Chapter 10

254 11 0
                                    

Mungkin bersamanya bisa membuatmu lebih bahagia.

AndaraZeanWijaya
***

"Duduk sini"

    Suara dingin Daren menyambut pagi Arleta. Dia yang baru saja turun dari kamarnya langsung mendapat sorot tajam dari mata abangnya yang tengah menikmati sarapannya. Arleta duduk di samping abangnya masih takut jika abangnya itu murka.

    "Kenapa pergi ngga izin?" Tanya Daren mematikan.

    "Abangkan pergi" Ucap Arleta sembari menundukkan kepalanya.

    "Kamu ngga punya hp? Pulsa abis? kuota abis?"

    Arleta hanya menggelangkan kepalanya. Gadis itu masih tidak berani untuk menatap Daren yang masih dalam keadaan berkobar.

     "Abang tuh ngga ngelarang kamu pergi sama siapapun dek. Asal kamu tuh izin sama abang! Apa susahnya si telfon atau chat abang? Kalo kamu kenapa-kenapa siapa yang tanggungjawab? siapa yang bakal kena marah sama mama dan papa? Abang dek! Kamu tau ngga si?" Penjelas Daren masih dengan nada dinginya.

     Cara marah Daren memang tidak teriak-teriak seperti di hutan. Cara marah daren itu tenang namun setiap katanya memiliki penekanan yang membuat Arleta selalu takut mendengarnya.

Gadis itu tau jika semua yang di lakukan abangnya semata-mata hanya untuk kebahagiaannya saja. Abangnya selalu menomor satukan Arleta di atas apapun. Meski dia itu sangat overpritektif pada Arleta.

    Tanpa menjawab semua perkataan Daren. Arleta langsung memeluk abangnya dari samping. Hanya ini cara terampuh untuk meminta maaf dan mendapat ampunan dari abangnya ini.

    "Maafin Letta! Letta janji ngga akan ulangin lagi bang! Maaf!" Ucap Arleta.

    "Kalo pergi izin sama abang!"

    Gadis itu menganggukkan kepalanya yang masih berada di dada bidang abangnya itu. Daren mengusap lembut ramput Arleta dengan sayang, membuat gadis itu tersenyum dalam pelukan abangnya.

Jika sudah begini pasti kemarahan Daren mulai mereda. Dia tidak akan bisa marah terlalu lama pada Arleta apalagi jika adiknya ini sudah bermanja seperti ini.

     "Ya udah sarapan" Printah Daren.

    Arletapun melepaskan pelukkannya dari tubuh Daren seraya tersenyum. Gadis itu mulai melahap nasi goreng yang telah tersaji di hadapannya.

     "Bang, Letta mau tanya dong" Arleta menatap abangnya.

     "Apa?"

     "Kenapa kak Andara kemaren malem kaya gitu?"

     "Masalah keluarga let, lo ngga perlu tau! Kalo lo pacarnya Andara baru gue kasih tau!" Daren mengedipkan sebelah matanya menggoda Arleta.

     "Yeeay! Leta kan udah punya pacar" Ucapnya sombong.

     "Iya deh iya yang baru jadian. Kapan Bastian main kesini buat minta izin ke abang macarin lo?" Tanya Daren seraya menaik turun kan alisnya.

     "Di kira, Bastian mau nikahin Leta harus izin dulu ke abang" Ucap Gadis itu.

     "Minta izin itu ngga selalunya buat ngajak nikah let! Gini-gini gue kan tau sopan santun"

     "Alah, kek abang pernah pacaran ajah"

     "Penting banyak yang suka ke gue"

     "PD ihhh"

     Melihat adiknya memanyunkan bibirnya itu membuat Daren gemas sendiri. Pria itu menyubit pipi Arleta hingga gadis itu berteriak kesakitan.

    "Abang mah!! Kekerasan nihh, Leta bilangin ke Komnas perlindungan Anak nih!" Gerutu Arleta seraya mengusap pipinya yang memanas.

    "Udah ah, abang mau ke rumah Boy dulu liat si Andara udah baikkan belum"

   Daren beranjak dari duduknya seraya meminum segelas susu. Melihat abangnya hendak pergi Arleta merengek meminta ikut bersama Daren. Hari minggu ini dia tidak ada janji dengan siapapun. Dia juga tidak ingin berdiam diri sendirian di rumah.

***

     "KAK BOY! GUE MINTA COKLAT YANG ADA DI KULKAS LO YA! SAMA BUAH DAN ICE CREAMNYA JUGA!"

    Teriakkan nyaring Arleta membuat keempat pria yang tengah berada di depan tv menutup telinga mereka. Suara cempreng Arleta membuat telinga mereka terasa sakit. Beginilah jadinya jika Daren mengajak adik cemprengnya itu ikut bermain.

   Meskipun tadi Daren sudah menolak Arleta agar tidak ikut. Namun adiknya itu terus merengek dan mengancam akan melaporkan pada orang tua mereka jika Daren tidak mengurus dirinya dengan benar. Hal itu membuat Daren mengalah dan membawa Arleta bermain.

   "Adek lo berbakat jadi Tarzan betina tuh!" Seru John.

   "Terus maksud lo gue tarzan jantan gitu hah?" Seru Daren sedikit berteriak.

   "Ya ngga gitu juga," Sangkal John.

   Mereka berdua kembali melanjutkan permainan PS mereka. Sedangkan Boy dan Andara masih sibuk dengan games di ponsel masinf-masing. Arleta yang sudah selesai mengambil apa yang di butuhkannya kembali bergabung di antara keempat lelaki itu.

   "Kak Andara udah baikkan?" Tanya Arleta seraya memakan cemilannya.

    "Udah"

    "Kak, gue tanya boleh?"

    "Apa?"

    "Lo kemarin malem kenapa si?"

    "Bukan urus---"

    "OH MY GOD ARLETA ALZHAFEA ADIKNYA DAREN NATHALIO LO JADIAN SAMA BASTIAN?" Teriakkan Boy berhasil membuat Andara melepaskan ponselnya dan menatap Arleta yabg justru terlihat santai.

    "Iya dong, kenapa emang?" Tanya Arleta begitu santai.

   Mendengar jawaban dari gadis itu membuat bagian tubuh Andara ada yang merasakan sakit yang cukup menyayat. Pria itu hanya bisa menghembuskan napasnya lelah.

    Tak apa seseorang yang di cintainya bersama orang lain. Asalkan dia bahagia dan Andara tetap bisa mencintai Arleta mungkin itu sudah cukup. Toh juga banyak kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan dan tak berakhir bersama.
Pria itu berusaha tersenyum bahagia walau sejujurnya begitu sulit di lakukan.

    "Selamat"

    "Makasih Kak Andara"

    Mendengar kata selamat dari Andara membuat ketiga temannya melotot kaget. Padahal ketiganyapun tau jika Andara mencintai Arleta dan menginginkan gadis itu. Namun mereka salut karena Andara juga bisa menerima semuanya.

    "Pj kuyy" Ucap Boy berusaha memecah kecanggungan.

    "Engga mau! Gue kan baru pacaran bukan nikah, masa harus keluar uang." Tutur Arleta seraya menenggak soft drinknya.

    "Mata duitan!" Celetuk John.

    "Suka-suka gue sii"

    John hanya mendelik sebal dan kembali mengajak Daren bermain. Sedangkan Andara dan Boy kembali sibuk dengan ponsel mereka. Arletapun ikut memainkan ponselnya sembari menyantap cemilan di hadapannya.

***

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang