20. Menjawab Salam

1.7K 104 1
                                    

HARI senin adalah momok paling menyebalkan bagi hampir seluruh pelajar yang ada didunia.

Lihat saja bagaimana angkernya suasana kelas Bilqis pagi ini. Setengah dari kebayakan temannya memilih untuk melipat tangan dengan kepala diatas nya. Sebagian lagi ada yang bergosip ria, seolah pamer dengan acara apa saja yang mereka lalui saat weekend tersebut berlangsung. Namun ujung-ujungnya mengeluh sebab merasa tidak adil karena kenapa dari hari Senin ke Minggu sangat lama sedangkan dari Minggu ke Senin hanya sekelejap mata?

Bilqis menguap untuk kesekian kalinya ketika mendengar celotehan Feby mengenai ponsel barunya yang dibelikan oleh sang kekasih. Bilqis meringis pelan ketika tahu bagaimana cara Feby mendapatkannya.

"Lo itu udah kelewat bebas, Feb." komentar Bilqis.

"Tapi gue juga nikmatin kok, Bil." Feby menjawab antusias.

"Belum aja kena batunya!"

Feby mengangkat bahu acuh untuk komentar-komentar dari teman-temannya tersebut. Yang penting dia senang apapun akan ia lakukan meski dengan mengorbankan keperawanannya sekalipun, yang memang sudah lenyap sejak ia menginjak bangku SMA. Miris memang melihat bagaimana bebasnya hidup teman Bilqis yang satu ini. Senakal-nakalnya Bilqis, ia masih menjunjung tinggi satu aset berharganya tersebut, karena bila satu itu tidak bisa ia jaga Bilqis akan menjadi sesampah-sampah nya seorang wanita.

Kring! Kring! Kring!

Bunyi bel yang menggema membuat Bilqis semakin antusias menguap panjang. Bel yang menandakan ritual wajib setiap hari senin akan dimulai. Bilqis mendesis kesal sebab ia datang terlampau pagi. Ini semua karena Raka yang tidak bisa menjemputnya. Alhasil ia harus pergi kesekolah pagi buta besama Papa nya.

"Gue kok masih ngantuk, ya?" gumam Bilqis.

Feby juga Vita mengangguk setuju.

"Gue mau bolos upacara, ah." dengan tampang tak berdosa Bilqis berlalu begitu saja. Tujuanya hanya satu, rooftop sekolah.

Feby dan Vita yang baru saja ingin menyusul Bilqis harus membatalkannya dengan terpaksa sebab kini ada sepasang mata garang yang mengintainya dari ujung koridor. Hanya tinggal berbelok menaiki tangga saja tapi mereka sudah diteriaki dengan seramnya.

"VITA ANASTASYA! FEBY ANGGRAENI! MAU KEMANA KALIAN. LAPANGAN ADA DIBAWAH BUKAN DIATAS!"

Dengan polosnya mereka menjawab.

"Saya lagi nyari dragomball yang hilang bu,"

"CEPAT TURUN!"

"SATU..."

Tanpa menunggu Bu Retno menyelesaikan hitungannya. Vita juga Feby sudah ngiprit menuju lapangan yang kini sudah dipenuhi oleh seluruh warga sekolah. Cuaca yang sedang terik-teriknya membuat keduanya mengerang frustasi. Belum lagi nanti sesampainya disana mereka berdua harus baris didepan sebab tidak memakai atribut lengkap.

Oh terkutuklah Bilqis yang selamat seorang diri!

"Cah wedok kok yo buandele ora eran (anak perempuan kok bandel nya kelewatan)" omel Bu Rento seraya menggeleng kan kepala kemudian menyisir area-area yang di indikasi menjadi tempat persembunyian para siswa nakal lainnya. Salah satunya kantin dan Toilet.

Tanpa Bu Retno sadari kini seorang Cewek berseragam mini sedang menjulurkan lidah kearahnya, kemudian mengibaskan rambut dan melanjutkan perjalannya yang tertunda untuk bersembunyi.

"Udah jelek bawel lagi!" kesal Bilqis kemudian menghempaskan badan diatas sofa lusuh faforitnya. Tak lama terdengar dengkuran halus dari bibir ranum Bilqis, gadis itu sudah menjemput alam mimpinya.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang