32. PERSAMI II

1.6K 72 16
                                    

🌼🌼

Bila memang kita tidak ditakdirkan bersama didunia. Maka, aku berdoa semoga kita dipersatukan di-JannahNya.

🌼🌼🌼

"Disini senang disana senang dimana-mana hatiku senang!" Sorak Tino yang sedang berdiri diujung Bus dengan ukulele kesayangannya.

"Oweeeoo!" Lagu yang ia nyanyikan disambut heboh oleh semua teman-temannya didalam Bus.

Semuanya nampak gembira, bernyanyi bersama-sama dengan judul lagu yang diganti-ganti lirik serta nadanya.

Bilqis tersenyum senang seraya sesekali bergumam mengikuti nyanyian teman-temannya. Namun matanya sesekali melirik pada satu objek yang berjarak dua kursi dari tempatnya juga Vita duduk saat ini. Disana ada Raka yang tengah tertawa bersama Rio sebab ulah Tino yang kehilangan urat malu.

Tawa Raka yang begitu pecah seolah menjadi magnet yang membuat siapapun ikut tertawa. Raka masih terlihat sama, ia masih seceria dulu, bahkan terlihat lebih ceria. Dari kejauhan Bilqis menunduk menahan pandangannya. Hati nya masih belum sepenuhnya lupa, bahwa dulu tawa itu yang selalu menghiasi hari-harinya yang kelabu.

Namun kini, Bilqis harus mengikhlaskan semuanya. Ia harus bisa menahan godaan ini. Dalam hati Bilqis beristigfar memohon bantuan agar dikuatkan, ia tidak boleh goyah. Kini ia meyakinkan diri, bahwa rasa dalam dadanya hanyalah sekadar rasa tenang sebab bisa melihat Raka tersenyum kembali. Ya, hanya itu.

Bilqis melempar pandangan keluar jendela Bus. Berusaha menahan diri untuk tidak menoleh pada Raka yang kini memenuhi isi kepalanya.

"Hufff.. Sabar-sabar." Gumamnya seraya menghembuskan nafas perlahan.

Ia terpejam sejenak sebelum kini matanya benar-benar memuja apa yang telah ia lalui sepanjang perjalanan. Perjalanan yang begitu indah sebab ia dapat melihat perkampungan asri yang ditumbuhi oleh pohon padi juga jagung dibeberapa titik desa.

Bilqis membayangkan seandainya ia adalah gadis desa yang kesehariannya bermain disawah, membantu ibu memasak ditungku kayu, mencuci pakaian dikali yang mengalir, sesekali membantu ayah menanam pagi disawah. Dan tentunya tidak akan pernah tahu apa itu clubbing juga menghabiskan uang utuk shopping diMall ternama. Seandainya saja.

Namun itu semua hanya sebuah hayalan kosong yang melintas dibenaknya. Realitanya ia adalah anak orang kaya raya yang tidak pernah bersyukur, selalu membantah orang tua, menghambur-hamburkan uang untuk hal tidak perlu juga selalu mabuk setiap kali pergi ke club malam. Tentu itu semua terjadi jauh sebelum ia memutuskan untuk berhijrah.

Bilqis tersenyum getir, kenapa ia begitu bodoh dimasalalu?

Menyesali hal yang telah berlalu pasti terjadi. Namun, masalalu biarlah menjadi masalalu. Yang harus dilakukan saat ini hanyalah terus memperbaiki diri, fokus pada masa depan yang lebih baik lagi. Fokus pada jalan hijrah yang tengah ia tekuni.

Senyum tipis Bilqis terpatri indah membentuk suatu lengkungan indah yang sangat cantik.

"Masih lama gak ya?" Pertanyaan Vita memecah lamunan panjang Bilqis.

"Masih lama apanya?"

Vita menghela nafas panjang "Nyampenya Bilqis sayang, masih lama apa kagak?"

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang