Chapter 40

211 7 0
                                    

Mungkin ini saatnya gue berjuang dalam alur menunggu yang akan jadi saksi kalo gue bener bener tulus mencintai lo

Andara Zean Wijaya
***

Mata indah itu masih nyaman untuk terpejam. Seolah tak ingin lagi menatap dunianya kembali. Air muka damai terpancar dari wajah cantiknya. Wajah yang selalu terlihat ceria setiap hari tanpa ada niatan tuk mengakhiri.

Bunyi suara pendeteksi detak jantung menjadi temannya selama terbaring di bangsal rumah sakit. Alat alat medis kini menjadi harapan dalam setiap hembusan napasnya yang terasa melemah.

Suara decit pintu terbuka tak membuatnya terusik sedikitpun dari tidur panjangnya. Pria itu membawa sebuket bunga krisan yang begitu indah. Bunga yang selama ini di sukai oleh gadisnya.

Meletakkan bunga krisan itu di nakas yang berada di samping Arleta. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah ataupun ketika pulang dari sekolah.

Andara memang selalu menyempatkan diri untuk menjenguk kekasihnya itu. Dan selalu membawakan bunga bunga krisan untuk di letakkan di ruangan gadisnya.

Hingga Andara duduk di kursi yang berada di samping gadis itu. Tangan Andara menggenggam satu tangan gadis itu yang terasa hangat. Andara menciumi punggung tangannya namun gadis itu tak kunjung untuk membuka mata.

"Hey cantik, kapan kamu bangun? Aku udah bawain kamu bunga krisan. Pasti kamu suka kan?"

"Aku kangen kamu Let. Maafin aku yang udah gagal untuk jagain kamu. Kamu bener, harusnya aku tau mana yang seharusnya aku prioritaskan. Seharusnya, aku ngga biarin kamu pergi sebulan yang lalu. Maafin aku Let."

Andara terus menggenggam erat tangan Arleta. Berusaha menyalurkan kerinduan yang di rasakannya selama ini. Pria itu rindu senyuman Arleta, rindu kejutekkan gadis itu. Andara merindukan semua yang ada dalam diri Arleta.

Baru kali ini, seorang Andara sebegitu lemahnya hanya untuk seorang wanita. Andara si dingin, si cuek dan semua hal menyebalkan yang selalu Arleta benci. Sekarang justru terpuruk karena gadis itu.

"Let, kamu inget ngga? Saat aku salah masuk ke kamar kamu? Aku pikir itu kamar Daren, tapi ternyata itu kamar kamu yak. Dulu kita berantem terus yak, kamu yang selalu benci sama sifat aku. Dan aku yang benci karna kamu terlalu cerewet dan manja. Tapi sekarang, aku justru kangen sama kamu yang cerewet sama manja. Aku kangen kamu yang selalu blushing Let. I miss you so much beib."

Andara menundukkan kepalanya di ranjang Arleta, mengusir rasa sesak yang ada di dalam hatinya. Rasa sesak akan kerinduan yang begitu mendalam. Andara merindukan Arletanya.

Tanpa di sadari oleh pria itu, seseorang tengah memperhatikannya dari balik pintu. Menatap dengan sendu seorang Andara yang menangis hanya untuk Arleta.

"Gue yang udah kenal lo jauh lebih lama dari cewek itu, tapi kenapa lo lebih milih dia dari pada gue Ndar? Gue sayang lo Ndar. Tapi gue tau, cinta lo cuma buat Arleta. Maafin gue yang udah pernah berusaha buat ngehancurin hubungan kalian. Maafin gue."

Gadis itu berlalu pergi meninggalkan ruangan Arleta, hingga dirinya tak mengaja menabrak bahu seseorang.

"Nadrel?" Pekik Keyla.

Ya, gadis itu adalah Nadrel. Sahabat Andara yang selama ini tak pernah di anggap lebih oleh pria itu. Nadrel menatap Keyla seraya menghapus air matanya yang mengalir begitu saja. Membuat Keyla sedikit iba melihat kondisi gadis itu.

AndarletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang