8. Zina mata

2.6K 104 0
                                    

Langit yang sudah mulai meredup akibat matahari yang sedikit demi sedikit mulai kembali keperaduannya. Tak mengurungkan sedikitpun kegiatan dua sejoli yang asik bercanda pada balkon kamar si cowok tersebut, siapa lagi mereka kalau buka Bilqis-Raka. Setelah lama berjalan jalan, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi kerumah Raka. Dirumah Raka sepi, hanya ada bik. Inah dan pak. Tarjo, itu pun sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara orang tua Raka belum kembali dari kantor, bahkan mungkin akan pulang saat malam telah larut. Untung ada Bilqis, setidaknya gadis ini memberikan cukup warna pada hidupnya. Raka bersyukur.

Bilqis yang duduk disamping Raka memejamkan matanya sembari menyandarkan kepalanya pada pundak Raka. Ia sangat nyaman dengan posisi ini. Bilqis memejamkan matanya dengan nyaman. Sinar matahari yang sudah mulai keemasan menerpa wajah Bilqis. Hal tersebut tentu saja membuat wajah Bilqis menjadi bersinar.

Raka tersenyum. Senyum yang sulit diartikan "By."

"Hmm." Bilqis hanya berdehem ria, tanpa berniatan membuka matanya.

"Aku sayang, kamu." ucapan Raka tersebut sontak membuat Bilqis menyernyit. Namun tak lama ia tersenyum dalam mata terpejamnya.

"Iya. Aku tau kok. Gak usah dijelasin."

"By. Aku kok suka mikir. Kenapa kita gak nikah aja " celetuk Raka asal.

Bilqis terperangah lalu bangun dan menatap Raka dengan tatapan malas "Kamu, mending gak usah mikir, karena otak kamu diciptakan bukan untuk mikir, sayang. Nanti jadi setres kaya gini. sekali mikir kagak difilter lagi!"

Raka yang mendengar perkataan yang dilontarkan Bilqis hanya tertawa terpingkal-pingkal akibat raut wajah Bilqis yang seketika menegang.

"Emang kamu gak mau nikah sama, aku?"

Bilqis tersenyum lalu mencubit gemas pipi Raka dengan kedua tangannya "Ya mau. Tapi lulus dulu Sweety heart."

"Berarti, abis pengumuman kita langsung ijab aja, ya!" kata Raka antusias.

"Gak gitu juga kali. Ihh ya ampun pacar aku kok o2n banget ya."

"Hhhh, iya iya."

"Oh ya, Ka." ujar Bilqis yang kini duduk menghadap Raka.

"Hmm..."

"Kan kita udah lama ya pacaran. Kamu pernah ngerasa...bosen gak sama, aku?" Raka menaikan alisnya. Nampak sedikit berfikir.

"Emm..Enggak sih..kayaknya."

"Kok, kayaknya?"

"Hehe..Enggak, kok. Aku gak pernah bosen sama kamu, Bilqis Humaira Azzahra."

"Tapi...Kalo suatu saat kamu bosen? Apa kamu bakal ninggalin, aku?"

"Gak mungkin. Aku tetap sayang sama kamu, sekarang, besok dan selamanya. Aku gak kan ninggalin kamu." jawab Raka mantap.

"Janji, ya?" Raka tersenyum lalu mengusap pucuk kepala Bilqis dengan lembut.

"Janji!"

"Tapi...kalau gak ada saksi. Nanti bisa aja kamu ingkar." Bilqis tersenyum kecut.

Raka terdiam untuk sesaat. Lalu melirik kearah matahari yang sedikit lagi hilang dari pandangan mata "Dia." Raka menunjuk kearah matahari tersebut "Matahari itu yang jadi saksi, aku."

Bilqis sedikit mengernyit namun tak lama ia tersenyum manis kemudian menjawel hidung mancung Raka "Oke. sah!"

Setelah itu, perbincangan merekapun berlanjut dengan pembicaraan yang tidak penting sampai yang sangat tidak penting. Sesekali bergurau tentang masa tua yang akan mereka lalui bersama.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang