Chapter 3

414 19 0
                                    

Karna sesuatu yang berbeda selalu memiliki daya tarik tersendiri.

***

Langit gelap hadir membawa ketenangan bagi penghuni bumi yang tengah asik bercengkrama dengan keluarga mereka.

Berkumpul di depan televisi dengan canda tawa yang terlukis di bibir mereka. Mungkin seperti itulah kegiatan keluarga harmonis lainnya.

Sedangkan keluarga Arleta? Bahkan sekarang dia hanya duduk di temani cemilan,novel,ponsel dan televisi yang menayangkan sinetron kesukaannya.

Gadis itu memang sudah biasa menonton televisi sendiri. Abangnya malam ini asik dengan sahabat-sahabatnya di dalam kamar.

Ketika gadis itu asik menonton televisi, tiba-tiba sofa yang di tempatinya seolah bergerak. Seperti ada seseorang yang duduk di sana atau tepatnya duduk di samping gadis itu.

Mata Arleta menoleh ke arah kirinya. Matanya menangkap sosok pria yang siang tadi mendapat semprot dari gadis itu.

"Ngapain lo?" Tanya Arleta ketus.

Bukannya menjawab, pria itu malah mengambil bantal sofa yang ada di belakangnya. Melipat kakinya di atas sofa dan menatap datar telivisi yang menyala di depannya itu.

Mendapat perlakuan cuek dari pria itu membuat Arleta mendengus sebal dan berniat pergi dari sana. Namun langkahnya terhenti saat sebuah tangan memegang pergelangan tangannya.

"Ngga usah ngerasa terganggu! Anggep ajah gue ngga ada!" Ucap pria itu sangat tenang dan terkendali.

Gadis itu hanya terdiam membeku. Pikirannya entah lari kemana, namun yang jelas ada sesuatu aneh yang menjalar di tubuhnya.

Gadis itu masih menatap pria es itu dan menatap tangannya secara bergantian.

"Ngga usah baper! Gue cuma ngga mau tuan rumah merasa terganggu atas kehadiran gue!" Ucap Andara masih datar.

Mendengar itu membuat Arleta mendengus sebal. Ingin rasanya gadis itu memakan seorang Andara Zean Wijaya yang katanya idaman cewek cewek di Dinata.

Seperti ini di sebut idaman? Cih! Tidak ada idaman-idamannya sama sekali bagi Arleta. Saat gadis itu hendak melepaskan tangan Andara, pria itu justru menarik kasar tangannya membuat gadis itu kehilangan keseimbangan dan ambruk memeluk pria itu.

Lagi dan lagi, kedua manik mata itu saling menatap. Dengan posisi sedekat ini, Arleta mampu merasakkan hembusan nafas mint dari pria itu. Jika di lihat dari dekat seperti ini, Andara memang terlihat cukup tampan.

Namun gadis itu segera mengenyahkan pikiran kotornya. Sedangkan lelaki itu tengah menikmati harum rambut Arleta yang sepertinya baru saja keramas. Dadanya kembali merasakkan rasa aneh itu.

Andara memang sudah setahun mengenal Arleta. Namun dia tau jika Arleta sangatlah membencinya karena sikapnya yang datar dan dingin.

Akhir-akhir ini Andara sering menginap di rumah Daren membuat dirinya dan Arleta sering berkontak fisik dibanding setahun sebelumnya.

PLAK!!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi tirus Andara. Membuat pria itu meringis kesakitan, entah kenapa Arleta brutal seperti ini.

Padahal jika cewek lain yang berada di posisinya, mungkin mereka akan bersyukur bukannya menampar Andara seperti ini.

"Modusan banget si lo!" Ucap Arleta seraya berdiri dan menatap tajam ke arah Andara.

Gadis itu melirik tajam pada Andara. Mengambil cemilan,novel dan ponselnya lalu pergi dari ruang televisi menuju kamarnya. Melihat itu Andara hanya menatap Arleta dengan tangan yang masih menyentuh pipinya.

"Brutal amat si jadi cewek!" Gumam Andara karena pipinya panas oleh tamparan Arleta.

Pria itu lanjut menonton televisi. Sedangkan di kamar gadia itu, Arleta masih berdecak kesal dan sesekali mengumpat untuk pria es itu.

Sudah dua kali pria itu memodusinya, dia pikir bisa dengan mudah mendapatkan seorang Arleta Alzhafea.

Drrtt..

Getaran di ponsel gadis itu membuat Arleta cepat-cepat membukanya. Tertera notifikasi dari grup chatnya dengan kedua sahabat gadis itu.

Pukul 20.17

GesrekKuh
CikaAura,RaniaMlka,You

CikaAura
Cek!

ArletaAzfe
Paan nyet?

RaniaMlka
Paan?

CikaAura
Badmood gua_-
Hangout yuk!

ArletaAzfe
Ayo!
Jemput gue!

RaniaMlka
Too

CikaAura
Otw

Arleta langsung menyimpan ponselnya dan mengganti pakaiannya. Akhirnya ada yang mengajaknya keluar dari rumah ini juga. Usai bersiap dan menata penampilannya, Arleta masuk kekamar abangnya untuk berpamitan.

"Bang gue pergi sama Cika dan Rania ya! Kalo ngga mau ngasih ongkos jangan protes!" Ucap Arleta seraya meninggalkan kamar abangnya.

Daren hanya terdiam melongo melihat kelakuan adik satu satunya yang tak ada sopan santunnya sedikitpun. Sedangkan John dan Boy hanya menatap Daren dengan ekspresi menahan senyum.

Bisa bisanya seorang Daren Nathalio yang di gandrungi oleh banyak perempuan bisa terdiam membisu oleh adik perempuannya.

"Mending mah ngga usah pamit!" Ucap pria itu.

"Huaaahahahha.." Tawa John dan Boy akhirnya pecah juga membuat Daren menjitak kepalanya.

Di lantai bawah Arleta menunggu Cika dan Rania di depan televisi. Duduk bersama Andara yang sama sekali tidak menanggap keberadaannya. Pria itu fokus memainkan game di ponselnya, bahkan televisi hanya di liriknya sesekali.

"Berasa sendirian!" Gumam gadis itu.

"Gue denger!" Ucap Andara datar.

Arleta tak ingin memperpanjang masalah. Gadis itu memilih untuk tetap diam dan menatap televisi di depannya. Hingga akhirnya suara tlakson mobil membuat gadis itu berjalan keluar dengan raut wajah bahagia.

***

Sesampainya di Cafe, banyak anak muda yang nongkrong malam ini. Membuat Cafe ramai oleh suara obrolan pengunjung sekaligus alunan musik EDM. Di meja Arleta dan teman-temannya terdapat jus dan kentang goreng.

Ketika mereka tengah asik berbincang, seseorang menghampiri meja mereka.Membuat ketiganya menghentikan perbincangan. Dan menatap ketiga orang yang datang itu.

"Haii, Arleta kan?" Sapa orang itu dengan senyum ramahnya.

"Iya, siapa yah?" Tanya Arleta sedikit bingung.

***

Ayo vote dan comment-nya😊

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang