Chapter 17

224 6 0
                                    

Karna apapun yang lo lakuin. Bagi gue itu spesial.

Arleta Alzhafea
***

Bel istirahat baru saja berbunyi. Gurupun sudah meninggalkan kelas Arleta beberapa detik yang lalu. Begitupun teman kelas Arleta yang sekarang mungkin tengah berada di koridor menuju kantin karena sudah stres menghadapi soal matematikan Peminatan yang membuat mereka ingin melambaikan tangan pada kamera.

  "Ayo Kantin!"

  Ajakan dari suara berat yang begitu Arleta kenali membuat gadis itu menatap kearah sumber suara. Di lihatnya Bastian yang sudah berdiri di depan pintu kelasnya dengan senyum mengbambang. Melihat itu, Arleta langsung berpamitan pada Cika dan Rania karena mereka telat menyalin materi karena malas.

  Kini Arleta dan Bastian tiba di kantin sekolah. Bastian langsung pergi untuk memesan makanan, padahalkan seharusnya istri yang melayani suami kan? Ups! Apa tadi Arleta bilang? Istri? ya ampun. Sejak kapan Bastian menikahinya. Dasar gadis itu memang sudah gila.

  Arleta yang bosan karena lelah berpikir tadi hanya mengetuk ngetukkan jemarinya dan menatap seisi kantin yang di penuhi percakapan dari siswa siswi SMA DINATA.

Mata Arleta berkeliling hingga terhenti pada mata elang yang tengah menatapnya datar. Mata yang selalu terlihat tegas, kuat dan kokoh itu tak selamanya begitu. Karena Arleta pernah melihat mata itu memancarkan kelemahan dan kerapuhan.

Ya. Andara Zean Wijaya.

  Laki laki yang tengah duduk bersama gerombolannya tengah menatap Arleta datar. Entah kenapa kakak kelasnya itu menatap kearahnya. Mendapat tatapan dingin dari Andara membuat Arleta memalingkan pandangannya. Dia memang sedikit takut pada Andara, meskipun gadis itu sering sekali memarahi pria itu.

  "Maaf lama!" Ucapan Bastian membuat Arleta tersadar dan menatap ke arah pria itu yang tengah membawa nampan berisi makanan dan minuman.

  Keduanya menikmati makanan mereka. Arleta sedikit lesu kali ini karena baru saja berperang dengan soal. Apalagi tadi dia mendapat giliran mengerjakan soal di papan tulis. Benar benar sial Arleta hari ini.

   Melihat Arleta yang lesu dan tidak bersemangat membuat Bastian sedikit khawatir. Pria itu menggenggam tangan Arleta yang tergeletk di atas meja. Matanya menatap lembut kearah Arleta yang membuat gadis itu mendongak menatap kearahnya juga.

  "Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Bastian yang hanya di balas gelengan dari Arleta.

  "Kalo ngga sakit kenapa diem ajah? kamu marah?" Bastian kembali bertanya dengan nada khawatirnya.

  "Engga kok! Aku cuma cape ajah tadi abis perang di kelas! Masa iya soal susah di kasih ke aku. Mana ngerjainnya di papan tulis lagi! Kan aku deg degan yak!" Rajuk Arleta seraya mengerucutkan bibirnya.

  Mendengar jawaban Arleta ada sedikit kelegaan di hati Bastian. Pacarnya ini memang sedikit aneh, kadang galak, kadang manja, dan yang sering itu mungkin gila. Tapi itulah yang membuatnya jatuh cinta. Bastian terkekeh seraya mencubit pipi Arleta gemas.

  "Kamu tuh gemesin banget si! Jadi pengen aku cium tau ngga!" Ucap Bastian.

  Arleta yang tadi mengerucutkan bibirnya kini mulai tersenyum malu. Kedua pipi gadis itupun langsung memerah karena ulah Bastian. Pacarnya ini memang bisa saja membuat dirinya merona begini. Arleta langsung menangkupkan kedua tangan di wajahnya membuat tangan Bastian terlepas dari pipinya.

  "Kenapa si?" Tanya Bastian dengan kening yang berkerut bingung.

  "Kamu mah ihhh, malu aku tuh!" Ucap Arleta.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang