Chapter 39

185 5 0
                                    

Karena apapun yang terjadi, hati gue cuma memilih Dia!

Andara Zean Wijaya
***

  Jleb!!

  "Arghh!!!"

Lenguhan itu memenuhi ruang basecamp ini, bau anyir menyeruak membuat seseorang yang berdiri tak jauh dari hadapan Stevano tumbang ke lantai. Kedua tangannya memegangi perut bagian kirinya yang tertusuk oleh pisau milik Stevano.

Semua orang kini menatap kearah korban tusukan itu. Waktu seolah berhenti begitu saja melihat seseorang terduduk di lantai dengan darah segar mengalir deras dari perutnya.

  "Arleta!" Pekikan Andara membuat semua orang tersadar begitupun dengan Daren yang kini mematung melihat adiknya bersimpuh di lantai dengan darah segar di perutnya.

  Bersamaan dengan itu, polisi yang tadi di hubungi oleh Bang Rano di saat keadaan semakin gentingpun datang mengepung gudang ini dan menangkap Stevano beserta teman temannya. Kini semua orang mengerubungi Andara dan Arleta yang tengah terduduk di lantai.
 

Pria itu meraih tubuh Arleta dan menjadikan kakinya sebagai bantalan kepala gadis itu. Tangannyapun ikut memegangi perut Arleta yang tak hentinya mengeluarkan darah itu. Andara menangis di hadapan teman teman geng motornya. Dan itu merupakan salah satu kesempatan langka.

  "CEPET CARI MOBIL BUAT BAWA ARLETA!!" Teriak Andara mengintruksi.

  "Pake mobil polisi ajah, Ndar. Biar makin cepet!" Usul Rano.

  Andara langsung mengangkat tubuh Arleta dan membawanya menuju ke mobil polisi. Mata gadis itu sudah terpejam semenjak menerima tusukan. Hal itu membuat Andara semakin kalang kabut sendiri.

Di depan mobil polisi, motor Rano dan Boy menjadi pembuka jalan agar laju mobil polisi tak terhambat. Sedangkan di belakangnya, semua anak club motor Andara mengikutinya. Daren memilih untuk membonceng Boy karena takut terjadi hal negatif yang tak di inginkan.

  "Arleta please sadar! Jangan buat khawatir. Maafin gue, Let. Maaf!" Ucap Andara dengan tangan yang mengusap usap telapan tangan Arleta untuk membuat suhu tubuh gadis itu menghangat.

  Sepanjang perjalanan, Andara terus mengusap telapak tangan Arleta secara bergantian agar gadis itu lekas membuka matanya. Darah segar terus mengakir di perut Arleta yang membuat kecemasan Andara semakin meningkat.

Pria itu tak ingin kehilangan Arleta. Dia sangat menyayangi gadisnya itu dan tak ingin berpisah dengannya.

***

  Arleta sudah di tangani oleh dokter sejak satu jam yang lalu. Namun, pihak medis belum juga ada tanda tanda hendak keluar dari ruangan.

Andara yang kini sudah terduduk di samping pintu ruangan Arleta dengan kaki tertekuk dan tangan yang mencengkram rambutnya kuat hanya bisa menangis.

Semua teman Arleta sudah berkumpul di depan ruangan gadis itu dengan harap harap cemas. Keyla juga tengah menenangkan Daren yang terlihat begitu kacau sekarang.

  "Gue abang yang bego, Key!" Rutuk Daren pada dirinya sendiri.

  "Lo udah bener ngejagain Arleta. Semua ini udah takdir ren. Lo harus sabar!" Ucap Keyla seraya mengusap lengan Daren menenangkan.

  Beberapa menit berlalu, akhirnya dokter keluar dari ruangan di ikuti para suster di belakangnya. Mendengar suara decit pintu terbuka, semua orangpun lekas bangkit dari duduk mereka. Andara bergegas menatap dokter yang berada di dekatnya.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang