Chapter 36

155 6 0
                                    



  Setelah beberapa hari tak masuk sekolah. Kini Arleta di buat pusing karena harus menyalin beberapa materi pelajaran saat dirinya tak berangkat. Arleta melakukan ini agar tak tertinggal pelajaran dan tetap bisa mengikuti seperti teman teman yang lain.
 

Bel istirahat sudah berdering sekitar lima menit yang lalu. Membuat Arleta dan kedua sahabatnya melangkahkan kaki menuju kantin. Arleta sudah terbiasa tanpa adanya Andara yang datang menjemput. Mungkin lama kelamaan Arletapun akan terbiasa tanpa Andara dan cinta dari pria itu.

   Setibanya di kantin, mereka langsung menempati meja yang berada lumayan di tengah. Membuat mereka leluasa melihat sekitar. Apalagi posisi bangku Arleta yang menatap kearah pintu masuk kantin. Hal itu membuat gadis itu bisa melihat siapa saja yang datang ke kantin.

  Pesanan mereka datang dan sudah tersaji di atas meja. Arleta menyeruput jus mangga yang di belinya. Begitupun dengan teman temannya yang hanya memesan jus dan beberapa cemilan.

  "Lo kenapa pergi tiba tiba si?" Tanya Rania memecah lengang.

  "Iya let. Aneh tau ngga." Kini Cika yang berceletuk.

  Bukannya menjawab, gadis itu hanya terdiam seraya menatap sinis kedua remaja yang tengah memasuki kantin dengan begitu mesra.

Satu gadis cantik yang entah bernama siapa, dan satu pria tampan yang menjadi idaman di SMA Dinata. Ya, dia adalah Andara yang tengah du gandeng mesra oleh gadis yang termemeluk lengannya.

  Arah pandangnya terus mengikuti kedua orang itu hingga mereka duduk di kursi yang berada berserongan dengan meja Arleta. Namun, pria itu sama sekali belum menyadari kehadiran Arleta di sana. Melihat Arleta yang tak kunjung menjawab, Cika dan Raniapun mengikuti arah pandang Arleta dan mendapati dua orang kakak kelas mereka.

  "Lo ngga papa?" Tanya Rania khawatir.

  "GUE NGGA PAPA KOK. LAGIAN, kalopun gue bilang sebaliknya, apa mereka yang bersalah akan perduli? Bukannya pembunuh juga ngga kasian ya sama korbannya? Jadi lebih baik gue bilang kalo gue baik baik ajah kan?" Arleta sengaja meninggikan kalimatnya yang membuat Andara terpaku dan kini berbali menatap kearah gadis itu.

  Andara sedikit tersentak mendapati Arleta yang berada di belakang mejanya. Melihat Andara menoleh, gadis itupun tersenyum sinis kearah pria itu. Sesaat tatapan tajam Arleta menusuk manik mata Andara sebelum akhirnya bangkit dari kursinya dan melangkah peegi.

  Dengan sigap Andara langsung meraih tangan Arleta dan menyentakkan tangan itu hingga Arleta menubruk dada bidangnya. Andara menatap manik mata hitam legam yang begitu di rindukannya.

Begitupun Arleta yang menatap Andara dengan begitu sinis dan dingin. Hanya beberapa saat tatapan mereka beradu sebelum akhirnya sebuah tangan mendorong tubuh Arleta hingga gadis itu terdorong kebelakang.

  "Ngga sopan banget si peluk peluk! Lo masih kelas 11 kan? Yang sopan dong sama senior!" Ketus Nadrel sembari memegang lengan Andara dan menatap sinis Arleta.

  "Maaf. Kalo gue udah ngga SOPAN!" Sinis Arleta seraya menekan kata sopan. Gadis itu menatap Andara yang juga menatap dirinya.

  "Nyolot banget si lo? Ngapain natap natap Andara kaya gitu? Lo suka sama dia? Dasar Bitch!" Sinis Nadrel dan kembali mendorong Arleta. Andara yang melihat itu hanya bisa terdiam.

  "Ngga usah lo dorong, gue juga bakal ngejauh kok! Dan lagi, jaga  tuh mulut sama pacar lo yang ganteng ini." Arleta melontarkan lirikan sinisnya dan berlalu pergi.

   Melihat punggung Arleta yang perlahan menjauh, membuat Andara merasa bersalah. Tak seharusnya dia diam saja saat Arleta di perlakukan begitu kasar oleh Nadrel tadi.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang