SEPERTI biasa, kantin pojok pasti selalu riuh dengan kehebohan para senior SMA Pelita. Dikantin ini sangat nampak senioritas yang ada, sebab 95% penghuninya adalah anak kelas XII juga segelintir anak kelas XI yang cukup nyali. Sementara kelas X, mereka belum cukup nyali untuk gabung dan mengambil resiko kalau-kalau jadi bahan bullyan oleh senior yang kurang kerjaan.
"Bil, lo kok tumben diem aja?" tanya Dito yang membuat Bilqis meliriknya sekilas.
"Ayolah, jangan ngebatu gini. Gak asik tau." Tino menimpali.
"Bacot, ah!" sarkas Bilqis.
Vita yang baru saja membeli minuman langsung duduk disamping Bilqis "Bentar lagi dia dateng kok, sans aee lah."
Bilqis hanya berdecak kesal.
Baru kali ini Raka tidak kekantin bersama nya. Raka bilang ada urusan penting, dan yang membuat Bilqis bertambah kesal yaitu Raka tidak mejelaskan apapun padanya, ia main pergi begitu saja.
"Sepenting apa sih urusannya?!"
"Eh, iya. Tadi pagi Raka bilang katanya si Caca mau sekolah disini. Eng.. Hari ini masuk kayaknya."
Bilqis menatap Tino tajam. Syarat akan tuntutan.
Sett dah, keceplosan lagi. Batin Tino seraya bersiul gugup. Ia melirik kemana saja alas tidak betsibohok dengan tatapan tajam yang seolah siap mengulitinya saat ini juga.
Tino yang gelagapan langsung nyengir kuda "Engg... Gue kayaknya kebelet deh, gu-gue duluan guys.."
Bilqis tersenyum getir kemudian berdecih "Pergilah, kalau mau leher lo gue patahin karena udah ngasih informasi setengah-setengah."
Ya, jangan lupakan bahwa walau pun Bilqis seorang wanita. Untuk urusan mematahkan tulang leher atau tulang kering seseorang Bilqis bisa lebih dari kata mampu. Predikat jago bela diri sejak SD dengan segudang paigamnya dulu membuat siapa saja yang mengetahuinya akan berpikir dua kali kalau berurusan dengan singa betina tersebut. Ya, walau sudah lama ia tidak menggeluti bidang tersebut, tetap saja kemampuan Bilqis tidak bisa dianggap remeh.
"Bil, gue--"
Bilqis bangkit dari duduknya, kemudian menarik kerah seragam Tino dengan lembut "Udah sini aja. Makanan lo juga belum abis."
"Tapi gue udah kenyang, Bilqis!" sentak Tino gelagapan.
Bilqis tersenyum manis, walau tetap saja terlihat mengerikan "Kenyang? Mau gue buat muntah biar laper lagi?"
"Ih, iya gue duduk!" pasrah Tino.
Lagi-lagi Bilqis tersenyum "Anak pinter," Bilqis menepuk pucuk kepala Tino.
"Yaudah, sekarang gue mau lo cerita semua yang lo tau tentang kenapa Si Cicak itu sekolah disini."
"Caca, Bil."
"Suka-suka, Bilqis."
Tino menghembuskan nafas panjang "Jadi gini..."
Lima belas menit kemudian..
"....Sekarang gue boleh pergi?"
Bilqis mengangguk sambil mengibaskan tangannya "Udah sana pergi, Ratu tidak membutuhkan rakyat jelata lagi."
"Sinting!" sungut Tino dengan emosi lalu pergi dengan Rio juga Dito yang sedari tadi mengumpat dalam hati sebab kebiasaan lemes Tino yang membawa petaka.
"Jadi apa yang bakal lo perbuat?" tanya Vita setelah cukup lama berdiam diri.
"Apa yang seharusnya gue lakuin." jawab Bilqis tenang. Namun dibalik kalimat setenang ombak tersebut, tidak ada yang tahu kapan tsunami akan datang.
![](https://img.wattpad.com/cover/144378854-288-k585529.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpiritualHIATUS :') - - "Siapapun yang sudah kokoh berdiri pasti pernah merasakan jatuh dan ingin mati. Siapapun yang pernah tertawa lepas pasti pernah merasakan tangis yang teramat puas. Siapapun yang pernah berbahagia pasti pernah merasakan beratnya kecewa...