Sesunguhnya ungkapan yang telah dikenal oleh orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah ; "Jikalau engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah apa yang engkau suka dan kehendaki."
Hr.Bukhari
* * 🌷🌷 * *
Raka Arjuansyah, cowok tampan berdarah belanda. Terkenal arogan juga humoris.
Tujuan hidupnya beberapa tahun belakangan ini hanya tiga ; 1. Membahagiakan Bilqis, 2. Membuat Bilqis bahagia 3. Memupuk senyuman pada diri kekasihnya. Intinya Bilqis itu prioritasnya, tujuan hidupnya, magnet nya juga pusat dari segala macam semangatnya.
Berlebihan, kah?
Tapi, itu memang benar. Sejak ia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung dari sang ayah, melainkan anak hasil perselingkuhan ibu nya, kehidupan Raka berbalik 180°. Raka yang tadinya berprestasi dalam segala bidang, kini tak lebih dari seonggok daging mentah yang berjalan tanpa tujuan, hingga pada suatu hari ia bertemu pada tumpuan hidupnya, membuatnya lebih berguna. Setidaknya kehadiran Bilqis membuat ia beranggapan bahwa ia harus tetap hidup untuk kebahagian Bilqis.
Raka terdiam untuk beberapa saat, merasakan nyeri pada sudut bibirnya yang sedikit terkoyak, kepalanya sedikit berdenyut.
"Sialan!" umpatnya pada seseorang yang beberapa saat lalu memberikan luka disudut bibirnya.
"Liat aja, suatu saat lo bakal gue bunuh, bajingan!" lanjut Raka sembari meludah darah.
Orang yang menjadi lawan Raka hanya tersenyum meremehkan. Kemudian menarik kerah baju Raka dengan tangan kirinya.
"Bunuh? Lo, mau bunuh gue, huh?" orang tersebut menaikan alisnya. Satu tangan bebasnya menyeka darah pada sudut bibir Raka, namun langsung ditepis kasar oleh Raka. Orang tersebut tersenyum simpul, adik tirinya ini benar-benar menyedihkan.
"Lo itu...cuma anak haram. Yang hidupnya atas belas kasihan gue. Harusnya lo itu sadar posisi. " mata elang Leo menatap dengan nyalang.
Tangan Raka mengepal sempurna. Ingin rasanya melayangkan pukulan demi pukulan pada kakak tirinya ini. Namun, apa daya seorang Raka. Jangankan melayangkan tinju, sedikit saja goresan yang ia lakukan pada Leo, maka hidupnya jadi taruhan. Raka berdecih, seharusnya sejak lama ia tahu bahwa ia hanyalah anak yang tidak diharapkan, Raka kurang peka bahwa sejak kecil memang sudah ada dinding pembeda diantara mereka berdua.
Leo yang jengah ditatap tajam oleh Raka, langsung melepaskan kerah baru Raka dengan ssngat kasar. Raka terbentur disudut tembok.
Leo merogoh saku celananya, ia mengambil beberapa lembar uang seratus ribu pada dompetnya.
Leo meraih tangan Raka, dan membuka gumpalan tangan Raka dengan paksa "Nih,obatin luka, Lo. Gue...jijik liat darah haram, Lo."
Setelah itu Leo melenggang pergi tanpa rasa bersalah.
Mata Raka menatap nanar punggung tegap yang baru saja melesat dengan mobil super mewahnya, kemudian matanya beralih pada 5 lembar uang ditangannya. Tangan Raka meremas kuat uang ditangannya dengan emosi. Namun tak lama ia menyunggingkan senyuman lebar, kenapa harus marah? Toh semua yang dikatakan Leo adalah kebenaran. Ia hanya anak haram yang harus sadar posisi. Karena Tuhan pun tahu bahwa langit dan bumi itu sangatlah berbeda.
Uang yang kucel mengenaskan tersebut ia masukan dalam saku baju, Leo memang kasar sekali bahkan tak segan-segan menorehkan banyak luka pada tubuh Raka. Namun ia juga tidak sungkan memberi uang untuk berobat, hari ini bahkan Raka sudah mendapatnya satu juta hanya untuk dua kali tonjokan dan dua sobekan diujung bibir.
Raka berjalan sedikit terseok menuju motor besarnya, motor yang juga pemberian sang kakak tiri karena motor yang dahulu telah dibakar oleh Leo karena dianggap merusak pemandangan garasi rumah yang mewah. Walau cara nya bicara saat itu sangat menusuk pendengaran Raka
"Lo itu, mau buat keluarga ini dipandang remeh?. Motor kaya gini pantesnya dilebur dineraka bareng lo, Anak haram."
****
Vita menoleh malas pada kedua temannya "Gue, bt banget, sat!"
"He'eh. Ga tu de but, Gabut!" Feby ikut menimpali.
Bilqis yang sedang telentang diatas kasur, segera bangkit dan menyeret kedua temannya dengan paksa kearah balkon kamar. Vita dan Feby hanya bisa pasrah.
"Gabut, kan?" Feby dan Vita saling menatap kemudian kompak menangguk.
Bilqis tersenyum kecil "Oke, tunggu disini. Jangan berisik!"
Setelah berujar Bilqis kembali kedalam kamar. Sementara kedua sahabatnya hanya setia menurut saja.
Vita berjalan kepinggir balkon, mata nya menatap takjub pada pemandangan didepannya "Leh uga."
"Bilqis beruntung, punya bonyok holang kaya." kata Feby yang kini tengah duduk pada kursi.
"Hmm, walau dia jauh lebih kaya dari kita, tapi dia gak pernah angkuh, bahkan dia gak segan-segan nolong kita dengan semua yang dia punya."
Feby mengangguk setuju "Gue kadang minder."
"Gue juga, tapi yaah~ jalanin aja, dia itu punya tampang bangsat berhati malaikat." Vita menutar tubuhnya kearah Feby "Jadi, kalau diantara orang-orang yang dia tolong ada yang nusuk Bilqis dari belakang. Dia adalah orang yang gak tau terimakasih."
Feby sedikit terdiam, kemudian lagi-lagi mengangguk setuju "Iya, dan dia gak pantes hidup layak."
Vita tersenyum simpul, kemudian kembali berbalik menatap langit yang berkerlap-kerlip. Waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari, namun tidak juga mengurangi pemandangan disekitarnya.
Keheningan mengisi ruang keduanya. Sampai suara tapak kaki Bilqis mengalihkan atensitas keduanya.
Vita menoleh, matanya tertuju pada benda ditangan Bilqis "OMG! Bil---"
"Mulut, oyy! Minta dilempar kebawah emang!" potong Bilqis geram dengan sedikit berbisik.
"I-itu dhari mhanahh?" ujar Feby dengan berbisik.
Bilqis tidak menghiraukan keterkejutan kedua sahabat nya. Yang harus ia lakukan saat ini hanyalah menutup semua akses menuju balkon kamarnya. Ia tidak ingin siapapun tahu bahwa Bilqis malam ini membawa benda paling terlarang dirumahnya.
Setelah dirasa cukup aman, Bilqis berjalan gontai menuju kedua sahabatnya yang masih memasang tampang terkejut.
"Bil, lo?" Vita bertanya dengan nada antara terkejut dan senang.
Bilqis meletakkan satu gelas kecil juga satu botol wine yang baru saja ia bawa keatas meja bundar disamping Feby.
"Udah gak usah shok berlebihan, Ini hadiah buat kalian." ucap Bilqis dengan santai seraya menuangkan tuangan pertama.
Vita merebut botol wine dari tangan Bilqis. Matanya membulat sempurna ketika melihat merk yang tertera pada botol tersebut "Ini merk terkenal, gue pernah liat ini waktu nonton film Hollywood."
Bilqis terkekeh kecil mendengar ucapan Vita, sebelum kembali menegak cairan terkutuk tersebut, kemudian disusul Feby lalu Vita. Ketiganya nampak menyeringai puas.
Ditengah gemerlapnya bintang yang menemani, mereka lagi-lagi terbuai. Mereka beranggapan bahwa hidup didunia ini adalah suatu keabadian yang harus dinikmati dengan sangat, ketiganya tidak sadar diri bahwa setiap gerak-gerik kereka selalu saja ada yang memperhatikan. Selalu ada malaikat yang tak bosan-bosan mencatat apa saja yang telah mereka perbuat. Seperti kali ini, lagi dan lagi mereka melanggar dan mengabaikan segala macam bentuk larangan-Nya. Bukankah Allah sudah dengan jelas mengatakan bahwa bermabuk-mabukan adalah suatu tindakan yang dilarang. Seperti yang tertera ;
Setiap minuman yang memabukan adalah khamar. Maka setiap yang memabukan adalah haram. Barang siapa yang meminum khamar didunia lalu mati dalam keadaan meminumnya (kecanduan) , dan belum sempat bertaubat. Maka ia tidak akan meminumnya diakhirat (Syurga). [Hr.Muslim]
Masya Allah. Sungguh mereka merupakan golongan orang-orang yang merugi.
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpirituellesHIATUS :') - - "Siapapun yang sudah kokoh berdiri pasti pernah merasakan jatuh dan ingin mati. Siapapun yang pernah tertawa lepas pasti pernah merasakan tangis yang teramat puas. Siapapun yang pernah berbahagia pasti pernah merasakan beratnya kecewa...