Chapter 38

193 5 0
                                    

Karna gue masih inget, kalo kelemahan lo itu cuma satu. Orang yang berarti di hidup lo!

***

  "Mah, Andara mau ngomong!" Ucap lelaki itu ketika baru sampai di rumah setelah mengantar Nadrel pulang.

  "Kenapa sayang?" Fanya bertanya seraya meletakkan remot tv di atas meja.

  "Mamah bicara apa ajah sama Arleta?"

  "Banyak. Mamah bicara juga kalo Nadrel itu calon tunangan kamu."

  "Apah? Andarakan udah bilang mah kalo Andara ngga mau di jodohin sama Nadrel."

  "Kenapa memangnya? Apa kamu punya pacar? Kalo iya bawa ke sini secepatnya dan mamah ngga akan jodoh jodohin kalian lagi."

  "Arleta itu sekarang pacarnya Andara mah. Pantes ajah Leta sebegitu marahnya sama Andara."

  "Maaf mamah ngga tau."

  "Ya udah lah, Andara masuk kamar!"

  Andara melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Menapaki setiap anak tangga dengan rasa bersalah yang mengisi pikiran dan hatinya.

Wajar saja jika Arleta merasa begitu marah padanya. Baru saja hendak memasuki mobil, ponsel Andara bergetar.

"Hallo ndar."

"Hallo."

"Leta anter pulang cepet! Ini udah malem!"

"Leta belum sampe emang?"

"Maksud lo gimana nih? Lo ngga sama Leta hah?"

"Gue sama dia abis berantem dan dia pergi gitu ajah. Bantu gue cari dia kalo gitu ren. Hubungin anak anak juga."

"Oke."

   Andara langsung mematikan sambungan telfonnya. Pria itu berlari cepat menuruni anak tangga, Andara pamit pada Fanya dan mengatakan bahwa Arleta hilang.

Hal itu membuat Fanya ikut khawatir seperti sekarang. Kejadian ini kembali mengingatkannya pada hari di mana Bastian kecelakaan dulu.
 
Andara melajukan motornya membelah jalanan kota menuju tempat pasar malam itu. Setibanya di sana, ketiga teman Andara sudah berkumpul dengan perasaan khawatir dan was was yang sama dengan Andara. Karena bagaimanapun mereka sudah menganggap Arleta sebagai adik mereka sendiri.

  "Gue ke arah sana, lo sana, lo sana dan lo sana ren oke? Satu jam lagi kita ketemu di sini." Intruksi Andara.

  Semua orangpun langsung menyalakan motor mereka dan mulai berpencar untuk mencari Arleta. Satu jam kemudian, semua usaha mereka sia sia karena Arleta tak kunjung di temukan. Membuat Andara sudah kalang kabut sendiri.

  "Telfon bang Reno cepet! Minta bantuan anak anak motor! Kita kumpul di basecamp!" Ucap Andara kepada Boy.

  Dengan sigap Boy langsung menelfon Reno untuk mengumpulkan seluruh anak motor di basecamp mereka. Usai mengabari bang Reno, Keempat pria itupun bergegas menuju basecamp untuk menunggu anak anak.
 
Sampai di basecamp, yang merupakan sebuah bangunan pabrik tua yang sudah mereka sulap menjadi tempat tongkrongan itu Andara tak bisa diam. Pria itu terus saja mondar mandir dengan sesekali meremas rambutnya dengan kedua tangan.

Penampilan Andara memang sudah sangat kacau,rambut berantakan, raut wajah lelah dan khawatir yang bercampur menjadi satu menambah kekacauan pria itu.


15 menit berlalu, semua anak motor sudah berkumpul di dalam basecamp. Daren memberitahukan apa yang harus mereka lakukan malam ini. Mengintruksi semua anggota dan membiarkan Andara uring uringan di depan pintu. Setelah semuanya paham, mereka bergegas meninggalakn basecamp untuk mencari Arleta.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang