Chapter 26

221 9 0
                                    


Gue bisa apa? Saat hati dan pikiran gue mengatakan hal yang berbeda secara bersamaan.

ArletaAlzhafea
***


   "Let,  Andara mau ketemu nih."

   Suara Daren terdengar ketika Arleta tengah asik membaca novel di dalam kamarnya. Sudah seminggu semenjak kejadian di danau itu Arleta belum bertemu lagi dengan Andara. Gadis itu selalu menghindar dari Andara, baik di sekolah maupun di rumah.

  Arleta selalu menolak bertemu dengan Andara jika pria itu berkunjung ke rumahnya. Jika di sekolah, Arleta akan langsung menuju ke taman belakang jika bel istirahat berbunyi. Berjalan memutar mencari jalan yang akan membuatnya tak berpapasan dengan Andara

   Jujur saja, Arleta bingung jika bertemu Andara. Hati dan pikiran gadis itu akan berperang jika sudah melihat keberadaan Andara. Pikiran Arleta mengatakan jika tidak logis apabila Arleta secepat itu membuka hati dan memcintai orang lain padahal Bastian baru saja meninggal.

Namun hatinya berkata jika Arleta pantas apabila memiliki rasa dengan Andara. Karena persamaan luka di antara keduanya yang membuat Andara bisa dengan mudah menggeser posisi Bastian di hati gadis itu. Entahlah, Arleta pusing memikirkan semua ini.

  "Bilang ke dia Leta ngantuk mau tidur." Ucap Arleta.

  "Ini tuh masih jam 6, Let. Kalo ada masalah tuh di selesein. Jangan malah ngehindar. Gue tau lo jauhin Andara kan seminggu ini. Tau ngga si lo kalo tuh anak jadi uring uringan gak jelas. Cepet buka pintu!" Paksa Daren.

  "Nggak" Keukeh Arleta.

  "Ngga bakal gue kasih tambahan duit buat beli novel lagi yak" Ancam Daren yang membuat Arleta mendengus kasar dan membanting novelnya ke ataa kasur.

   Gadis itu berjalan menuju pintu kamarnya dan membukanya dengan raut wajah cemberut. Arleta melangkahkan kaki keluar dari kamar. Gadis itu dengan sengaja menyenggol bahu Daren kuat yang membuat pria itu gregetan pada Arleta.

  "Untung adek. Kalo musuh udah gue cincang lo!" Gerutu Daren.

  Keduanya menuruni anak tangga bersama. Menghampiri Andara yang tengah menunggu mereka di ruang keluarga sembari bermain game di ponselnya. Mendengar suara langkah kaki membuat Andara memasukkan ponselnya ke saku hoodie yang di kenakan pria itu.

  Andara menatap wajah kesal Arleta dengan memicing. Dia juga menatap wajah cemberut sahabatnya yang berada di belakang Arleta. Sekilas keduanya terlihat mirip saat sedang cemberut seperti ini. Andara berdiri dari duduknya masih dengan menatap kedua orang itu.

  "Gue bawa adek lo bentar yak" Andara langsung menarik tangan Arleta tanpa mendapat persetujuan dari Daren.

  "Perasaan, gue jadi ngga ada wibawa wibawanya ya? Kan kalo di novel novel yang si Arleta baca. Kalo abang muda itu keren yak. Kok gue malah gini amat yak." Sungut Daren dan langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi.

   Di dalam mobil Andara, Arleta terus cerewet bertanya. Membuat Andara mendengus kasar karena suara berisik Arleta. Setiap kali gadis itu bertanya, Andara tak pernah menjawabnya sedikitpun.

Hingga mobil Andara berhenti di sebuah taman komplek perumahan Arleta. Pria itu kembali menarik Arleta keluar dan membawa gadis itu dusuk di bangku taman.

"Apa-apaan si lo" Sentak Arleta dan berdiri menatap Andara kesal.

"Gue mau ngomong" Singkat Andara.

"Di rumah kan juga bisa." Sungut Arleta dan kembali terduduk di bangku.

  "Setiap orang butuh privasi, Let." Ucap Andara.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang