16. Kesepian

1.8K 85 0
                                        

*Sesunguhnya kesepian itu
datang ketika
Kita lupa bahwa Allah
bersama kita.*

* * 🌷🌷 * *

_La Tahzan Innallah Ma'anna_
- Jangan bersedih, sesunguhnya Allah bersama kita -

* * * 🌷🌷🌷 * * *

Megah sekali.

Sungguh, rumah ini terlalu megah. Bahkan mungkin dapat menampung 6 sampai 7 keluarga sekaligus. Namun, realitanya rumah megah ini hanya dihuni oleh 7 orang. Orang-orang tersebut tak lain adalah Arman, Ratna, Bilqis, dua ART juga 1 supir pribadi dan Vino.

Vino, ya?

Ya, Levino Adijaya, atau akrab dipanggil Vino oleh orang sekitarnya. Ia merupakan putra sulung dari pasangan Ratna Adijaya dan Arman Adijaya. Pemuda tampan, berkarisma, gagah, cerdas juga mapan diusia muda. Sayangnya ia memiliki kepribadian yang dingin dan terkesan kaku pada beberapa orang disekitarnya. Jarang berkomunikasi dengan orang yang menurutnya tidak penting. Hidupnya didominasi oleh kegiatan Kampus juga kegiatan Kantor. Karena, dalam usia yang baru menginjak 24 tahun, Vino sudah menduduki posisi Manager pada salah satu cabang perusshaan property milik keluarganya.

Bakat menjadi seorang pembisnis sudah sedari kecil Vino miliki. Hampir setiap pulang sekolah Vino mengunjungi kantor Arman. Karena melihat begitu besar ketertarikan Vino dalam dunia bisnis, Arman memiliki tekat besar agar anak sulungnya tersebut bisa menjadi penerusnya dimasa mendatang. Mengurus segala macam permasalahan kantor, membuat Vino jadi jarang dirumah, itu menyebabkan sang mami meras----

"Wuihhhh!. My Abang, inget jalan pulang ternyata." suara cempreng Bilqis seketika menggema didalam ruangan dengan warna yang didominasi oleh hitam dan putih. Kamar khas seorang pria.

Vino yang baru saja memejamkan matanya, seketika berdecak kesal. Kemudian melempar Bilqis dengan sebuah bantal. Bilqis dengan sigap menangkap bantal tersebut, setelahnya ia tertawa puas.

"Gue kira, lo udah mati, Bang." Bilqis tidak perduli dengan pendelikan tajam yang kini menghujam kearahnya. Vino bangun dan mengambil posisi duduk, dengan kepada bersandar pada kepala ranjang.

"Do'a loh, itu."

"Kalo gitu, aminin geh." satu sentilan mendarat sempurna pada pelipis Bilqis, gadis itu seketika kembali terbahak.

"Mau apa lo kesini?" Vino melipat kedua tangannya didada, mata hitamnya memincing curiga.

Bilqis memirinkan pepalanya, tak lama ia mendekap hangat sang kakak "Entah kenapa? gue kangen sama lo, Bang."

Vano tersenyum geli, ini Bilqis, kah?

Namun sedetik kemudian ia membalas pelukan sang adik tercinta. Satu tangan bebasnya mengelus sayang surai lembut gadis itu.

"Bang, gue kok tambah pengen jadiin lo selingkuhan, ya? Hmm...kira-kira dosa, gak?" dengan sekali dorongan Bilqis terjungkal kesisi kanan tempat tidur. Vino yang menyadari tindakan reflects yang ia lakukan, langsung mendekati sang adik, namun ia justru mendapat tonjokan kuat diwajahnya. Vino meringerang kesakitan sembari memegangi pipi kirinya.

Bilqis tersenyum sinis kemudian berkata "Enak?"

"Durhaka, lo!" Vino masih pada posisinya.

"Hmm, beruntung cuma muka." Bilqis mengulurkan tangannya pada sang kakak dan langsung disambut kesal.

"Sorry, Bang. Gue reflect, lagian lo ngeselin!" Bilqis mengusap pipi kiri Vino yang baru saja ia layangkan tinju. Pipi mulus itu sedikit memar, seringaian puas terlukis pada wajah Bilqis.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang