"Bang ini gue gak mimpi kan? Dan lo gak lagi bohongin gue kan?" tanya Bilqis seraya menatap bingung Vino yang duduk tepat disebelah nya.
Vino terdiam. Ia bingung bagaimana cara menjelaskan hal seberat ini pada Bilqis. Bilqis masih terlalu dini untuk hal seperti ini.
"Gue gak mau, Bang," Bilqis menunduk. Tangannya meremas ujung seprei dengan kuat "demi apapun gue gak mau."
"Lo tenang dulu. Gue janji bakal gagalin ini semua." Vino memegang bahu Bilqis lalu menatapnya tanpa berkedip "Yang harus lo lakuin malam ini cuma duduk dan dengerin apa yang bakal mereka bahas. Jangan ngebantah Mami sama Papi, karena urusan mereka biar gue yang atur."
Bilqis berdecak tak terima "Tapi bang gue..."
"Bil, please nurut sama Abang lo ini. Kali ini aja ya? Gue janji bakal bantu lo sebisa mungkin." Potong Vino dengan penuh keyakinan.
Helaan nafas berat, terdengar dari bibir Bilqis "Lo tau siapa yang gue cinta, Bang."
Vino mengangguk paham "Iya gue ngerti. Yaudah sekarang lo mandi, jangan buat tamu kita kelamaan nunggu,"
Bilqis menganguk pasrah. Didalam matanya terdapat banyak harapan pada Vino.
"Kalo gitu Abang turun ya? Gak usah dandan aneh-aneh, lo udah terlahir cantik meski tanpa makeup." Vino mencubit pelan tumpukan lemak dipipi sang adik lalu tersenyum hangat.
Bilqis hanya mengangguk tanda mengiyakan. Setelah itu Vino berjalan keluar kamar Bilqis dan tak lupa kembali menutup pintu dengan rapat.
Sepeninggalan Vino Bilqis langsung menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamar dengan fikiran yang berkeliaran kemana-mana.
Apa ini? Kenapa selalu ada saja hal baru yang ia hadapi? Tidak cukupkah satu drama saja dalam hidupnya, hingga kini harus bermunculan berbagai macam drama lagi?
Bilqis mengusap wajahnya dengan perlahan. Ia beristighfar dalam hati.
Kini ia menoleh kearah pintu yang beberapa waktu saat lalu ditutup oleh sang kakak. Ia berharap dikemudian hari ia dipertemukan dengan seseorang yang memiliki sifat penyayang seperti Vino. Satu hal yang baru Bilqis sadari sepanjang ia hidup, dibalik sikap dingin sang kakak ternyata ia begitu lembut. Andai saja dari dulu mereka selalu bersama mungkin Bilqis tidak akan menjalani hidup seperti yang lalu. Tapi, semua yang sudah tidak akan terulang lagi. Yang penting saat ini keluarganya kembali utuh, dan ia amat bersyukur akan itu.
Bilqis beranjak dari lamunannya, ia berjalan menuju kamar mandi. Saat ini ia hanya butuh cara untuk menolak rencana kedua orang tuanya. Walau ia sudah berjanji untuk tidak melawan pada kedua orangtuanya. Namun untuk yang satu ini sungguh berat jika ia hanya patuh dan mengiyakan keinginan mereka.
****
"Vino, Bilqis kok gak turun-turun, ya?" tanya Ratna yang sedikit panik sebab sudah hampir setengah jam mereka semua menunggu kehadiran Bilqis diruang makan.
"Mungkin dia lagi mandi," jawab Vino sekenanya.
"Coba kamu susulin,"
Vino menatap malas kearah Ratna.
"Jeng, udah gak papa. Anak gadis kan biasa kalo dandan suka lama." ujar Rahma seraya tersenyum kecil, ia sedikit memaklumi hal seperti ini.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Bilqis datang dengan mengenakan gamis rumahan sederhana dengan hijab instan berwarna moca, perpaduan warna yang sangat manis ditubuhnya.
"Assalamualaikum, maaf Om, tante. Aku sedikit terlambat." Bilqis berkata sopan lalu mengambil tempat di samping Vino.
Rahma tersenyum ramah "Wa'alaikumsalam, iya nak gak papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpiritualHIATUS :') - - "Siapapun yang sudah kokoh berdiri pasti pernah merasakan jatuh dan ingin mati. Siapapun yang pernah tertawa lepas pasti pernah merasakan tangis yang teramat puas. Siapapun yang pernah berbahagia pasti pernah merasakan beratnya kecewa...