Chapter 35

172 7 0
                                    

Tawa memang selalu membuat luka tertutup secara halus.

Arleta Alzhafea
***

Pagi ketiga Arleta berada di jogjakarta, namun gadis itu hanya tidur tiduran malas di rumah tantenya. Safila yang memang sedari awal terus mempertanyakan perihal kondisi gadis itu.

Sejak datang ke Jogja di antar lelaki, Arleta terlihat murung di kamarnya. Membuat Safila kebingungan sendiri melihat gadis cerewet yang tiba tiba diam. Di siang ketiga, Safila memutuskan untuk menelfon Daren.

"Hallo ren"

"Hallo kak, kenapa?"

"Arleta lagi kenapa si ini?"

"Maksud lo kak?"

"Dia dari pertama dateng badmood mulu. Lo lagi berantem?"

"Engga kok kak. Gue baik baik ajah sama dia."

"Apa jangan jangan lagi berantem sama pacarnya?"

"Kalo itu gue ngga tau kak, tu anak ngga cerita. Ya udah deh, gue minta tolong ya kak jagain Arleta. Mungkin kalo sama lo dia lebih terbuka, lo kak cewek. Deket juga kalian dari dulu kan."

"Kalo urusan itu si gue oke oke ajah ren. Cuma yang gue takut dia lagi ada masalah sama lo."

"Engga kok kak, santai ajah."

"Ya udah kalo emang ngga ada, udah dulu yak. Mau coba bujuk Leta lagi gue. Lo belajar yang bener."

"Oke kak, thanks yak"

"Santai kali. Kaya sama siapa."

"Oke deh. Bye kak"

"Bye."

Safila memutuskan sambungan telefon dan menuju ke dapur rumahnya untuk menyiapkan makan siap bagi Arleta. Ketika Safila tengah asik menyiapkan piring makan.

Suara bel terdengar memekakan telinga, membuat Safila menghentikan aktifitasnya dan membukakan pintu untuk sang tamu.

"Siang kak" Sapa tamu itu seraya tersenyum.

"Loh, kamu yang kemarin ngantar Arleta kan. Siapa nama kamu saya lupa?" Ucap Safila.

"Iya, Stevano kak. Panggil stev ajah." Stev tersenyum ramah pada Safila.

"Ayo masuk. Biar saya panggilkan Arleta."

"Iya kak"

Keduanya melangkah masuk kedalam rumah Safila. Setelah mempersilakan Stevano duduk di ruang tamu. Wanita itu melenggang pergi menuju kamar Arleta yang berada di lantai dua rumahnya. Mengetuk pintu kamar itu hingga Arleta membukanya.

"Di bawah ada cowok ganteng yang kemaren."

"Ya ampun sadar kak. Suami lo ajah udah ganteng ngga nahanin begitu, jangan selingkuh." Ucap Arleta.

Pletak!

Safila menjitak kepala Arleta yang berbicara seenak jidatnya tanpa di saring terlebih dahulu. Memang si dirinya juga begitu, tapi tetap saja Safila tak merasa seperti itu.

"Aw! Nyiksa banget si jadi sepupu." Pekik Arleta seraya memegangi kepalanya.

"Udah sana temuin. Kasian kalo nunggu lama." Printah Safila.

"Oke"

Keduanya menuruni tangga menuju ruang tamu. Sebenarnya Arleta malas bertemu siapapun, gadis itu hanya ingin bedmalas malasan di rumah tantenya ini. Tapi kasihan juga jika Stevano di biafkan sendirian begitu saja.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang