menghela nafas dalam.
"Sabar, semua butuh proses, mengemban amanah seperti ini memang gak mudah. Ini baru awal dari segalanya."
Batinnya menyemangati. Tak lama ia memutuskan untuk berlalu pergi meninggalkan terpatnya berdiri beberapa saat yang lalu tersebut.
****** 🌷🌷🌷 ******
Assalamu'alaikum, Jangan lupa pencet tanda bintang✨
Salam termanis,
Dorrayaki
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
EspiritualHIATUS :') - - "Siapapun yang sudah kokoh berdiri pasti pernah merasakan jatuh dan ingin mati. Siapapun yang pernah tertawa lepas pasti pernah merasakan tangis yang teramat puas. Siapapun yang pernah berbahagia pasti pernah merasakan beratnya kecewa...