"Aku gak bakal nunggu kamu dan kamu jangan mengharapkan aku. Tapi satu yang harus kamu tahu, kalau aku boleh minta sama Allah siapa jodoh aku dimasa depan, aku mau kamulah orangnya"
- Bilqis Khumaira az-azzahra-
*** ❤🍁❤ ***
BULAN Mei kali ini adalah bulan yang sangat basah. Bulan ini hujan sedang asik-asiknya menujukan jati diri. Seperti pagi ini, hujan yang tidak begitu deras namun tak kunjung reda sedang melanda kota bandung. Sekali lagi gadis dengan sweater biru muda itu merapihkan hijabnya yang menjuntai hingga bawah pinggang. Angin yang cukup kencang membuat hijabnya sedikit berantakan.
Cowok tinggi yang rambutnya sedikit basah sebab tadi menerjang hujan hanya untuk menemui gadis yang ia cintai itu, berdiri cemas disamping gadis berhijab tersebut.
"Sebelas Mei. Selamat hari jadi yang ketiga tahun, Ka." gumamnya pelan seraya tersenyum getir pada rintik hujan.
Bilqis memejamkan matanya sejenak. Seolah menelan bulat-bulat rasa sakit yang mungkin akan ia terima lebih banyak lagi.
"Iya. Selamat hari jadi juga, By." hanya itu yang bisa Raka katakan. Otaknya sudah berfikir sangat jauh. Mungkin setelah ini ia akan kehilangan hal paling berharga dalam perjalanan hidupnya.
"Lama gak pernah berbincang berdua kaya gini." Bilqis terkekeh ringan. Namun Raka hanya terdiam sehingga membuat Bilqis tersenyum getir.
"Kamu baik-baik aja kan? Engg-- maksud aku Chaca gak buat kamu jadi lupa istirahat kan?"
"Seperti yang bisa kamu liat. Not good. So bad."
Bilqis tersenyum kecil. "Kantung mata kamu keliatan hitam."
Bilqis menggeleng kepala pelan diiringi decakan kecil dari bibirnya "Chaca bener-bener nyita perhatian kamu rupanya."
"Dia--
"Kalo kamu ngajak ketemu aku cuma untuk bahas dia mending kita pulang aja." Potong Raka yang membuat Bilqis langsung bungkam.
"Maaf,"
"Jujur aja, By. Aku tau ada yang mau kamu sampein."
"Engg...sebenernya Ka," Bilqis mengigit bibir bawahnya gugup "ak-aku." Kalimat Bilqis lagi-lagi terhenti. Lidahnya kelu utuk berucap lebih jauh.
Raka menoleh pelan. Menatap lurus gadis yang berjarak satu meter dari tempatnya.
"Bilang aja gak usah ragu. Aku siap dengerin apapun yang mau sampein. " ujar Raka datar namun lembut.
Bilqis menunduk dalam tak berani menujukan wajah didepan cowok yang masih berstatus pacar-nya. Mungkin.
"Ma-maafin aku, Ka." Bilqis memilin ujung hijabnya dengan tangan berkeringat "aku gak bisa melangkah lebih jauh lagi. Aku.. aku mau.." Bilqis memejamkan matanya rapat, udara yang dingin semakin membuat tubuhnya bergetar hebat "aku mau kita berhenti sampai disini. Karena memang hubungan kita... salah. Salah besar."
Terucap. Bilqis pasrah untuk segala kemungkinan yang terjadi. Bahkan apabila Raka membencinya sekalipun. Ia benar-benar pasrah meski hatinya kini amat sangat hancur. Meski rasanya seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuk rongga dadanya secara terang-terangan.
Sementara Raka membatu ditempat. Tidak berkata 'iya' atau pun 'memaki' tidak terima. Hal tersebut semakin membuat Bilqis merasa tercabik-cabik dengan sangat kejam. Ia benci menyakiti hati yang tulus menyayanginya. Namun, ia juga tidak ingin membuat Tuhan nya murka.
"Raka maafin aku. Aku tau semua ini gak adil buat kamu. Tapi, semua ini memang harus terjadi bahkan seharusnya hubungan kita gak pernah ada. Hubungan kita salah, Allah mengutuk perbuatan zina. Kamu jangan menyalahkan siapa pun atas semua ini. Apalagi menyalahkan Allah karena semua ini salah aku, aku yang mulai semuanya." Bilqis menarik nafas yang terasa terdendat ditenggorokan "aku dan kamu harus percaya, kalau kita jodoh pasti akan dipertemukan diwaktu yang memang tepat, bukan sekarang tapi nanti. Aku gak bakal nunggu kamu dan kamu jangan mengharapkan aku. Tapi satu yang harus kamu tahu, kalau aku boleh minta sama Allah siapa jodoh aku dimasa depan, aku mau kamulah orangnya."
Raka tak berujar sepatah kata pun. Hatinya hancur sekaligus terharu. Hancur karena semangatnya hilang begitu saja dan terharu bahwa Bilqis masih menginginkannya dimasa depan. Raka tersenyum simpul.
"Sekali lagi maaf. Aku berharap setelah ini kamu gak ngejauhin aku. Walau ada banyak alasan yang bisa ngebuat kamu berhak ngelakuin itu." lanjut Bilqis pelan.
Menyadari bahwa tidak ada tanggapan yang cukup berarti dari Raka, Bilqis menoleh ragu "Raka?"
Raka mengangguk seraya menarik nafas dan menghembuskannya perlahan "Oke, aku terima apapun yang udah jadi keputusan kamu." Raka tersenyum seraya menghadap Bilqis yang juga sedang menghadap kearah nya "Makasih untuk tiga tahun sama-samanya. Aku berharap takdir masih memihak sama aku dikemudian hari."
Bilqis tersenyum kemudian kembali menatap kedepan dan mengangguk kecil "Amin."
Mereka hanya saling terdiam dalam beberapa detik, sampai ketika suara berat Raka mengintrupsi.
"Kalo gitu aku duluan ya,Bil. Jangan lupa jaga kesehatan, aku sayang kamu." ujar Raka seraya mengusap pelan pucuk kepala Bilqis. Tanpa menunggu jawaban Raka berjalan melangkah terburu meski hujan masih cukup deras.
"Raka!" Jerit Bilqis khawatir karena melihat Raka yang terlihat berjalan cepat menerobos hujan.
Namun jeritan Bilqis hanya sia-sia. Raka tidak menoleh meski ia mendengar panggilan tersebut. Raka seakan menulikan telinganya. Hujan yang membasahi seluruh tubuhnya, tak bisa meredakan nyeri yang menghujam seluruh rongga dadanya. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa cowok berparas tegas dengan tatapan tajam tersebut kini tengah meluruhkan air mata bersamaan dengan hujan yang membasuh seluruh wajahnya. Ini adalah kali pertama Raka meneteskan air mata hanya untuk seorang wanita.
*** ❤❤❤ ***
"Demi apa sih, Bil?!"
Bilqis hanya mengangguk lemah seraya menunduk menatap tangannya yang terkatup rapat.
Vita memijit pangkal hidungnya yang seketika berdenyut nyeri "Gua gak tau harus ngomong apa lagi."
Hembusan nafas kecil terdengar berat dari Bilqis "Gue udah coba ikhlas bahkan kalau Raka ikut ngejauhin gue sekali pun."
Bilqis berjalan kearah kasur kemudian tiduran dengan posisi telentang, matanya menatap langit-langit kamar "Gue mau mulai dari nol. Semuanya dari nol." tak lama ia terbangun ketika teringat akan sesuatu "Ah, iya. Gue hari ini ada kajian sama Arissa."
Bilqis membuka lemari dan langsung mengenakan hijab instan berwarna pink dusty yang panjangnya sampai pinggang. Kemudian mengambil tas kajian yang berisi Al-quran beserta mukena yang terletak didalam lemari.
"Gue gimana?" tanya Vita ketika Bilqis hendak pergi.
Bilqis menoleh dan sedikit berfikir "Kalo gak lo ikut gue aja, hmm?"
Vita menaikan sebelah alisnya bingung, kemudian menggeleng pelan sambil menyengir "Gue balik aja deh. Mau kerumah Nico." Vita menguap panjang lalu menatap Bilqis dengan mata berair "tapi gue tidur dulu ah. Ngantuk."
Bilqis memutar bola matanya malas lalu menyambar kunci mobil diatas nakas. Dan berjalan menyusuri tangga. Sampai diujung tangga ia terhenti ketika melihat seseorang yang sedang menonton Tv diruang tengah.
"Papi?" Gumamnya pelan namun sepertinya dapat tertangkap oleh telinga Arman.
To be continue...
-------------
Jazakillah khairan untuk kalian yang sudah setia sama 'HC'Jangan lupa Vote and Comment buat cerita ini..
Jangan lupa spam #NEXT sebanyak-banyaknya!!!!
Salam maniss..
Dorrayaky_
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpiritualHIATUS :') - - "Siapapun yang sudah kokoh berdiri pasti pernah merasakan jatuh dan ingin mati. Siapapun yang pernah tertawa lepas pasti pernah merasakan tangis yang teramat puas. Siapapun yang pernah berbahagia pasti pernah merasakan beratnya kecewa...