Chapter 14

234 8 0
                                    

Dan sekarang gue udah tau gimana caranya mencintai lo tanpa harus merebut dan tersakiti!

AndaraZeanWijaya
***


  Tok...Tok..Tok..

  Suara ketukan pintu terdengar ketika Daren dan Arleta tengah asik berbincang sepulang dari dari acara masing-masing. Mendengar ketukan pintu itu membuat Arleta bergegas membuka pintu rumahnya.

  "Sebentarr..." Ucap Arleta seraya membuka kunci pintu rumahnya.

  "Kak Andara?" Pekik Arleta sedikit kaget melihat wajah Andara yang kacau dan darah yang mengalir dari kening pria itu.

  "Gu-gue boleh ma-masuk?" Lirih pria itu membuat Arleta langsung membantu Andara masuk kedalam rumahnya.

     Gadis itu memapah Andara karna pria itu terlihat begitu lemah. Ada kekhawatiran yang ada di diri Arleta melihat Andara seperti ini. Arleta mengalungkan tangan kanan Andara di lehernya, sedangkan tangan kirinya merengkuh pinggang pria itu sembari berjalan perlahan menuju ruang keluarga.

    "Loh lo kenapa lagi,Ndar?" Tanya Daren terkesiap yang melihat wajah sahabatnya di aliri darah segar.

    "Nanti dulu bang tanyanya kali!" Ucap Arleta dan mendudukkan Andara di sofa.

   Arleta langsung berlari mengambil P3K yang di letakkan di dapurnya dan membawa sebaskom air untuk mengompres lebam di wajah Andara. Usai mengambil semua peralatan Arleta dengan telaten mengobati luka di wajah Andara.

   Gadis itu mulai membersihkan luka di kening Andara yang terus menerus mengeluarkan darah segar. Wajahnya fokus memperhatikan luka yang tengah di obati olehnya.

Dalam keadaan sedekat ini dengan Arleta membuat degupan jantung Andara bekerja lebih extra. Pria itu memperhatikan setiap inci wajah gadisnya yang begitu cantik alami.

    Tanpa polesan make up sedikitpun di wajah manis itu membuat Andara semakin jatuh saja padanya. Sejujurnya Andarapun tak tau apa yang berhasil membuatnya jatuh hati pada sosok Arleta yang notabene adalah adik dari sahabatnya sendiri. Tapi memang bukankah cinta tak butuh alasan untuk tumbuh?

   Daren yang sedari tadi hanya memperhatikkan kedua manusia di depannya itu hanya terdiam. Dia melihat Andara yang tengah menatap adiknya lekat seolah takut Arleta hilang dari bumi jika tak di tatap olehnya.

Daren tau jika Andara begitu tulus mencintai adiknya. Andara memang dingin pada semua orang, terkesan jutek dan kasar. Namun, jika lelaki itu sudah menyukai satu orang maka dia akan sulit untuk berpaling. Dan Daren mengetahui itu karna mereka memang sudah sangat akrab.

Gue tau lo tulus sayang sama adek gue, ndar! Tapi gue ngga bisa apa-apa saat adek gue udah milih orang lain-Batin Daren.

    "Udah selesai kak!"Ucapan Arleta itu membuat Andara tersadar dari lamunannya karena terfokus menatap Arleta.

     Arleta meletakkan semua peralatannya di atas meja dan merapikannya kembali. Andara masih menyandarkan tubuhnya di sofa sembari memejamkan matanya mencari ketenangan. Satu tangannya memegangi panggal hidungnya untuk mengusir rasa pusingnya.

   Arleta yang sudah merapikan semuanya beranjak duduk di sofa yang berada di samping abangnya. Dan mengambil cemilan dengan terus menatap Andara khawatir.

   "Kenapa lagi?" Tanya Daren membuka suara.

   "Bokap" Singkat Andara.

   "Bukannya kita pulang jam 9? Ngga malem banget kok" Ucap Daren dengan kening yang mengkerut.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang