Chapter 50

169 4 0
                                    


4 tahun kemudian.

Kicau burung bersahutan menyapa mentari yang mulai merangkak naik menuju singgah sananya. Semburat emas memancar indah menyelimuti setiap penjuru dunia. Cahaya kedamaian yang selalu membawa ketenangan itu mampu membuat siapapun merasakan bahagia yang sebenar benarnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, namun gadis dengan rambut panjang terikat itu masih menunggu taxi online yang di pesannya. Sudah beberapa kali gadis itu menatap jam tangan yang bertengger manis di pergelangan tangannya itu. Hanya untuk memastikan jika dirinya tak ketinggalan momen wisuda dari sang kakak.

Hari ini memang hari spesial untuk Daren abangnya, karena setelah menjalani perkuliahan selama 4 tahun lamanya akhirnya lelaki itu lulus dengan hasil yang memuaskan.

Di salah satu kampus negri di Jakarta, Daren dan kedua sahabatnya juga Keyla akan di wisuda pukul 10 pagi nanti. Mereka berempat memang sengaja memilih kampus yang sama karena tak ingin berpisah dan jauh dari keluarga. Hanya saja jurusan dari mereka semua berbeda satu sama lain.

Keyla yang mengambil prodi Psikologi, Daren yang mengambil bisnis, Boy dengan prodi Hukum dan John dengan prodi Komunikasi. Meskipun berbeda jurusan, setidaknya mereka masih dalam kampus yang sama sehingga mudah untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama.

Selain keempat orang itu, Arleta, Cika dan Raniapun ikut masuk ke kampus tersebut dengan alasan mencari yang dekat dari rumah. Meskipun sebenarnya jarak rumah dan kampus mereka 45 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor.

Taxi yang di tumpangi Arleta masih meliuk liuk di jalanan ibu kota yang ramai lancar pagi ini. Membuat laju taxi sedikit terhambat karena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.

Drrt.. Drrt..

Di tengah ketegangan Arleta. Tiba tiba ponsel gadis itu bergetar menandakan sebuah panggilan masuk. Arleta menatap laya ponselnya yang tertuliskan BangAlay Calling. Gadis itu mengangkat telfon dari abangnya itu.

"Hallo, kenapa bang?"

"Lo dimana si? Acara bentar lagi mulai nih."

"Iya bentar gue lagi di jalan kok. Santai kenapa."

"Awas ajah kalo sampe lo telat."

"Iya bawel. Udah deh diem."

"Ya udah. Cepet ke dateng tapi ati ati."

"Iya."

Setelah sambungan telfon terputus Arleta kembali menatap jalanan di luar kaca jendela sampingnya. Gadis itu terdiam memikirkan semua hal, sebentar lagi dirinyapun akan mengikuti jejak abangnya itu. Lulus dan menapaki kehidupan yang lebih dewasa lagi.

Memikirkan semua itu membuat Arleta teringat pada pria yang selama ini menjadi harapannya. Pria yang mampu membuat gadis itu bertahan dalam penantiannya yang entah akan berbuah atau tidak.

"Apa lo di sana juga udah wisuda, Ndar?" Gumam Arleta.

Tanpa disadari oleh gadis itu, air mata Arleta mengalir begitu saja di pipinya. Hal itu membuatnya refleks menghapus air matanya itu.

Empat tahun sudah Arleta menunggu Andara. Tanpa kabar, tanpa komunikasi dan tanpa Kontak apapun. Entah apakah Andara masih mengingatnya atau tidak. Namun yang jelas Arleta masih yakin jika Andara akan kembali bersama dirinya lagi.

Mereka akan berbahagia bersama dan melepas semua kerinduan bersama. Arleta membayangkan saat saat itu akan datang dalam kehidupannya.

"Udah sampe, mbak." Ucap sopir taxi yang berhasil membuyarkan lamunan Arleta.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang