Memiliki suami seorang designer terkenal yang memiliki cabang nasional di seluruh provinsi dan beberapa butik di luar negeri, kadang membuatku minder sendiri.
Suami dengan kulit selicin porselen, mata sebening telaga, bibir semerah tomat matang yang sangat menggoda, berbanding terbalik denganku yang sekarang membawa keranjang pakaian memasuki kamar sang empunya rumah.Tidak, aku masih menjadi nyonya di sebuah istana bergaya Eropa yang sertifikatnya tertulis nama suami yang sudah menikahiku hampir dua tahun lalu. Atas nama pengabdian kepadanya akulah yang melakukan semua pekerjaan rumah yang terkait langsung dengan suamiku, tentu dibantu oleh beberapa asisten rumah tangga yang jumlahnya sama dengan jumah semua jari di tubuh manusia. Bisa dibilang pekerjaanku rangkap dua selain sebagai istri juga kepala pelayan.
Setelah menghembuskan napas panjang satu kali, kakiku melangkah masuk ke kamar suamiku yang sedang bergelut di balik selimut dengan sesosok guling hidup. Aku segera berjongkok memunguti pakaian suamiku yang berserakan di lantai bersama pakaian guling hidupnya yang sudah tidak berbentuk bekas cabikan di beberapa sisi. Setelahnya, aku bangkit menuju nakas di dekat tempat tidur untuk memungut gelas bekas wine.
Pandanganku terpaku di satu titik, wajahnya. Meskipun sudah sering melihat wajah itu tapi aku tak pernah ada kata bosan untuk terus mengagumi wajah setampan dewa Yunani miliknya.
Dulu saat aku diperlihatkan fotonya, aku sempat mengira dia adalah artis, bukannya designer. Tidak sulit untuk dia laris manis wara-wiri di TV karena ketampanannya.
"Duh, Melodi jangan lagi kamu menitikkan air liur" batinku sambil mengelap sudut bibir.
Kesadaranku segera datang dan aku melihat jam digital di dekat gelas-gelas tadi dan sudah menunjukkan pukul 5.56, kurang dari 5 menit lagi sang tuan akan bangun. Aku segera meletakkan gelas tadi bersama pakaian kotor bersiap meninggalkan kamar mewah itu. Langkahku belum sampai luar, aku mendengar suara serak khas bangun tidur.
"Odd.." gumamnya pelan. Aku tak yakin, mungkin dia hanya mengigau setelah bangun tidur.
Kedengarannya romantis sekali ya, namaku disebutnya pertama saat dia bangun tidur. Cih.
Melodi dan dia mengambil bagian 'Od' nya saja dengan penekanan di huruf d. yang dalam bahasa inggris artinya aneh.
"Odd..!!" nah kalau diakhiri dengan intonasi tinggi begini, setidaknya aku yakin dia memanggilku. Aku berbalik.
Aku cengo di tempatku berdiri sekarang, cengo dengan pemandangan perut kotak-kotak yang kecokelatan seperti caramel. Dasar selimut nista, kenapa dia melorot disaat yang tidak tepat, saat singa itu sudah membuka mata, aish.
"Sudah aku bilang, jangan perlihatkan wajah menjijikkanmu di depanku," ujarnya sambil mengucek mata.
Aku merapalkan beberapa doa, dan segera membungkuk meminta maaf.
"Maafkan aku tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi, sekali lagi, maafkan aku tuan," aku langsung ngacir keluar dari kamar itu menuju tempat loundry di sebelah dapur.
"Jangan berani perlihatkan wajahmu saat aku sarapan nanti..!!" perintahnya dari dalam kamar.
Aku tiba di dapur setelah dari tempat cucian di sebelahnya. Dan nampaklah Bi Lisa koki di rumah kami dengan tatapan iba melihatku. Hei, aku tahu aku ini kurus ceking, tapi aku masih bisa bernapas normal.
"Bi, sarapan untuk tuan sudah siap kan?" dan Bi Lisa mengangguk mantap. Sip.
"Desi sedang menatanya di meja makan, nyonya," imbuhnya sambil menunjuk ke arah meja makan. Oke.
"Nyonya tidak apa-apa?" tanyanya.
Seisi rumah ini tahu bagaimana perlakuan sang tuan kepadaku, tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Aku tersenyum.
"Ya begitulah bi. Sebentar lagi dia akan keluar makan, aku akan siapkan buah ya Bi," jawabku.
"Tapi nyonya, sungguh, apa nyonya tidak bosan diperlakukan begini? Bibi siap bantu nyonya kapanpun," tanyanya lagi dengan nada khawatir.
Aku tertawa kecil, "Aku kuat kok bi, hehehe."
Ku hembuskan napasku ringan, aku heran, yang sedih siapa, yang dihibur siapa. Sedetik kemudian, kulihat Ina datang dengan raut panik.
"Desi nyonya, Desi kena amukan tuan.." adunya sambil meremas kedua telapak tangannya panik. Aku melongok sedikit melihat ruang makan dan benar sang Tuan sedang mengamuk dengan muka merah padam.
Ku tolehkan wajahku ke Bi Lisa, "Apa makanan sudah sesuai dengan perintah saya Bi?" tanyaku dan di balas anggukan takut-takut.
"Lalu Ina, apa yang salah?" tanyaku pada Ina.
"Pela-- Ah, bukan. Wanita yang dibawa tuan semalam, dia menolak semua makanan di meja karena bisa merusak diet ketatnya,"
"Pelacur itu... yang diberi makan siapa, yang membuatkan makanan siapa," desisku sembari menyingsingkan kedua lengan baju panjang.
Tenang Desi, titisan Wonder Woman siap menolongmu. Persetan dengan larangan yang diucapkan suamiku, menerima pukulan hari ini kedengaran tidak terlalu buruk.
Aku tiba tepat di samping Desi, ku senggol kecil lengannya, dengan kedipan mata ku suruh dia kembali ke dapur.
"Sstt.." ku tangkupkan jari telunjukku di depan bibir agar Desi tak mengeluarkan protesnya. Sekarang dengan mantap aku menghadap suami tampanku.
"Kenapa kau disini, bukankah tadi aku sudah bilang, AKU MUAK MELIHAT MUKAMU.." semburnya seperti semprotan air di keran yang jebol.
Basah kuyup nih aku. Dia berdiri dari kursinya, menamparku dengan sekali pukulan keras. Shit.. kurasakan bau karat di bibirku, pasti sobek. Padahal sobekan yang kemarin belum sembuh seluruhnya.
"Pertama, maafkan aku tuan, aku yang akan menjelaskan. Pelac..c.. ah bukan.. wanita yang anda bawa kemari tidak mengatakan ingin menu seperti apa. Kami sudah berusaha memenuhi keinginannya, tapi kemarin dia setengah sadar akibat mabuk dan hampir pingsan. Jadi kami menyiapkan beragam jenis makanan untuk memperbanyak opsi sesuai kriterianya tuan," jelasku panjang lebar. Suamiku menautkan dua alis sebentar.
"Desi.. tidak usah membuat makanan baru. Dia akan makan makanan ini, atau biarkan dia mati kelaparan," ucapnya dan langsung menyantap kembali makanan yang sudah tersedia di meja makan.
Inilah kelebihan yang ku sukai dari suamiku. Dia tak pernah membuang-buang makanan.
Ya, begitulah aku dan kehidupanku selama hampir dua tahun menjalani biduk rumah tangga bersama suami tampan dan gilaku ini. Diawal pernikahan kami, tidak ada yang aneh, dia sosok lelaki yang gentle.
Tapi semuanya berubah ketika memasuki bulan kedua pernikahan.
.
.
.----to be continued
.
.
Holahaiiii.. ini part awal cerita "Suamiku Back To Normal".. Kalau dilihat dari Blurb sebelumnya, ketebak gak bagaimana kelanjutan kisah Melodi? Hayooo...Semua nama tokoh, penokohan, alur, dan latar hanya fiksi. Jika ada sedikit kesamaan, itu hanya kebetulan semata.. Zy gak punya maksud niru/njiplak/plagiat.. jika ada author yang merasa keberatan dengan alur cerita Zy, Zy mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya, tetep support Zy untuk terus menjadi lebih baik kedepannya dan tetap berkarya di dunia kepenulisan. Thank you 🤗🤗
keep reading, don't forget to like chingudeul.. hwaiting 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]
Misterio / Suspenso#1 thriller 27 September 2018 #1 regret 13 Desember 2018 #1 agen 5 Februari 2019 #1 lust 25 Februari 2019 #1 lose 14 April 2019 #1 marriage 30 April 2019 #1 angst 10 Mei 2019 Semua bermula dari suamiku yang memperlakukanku bak pembantu. Aku tidak b...