30. Tawaran Berat

1.3K 88 12
                                    

SUDAH lebih dari satu minggu ujian sekolah terlaksana dan sudah hampir satu minggu pula hasil ujian telah dibagikan. Semua dinyatakan naik dengan nilai yang lumayan memuaskan tak terkecuali Bilqis juga teman-temannya.

Dan hari ini adalah hari terakhir kegiatan belajar mengajar sebelum liburan panjang sekolah dimulai. Kelas Bilqi tidak ada perberubahan yang cukup berarti. Masih gaduh seperti biasa. Bahkan tambah gaduh sebab hari ini adalah hari bebas.

Lihat saja dipojokan kelas ada Rio yang sedang dangdutan di ikuti Tino yang menyawer dengan sobekan kertas yang berujung nyampah. Lalu sorakan beberapa murid perempuan yang merasa acara rumpi mereka terganggu dengan suara falls Rio.

Namun bukan itu yang jadi perhatian Bilqis. Ada satu alasan yang membuat Bilqis sedikit gelisah sejak pertama memasuki kelas. Dari pagi Bilqis sibuk mencari keberadaan seseorang, bukan mencari namun lebih tepat ke-khawatir. Dikarenakan sejak tragedi selesainya hubungannya dengan orang tersebut. Bilqis tidak lagi melihat batang hidung orang tersebut. Siapa lagi orang tersebut kalau bukan Raka Arjuansyah.

Pernah sekali berpapasan dan Raka memilih untuk menghindar. Seolah mereka tidak pernah saling kenal. Sakit sekali. Namun ini adalah hukuman yang pantas untuk Bilqis.

Sudah beberapa kali Bilqis bertanya kepada Tino maupun Rio mengenai keadaan Raka. Namun baik Tino atau Rio hanya tersenyum dan berkata 'Dia baik-baik, aja. Jangan khawatir' dan setelah itu mereka pergi begitu saja seolah menghindar. Bilqis juga merasa bahwa kedua sahabat Raka tersebut sedang menyembunyikan banyak rahasia yang tidak ingin seorang Bilqis ketahui.

Rasanya ingin sekali menemui Raka saat ini juga. Memastikan bahwa Raka benar baik-baik saja. Memang munafik untuk Bilqis kalau berkata bahwa ia kini tidak perduli pada Raka, sangat munafik bagi Bilqis bahwa kini hatinya baik-baik saja tanpa kehadiran sosok Raka disampingnya.

Terlepas dari ia yang kini sudah mulai berhijrah. Bilqis tidak bisa berbohong bahwa kini ia rindu senyum menenangkan Cowok berpostur tinggi tersebut.

Bahkan ada satu pertanyaan yang sampai saat ini belum bisa terjawabkan oleh Bilqis sendiri.

Apakah benar cintanya pun akan ikut berhijrah? Atau apakah bisa hatinya membuka kembali lembaran baru dengan orang lain dimasa depan kelak?

Cukup aneh memang memikirkan masa depan diusia yang masih belasan tahun seperti Bilqis. Tapi bukankah cinta itu tidak mengenal usia?

Bilqis menghena nafas berat. Rasa sesak dihatinya seakan menyempitkan saluran pernafasan yang ada didadanya. Bilqis bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pergi kemushala sekolah berharap disana ada ketenangan juga jawaban atas keganduhannya.

**  ***  **

"Saya menerima tawaran anda beberapa bulan yang lalu." ujar pemuda yang masih mengenakan pakaian sekolah yang sudah tak berbentuk.

Pria ber jas dihadapannya tersebut menaikan alisnya bingung "Tawaran mana yang sedang kamu bicarakan?"

"Satu bulan yang lalu diruangan ini tepatnya satu hari setelah Kak Leo kembali dari Amerika. Anda mengajukan sebuah tawaran yang saya tolak mentah-mentah." bahasa yang sangat formal terucap lancar. Tanpa suka berbasa basi seperti yang biasa Raka gunakan pada pria yang menyandang status sebagai orang tua nya tersebut. 

Ada sedikit keterkejutan yang bisa Raka tangkap dari wajah seorang Bramantio. Namun terlepas dari keterkejutannya, Bram menarik sudut bibirnya tipis.

Jadi kini ia telah menang dari seorang anak pembangkang bernama Raka Arjuansyah? Batin Bram berbisik.

"Apakah itu berarti kamu kembali menarik kata-kata, mu?" tanya Bram sedikit memancing anak bungsunya tersebut.

Raka mengepalkan tangannya yang terletak diatas paha dengan sempurna rahangnya mengetat tanda ia tidak suka dengan ucapan Bram. Bibirnya berkedut ingin mengumpat, namum tidak ada satu patah kata pun yang terlontar dari bibir Raka. Ia hanya terdiam dengan wajah tanpa ekspresi, menatap lawan bicaranya tanpa berkedip.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang