Chapter 44

183 6 0
                                    

Lo akan tau gimana rasanya melihat orang yang kita sayangi terbaring lemah ngga berdaya, saat lo juga ngalamin hal yang sama.

Andara Zean Wijaya
***

Net
Net
Net

Suara bel pulang menggema di seantero SMA Dinata. Siswa siswi mulai berjalan menuju gerbang sekolah yang baru saja terbuka. Berjalan tidak sabaran ingin cepat keluar dari area sekolah.

Begitupun dengan Andara dan ketiga sahabatnya yang kini sudah berada di perkiran motor. Keempatnya tengah mengenakan helm dan manaiki motor masing masing.

"Lo mau ke Arleta langsung, Ndar?" Tanya John yang baru saja memakai helmnya.

"Iya."

"Lo jangan terlalu fokus ke Arleta, Ndar. Bentar lagi kita bakal sibuk. Lo harus pikirin materi juga." Kini Daren yang menyampaikan argumennya.

"Gue tau."

"Ya udahlah mending kita balik. Oh ya, gue datengnya nanti malem ajah yak ke rumah sakit." Ucap Boy.

"Gue juga Ndar."

"Lo gimana?" Andara menatap Daren.

"Gue juga maleman, ada tugas yang belum gue selesein buat besok."

"Oke. Gue duluan yak."

"Hati hati bro"

Andara melajukan motornya meninggalkan pelataran SMA Dinata. Melaju membelah jalanan ibu kota yang ramai lancar di sore hari ini. Tanpa memperdulikan keadaan sekitar, Andara terus saja melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.

Meliuk liuk mendahului setiap kendaraan yang menghambat laju motornya. Pria itu ingin cepat bertemu dengan kekasihnya. Berharap Arleta akan sadar dan kembali tersenyum pada dirinya.

***

Seperti biasanya, sebelum memasuki area rumah sakit. Andara akan berhenti di depan toko bunga langganannya. Membeli sebuket bunga krisan untuk kekasihnya itu.

Pria itu melepaskan helmnya dan masuk ke dalam toko bunga. Hari ini pria itu memesan bungan krisan dengan berbagai warna. Tak lupa Andara juga sudah membawakan Arleta boneka pikachu yang sudah di siapkannya sedari pagi.

Andara lupa memberikan boneka itu saat dia berkunjung ke kamar Arleta pagi tadi. Oleh karena itu sepanjang hari tadi boneka itu ada di dalam tas sekolahnya.

"Hai Andara."

Sapaan yang kini tak asing lagi di telinga Andara membuat pria itu menoleh pada sumber suara. Aktifitasnya yang tengah menikmati rentetan krisan harus terhenti karena suara itu.

"Zhea, ngapain?"

"Beli krisan."

"Sama siapa?"

"Sendiri. Lo juga lagi beli krisan yah?"

"Hmm"

"Lo baru pulang sekolah? Langsung ke sini?"

"Iya."

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang