31. Pregnant

14.1K 517 20
                                    

Sebut saja insting ibu hamil muda. Rayhan mengacak rambutnya kasar. Bagaimana tidak? Melodi ingin mangga muda yang di depan rumah duta besar Korea Selatan.

Tak ingin mengganggu tengah malam, Rayhan membeli mangga muda di pasar subuh berjarak 2 km dari rumahnya dan Melodi menangis menolaknya. Dia bilang mangga yang dia mau bentuknya agak bulat dan kulitnya hijau pekat. Bah, apa bedanya semua mangga.

Melodi bersiap menumpahkan air mata, dan Rayhan memilih keluar kamar.

Dia mengajak pak Umar untuk membawa tangga lipat ke depan rumah duta besar yang berjarak 5 rumah dari rumahnya. Melodi tersenyum geli menatap suaminya dari balkon lantai dua.

Setibanya di lokasi, Rayhan memanjat tangga dan menggapai pohon mangga yang ada di dalam pagar itu.

“Musun iriya?” tanya seorang perempuan dari dalam.

“Em.. I’m sorry madam. Let me pick your unripe mango, my wife want it. She’s pregnant,” jelas Rayhan sambil menggaruk tengkuk.

Go down, I have some in refrigerator, come in,” ujar wanita yang mungkin istri sang duta besar.

***

Rayhan menatap Melodi sambil tersenyum kecil, perjuangannya malam ini tidak sia-sia, Melodi makan mangga yang diyakininya sangat masam itu dengan lahap.

Beberapa hari terakhir, dia susah makan dan melihatnya makan lahap, Rayhan merasa rela manjat pohon tiap hari.

Dia meraba perut yang sudah mulai membuncit itu dengan sayang. Usia jagoannya sudah memasuki bulan ke empat. Entah hanya perasaan Rayhan atau memang kenyataan, dia menilai Melodi makin seksi.

Apalagi kalau dia memaksakan untuk memakai pakaian sebelum hamil. Dada dan bokongnya akan menyembul sangat sintal. Rayhan bahkan harus mandi sabun karena Melodi masih enggan berdekatan dengannya. Katanya dia akan mual jika mencium aroma Rayhan.

Kirana pun memutuskan untuk tinggal di rumah putra bungsunya itu, sekedar mengontrol anak amatirannya. Melodi tetap bekerja, Rayhan juga tidak melarang, toh dia akan lebih sehat jika banyak gerak.

“Aku mau kamu ikut makan,” gumam melodi menunjuk satu potongan yang tersisa di piring.

Rayhan bergidik ngeri jika lidahnya menyentuh makanan masam itu, pasti sangat tidak enak. Tapi dia memaksakan diri karena Melodi menatapnya dengan mata memohon. Baru di gigitan pertama, Rayhan berlari ke wastafel dan memuntahkan mangga itu.
Bukan hanya mangga, isi perutnya juga ikut keluar semua.

Dokter tempatnya berkonsultasi seminggu lalu pernah memperingatkan kemungkinan berpindahnya mual dari ibu ke ayah janin. Dan itu yang terjadi sekarang padanya.

Melodi bangun tidur dengan wajah segar dan mata berbinar. Kirana bahkan sampai berjingkrak kegirangan karena beberapa bulan terakhir menantunya itu terlihat kesusahan dengan wajah pucat pasi, tapi melihatnya baik, Kirana menaruh curiga terhadap kondisi putranya.

Benar saja, Rayhan berjalan ke meja makan dengan mata berkantung dan rambut yang belum di tata. Kirana tertawa terbahak-bahak saat Rayhan memuntahkan nasi tepat setelah suapan pertama. Melodi meringis polos melihat kejadian itu.

“Mam.. sepertinya aku yang harus minum susu ibu hamil, aku tidak ada tenaga dan nafsu makan,” ujarnya polos.

“Itu pertanda anakmu akan sangat mirip denganmu nanti, hahaha” ujar Kirana masih dengan sisa-sisa tawanya.

Selesai sarapan, Rayhan menuntun Melodi memasuki kamarnya. Melodi membawa semangkuk bubur ayam ke kamar. Dia tahu betul bagaimana suaminya akan merajuk, yah, pastinya tidak akan jauh-jauh dari hal yang mesum.

“Suapi aku Melodi,” bisik Rayhan ketika keduanya sudah duduk di sofa.

Melodi menyendok bubur beserta lauknya dalam satu sendok penuh. Sendok itu hampir menyentuh bibir Rayhan tapi tangannya mencegat gerakan Melodi. Rayhan menggeleng pelan, menyentuh bibir Melodi dengan telunjuknya.

“suapi aku pakai ini.”

Melodi memutar matanya malas. Dia melahap satu sendok full lalu memiringkan kepalanya mencium Rayhan. Rayhan menyambut bibir Melodi dengan gerakan beringas. Dia membalas kecupan Melodi dengan lumatan hangat.

Hal itu berulang terus hingga mangkok itu bersih tiada bersisa. Nah, di suapan terakhir, Rayhan bertindak nakal. Bibirnya melumat bibir Melodi dan dua tangannya meremas puncak gunung kembar Melodi keras.

Melodi yang kaget hendak melepas tautan bibir mereka, tapi Rayhan menolak dengan mencengkeram tengkuk Melodi dengan satu tangannya yang bebas.

“Akh..” pekik Rayhan memegang bibir bawahnya yang digigit Melodi.

“Ayolah Rayhan, 15 menit lagi jam 8, kau tidak mau terlambatkan?” ujar Melodi menunjuk jam di nakas samping.

Persetan dengan terlambat, dia hari ini bukan ke kantor tapi menghadap Jenderal Gi untuk menanyakan perkembangan kasus Tereshia. Apa komentarnya jika melihat Rayhan dengan bibir sobek begini. Rayhan mencengkeram pergelangan tangan Melodi agar wanita hamil itu tidak kabur.

“Kamu harus bertanggung jawab Melodi,” desisnya sambil memanyunkan bibir.

“Tanggung jawab? Seperti ini?” tanya Melodi sambil merangkulkan kedua lengannya di leher Rayhan, bibirnya menyecap bibir bawah Rayhan yang berdarah.

“Ku dengar, air liur dapat membantu proses penyembuhan luka,” bisiknya dengan napas yang tersengal.

“Alasan macam apa itu, aku punya banyak air liur sendiri, tanpa kau beri pun,” tukas Rayhan sambil mengelap sudut bibirnya.

***

Tatapan orang-orang di rumah ini saat melihatnya keluar dari kamar membuat Rayhan memilih untuk berdiam diri di kandang singa saja. Kasak kusuk asistennya mengucapkan kata “hot”, “panas”, “buas” beberapa kali.

Melodi hanya tersenyum ramah dan melenggang memasuki mobil terlebih dahulu.

Puncaknya adalah saat atasannya melihatnya dengan bibir berkedut. Pria separuh baya yang dipanggilnya jenderal Gi itu, bahkan sampai harus menggigit kepalan tangannya sendiri untuk menahan tawa.

“Bibirmu menabrak apa Rayhan?” tanya jenderal Gi setelah mampu mengontrol ekspresinya.

“Menabrak bibir Melodi,” ujarnya dingin. Jendral Gi mengangguk sekali.

“Ku dengar, Tereshia mengalami kebangrutan dalam waktu semalam? Apa itu ulahmu?” tanyanya tegas.

“Lebih tepatnya, Mama Kirana sang penggila IT dalangnya,” ujar Rayhan sambil menatap ke luar jendela.

“Baguslah, kau tidak perlu mengotori tanganmu. Dia sudah diringkus, agak susah melakukan pembelaan karena dia tidak mampu menyewa pengacara pribadi. Aku suka jalan pikiranmu Rayhan,” jelasnya dan Rayhan mengangguk paham.

“Tidak ada perintah untukmu hingga setahun kedepan. Kerjamu kali ini sangat brilian. Bersiaplah menyambut anakmu,” perintah Jenderal Gi menepuk pundak Rayhan.

----TBC

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang