27. Romantisme

12.7K 504 9
                                    

Pagi ini Melodi membantu pak Umar membersihkan kolam renang yang dipenuhi daun mengambang. Rayhan sudah berangkat kerja sejak satu jam yang lalu. Daripada bermalas-malas dia berkeliling rumah dan mendapati satu kegiatan menarik, membersihkan kolam.

Tidak ada yang mengiterupsi kegiatannya, kecuali satu suara.

“MELODI…!!” pekik wanita tua yang berstatus mama mertuanya.

Seluruh kegiatan di rumah ini berhenti dalam waktu beberapa detik. Setelah semuanya berjalan normal lagi, sosialita itu berjalan mengitari rumah dan berhenti di kolam renang.

Dia berteriak heboh melihat menantunya memakai celana kolor pendek dan kaos pendek sedang memegang jaring pembersih kolam.

Tidak mau melihat mertuanya terus menerus mengeluarkan polusi suara, Melodi meletakkan jaring, lalu menyalami mama mertuanya.

“Ya ampun menantuku, tanganmu terasa kasar, apa Rayhan tidak mengajakmu ke salon? Aish, anak itu,” gerutu wanita setengah abad itu.

Melodi tertawa miris di dalam hati, dia bahkan dua tahun belakangan tidur di kamar pembantu. Ya, mertuanya hanya tahu Rayhan menjadikannya pancingan untuk penjahat, tapi dia tidak tahu kalau anaknya terlalu mrndalami peran sebagai berandalan.

***

Melodi berjalan aneh karena kedua kakinya terlilit rok mini pilihan mama mertuanya. Mereka sekarang sedang mengunjungi kantor pusat pengembangan teknologi yang dimiliki mertuanya itu.

Merasa cocok dengan disiplin ilmunya saat kuliah yaitu teknik informatika, Melodi tidak menolak bekerja disana. Dia tidak menerapkan sistem nepotisme, terbukti dia menempati bagian terendah dulu karena masih pemula.

Hari-hari Melodi selanjutnya diisi dengan bekerja di perusahaan IT, dia mengundurkan dari klinik milik Feni. Meski diiringi isak tangis, Melodi mencoba tegar dan berjanji pada Feni untuk tetap mengunjunginya. Mama mertuanya juga tiap akhir pekan akan berkunjung sekedar mengajak ke salon bareng saat Rayhan keluar kota.

Tapi sore ini, Melodi ke salon lebih siang, karena kata mertuanya akan ada upacara kenaikan pangkat untuk Rayhan. Hadir sebagai istri seorang abdi negara merupakan satu kehormatan tersendiri.

Melodi dipoles dengan make up natural dan tubuh ringkih yang kini makin berisinya dibalut oleh kebaya biru donker. Sangat serasi dengan jas yang dipakai Rayhan.

Rayhan berjalan beriringan diapit mamanya di sisi kanan dan Melodi di sisi kiri. Pandangan para tamu undangan yang sudah di dalam gedumg teralihkan ke arah Rayhan. Bagaimana tidak, rata-rata mereka sudah berusia 40-an, hanya Rayhan yang berkepala dua.

Upacara sudah selesai, Kirana sudah berbaur dengan ibu-ibu sosialita lain, tinggallah Melodi yang tak mau lepas dari lengan Rayhan. Mereka berjalan-jalan sesekali menyalami. Melodi merasa canggung karena baru pertama kali mendatangi acara seformal ini.

“Rayhan, aku mau ke belakang,” bisik Melodi di telinga Rayhan.

Rayhan mengangguk dan Melodi langsung berlari kecil ke WC. Melodi kembali ke gedung utama dengan berlari-lari kecil, tapi rok kebayanya yang sempit menghambat geraknya, alhasil dia kesandung kakinya sendiri.

‘HAP’

Dia jatuh tepat di dalam pelukan Rayhan. Rayhan menatapnya dalam, tapi Melodi sadar akan posisi mereka dan dimana mereka berada. Melodi langsung berdiri tegak lalu merapikan baju dan rambutnya yang disanggul. Dia tersenyum canggung melihat ibu-ibu yang menatapnya geli. Dia dan Rayhan adalah pasangan termuda di sana, wajar jadi bahan pembicaraan.

“Hei anak muda, kenapa kamu tidak cium dia di tempat umum, huh?” colek Kirana di pinggang Melodi, membuat menantunya itu malu sendiri.

“Kami tidak mengumbar kemesraan di tempat umum, Ma,” ucap Rayhan yang berjalan dari arah belakang, langsung memeluk pinggang Melodi.

Melodi berdecih di tempatnya, apaan tidak mengumbar kemesraan di tempat umum, terus itu tangan kenapa nakal sekali. Dari pinggang naik terus ke atas.

“Hayyah, anak muda. Kasihan aku yang harus mendapat pemandangan senonoh di usiaku sekarang, sepertinya kalian harus segera pulang dan buatkan aku cucu,”  gerutu Kirana sambil berlalu.

Sesuai saran Kirana, mereka segera pulang karena memang sudah lewat tengah malam. Sesampainya di kamar, Melodi memeluk Rayhan seolah Rayhan akan hilang jika dia melepas pelukannya. Melodi membaui aroma pinus dan mint yang menguar dari tubuh Rayhan.

Dia melepas topi Rayhan, merambat terus ke bawah, melepas satu-satu lencana, deretan bintang dan papan nama bertuliskan ‘Rayhan Nurpati’.

Rayhan pun melakukan hal serupa. Dimulai dari sanggul, turun satu-satu mengarah ke selendang dan kancing kebaya.

Melodi merasakan dinginnya AC dan baru sadar dirinya sudah topless, merasa keadilan harus ditegakkan, dia segera melepas kancing kemeja Rayhan pula. Tapi baru dua kancing terlepas, dering smartphone membuyarkan kegiatan mereka. Melodi merengut sebal apalagi ketika Rayhan lebih memilih duduk menekuri kertas-kertas itu.

Dia sangsi akan menghapus seluruh kontak di smartphone Rayhan. Melodi menggerutu sebal karena interupsi panggilan orang seberang. Kegiatannya 'membuat cucu buat mama' terancam gagal kalau terus diinterupsi begini. Huh.

Melodi memilih mandi. Setelah selesai, masih memakai bathrobe, dia berjalan ke arah lemari.  Memeriksa koleksi lingerie pemberian mertuanya dan mendapatai dua yang masih baru.

“Rayhan, aku akan bagus memakai yang ada ekornya atau yang merah berbulu ini?” tanyanya memegang dua lingerie.

Rayhan hanya melirik sedikit.

“Yang hitam terlihat baru,” gumamnya melanjutkan kencannya dengan kertas laknat itu.

“Aku rasa lebih baik telanjang saja,” dengus Melodi mengembalikan kedua lingerie ke lemari.

Dia melepas ikatan bathrobe-nya menyisakan G-string hitam transparan lalu berjalan menaiki ranjang dan tidur membelakangi meja kerja Rayhan.

Rayhan yang merasa terusik, mendatangi ranjang lalu menyelimuti tubuh yang hanya berbalut seonggok kain bernama G-string. Dia mengelus rambut Melodi dan mengecup dahinya. Pundak Melodi bergetar menandakan ia sedang menangis dalam diam. Rayhan berbalik lagi, dia mematikan lampu di meja kerjanya.

Berbaring di sebelah Melodi tanpa melakukan apapun. Dia tidak mengerti tingkah wanita yang sedang merajuk. Rayhan mengulurkan smartphone-nya ke arah Melodi, “Bukalah.”

Melodi berbalik dengan antusias, mengambil smartphone itu tapi langsung berubah cemberut ketika ada perintah memasukkan password.

“Sandinya DDO,” jawab Rayhan bahkan sebelum Melodi bicara.

Melodi heran, bisa saja Rayhan mengambil smartphone-nya, memasukkan sandi, lalu memberikannya, tapi Rayhan malah memberi tahu sandi smartphone-nya. Melodi langsung membuka log panggilan, dan mendapati hanya nama mama mertuanya dan jenderal Gi disana.

Melodi mengembalikan smartphone itu ke Rayhan dan meminta maaf.

"Maafkan aku Rayhan"

Rayhan hanya tersenyum teduh dan mengacak rambut Melodi.

"Kenapa kau tidak memakai baju, gadis nakal?" tanya Rayhan sambil mencubit pinggang Melodi.
Melodi terkekeh dan menyerukkan kepalanya ke dada Rayhan. Malam itu menjadi malam yang begitu panjang bagi keduanya.

Letupan cinta mengiringi desahan yang menggema di setiap sudut kamar. Gemericik air hujan dari luar menambah suasana romantisme diantara keduanya.

----TBC

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang