36

5.5K 842 84
                                    

Hanif bersama dengan (namakamu) berada dikedai biasa mereka datangi.

"aku mau ngomong serius" Hanif menatap lekat (namakamu).

Dan (namakamu) juga menatap Hanif dengan serius.

"kamu beneran ngambil kuliah di amrik?" tanya (namakamu) langsung kepada Hanif.

Hanif menghela nafas beratnya, dan menganggukan kepalanya. Genggamanya semakin erat.

"aku juga tau kamu mau kuliah di inggris?" Hanif bertanya kepada (namakamu).

"iya."

"hmm, ternyata memang aku hanya bisa ngejaga kamu sampai disini" Hanif menundukan kepalanya sebentar dan mendongakan kembali.

(namakamu) menundukan kepalanya sebentar.

"keputusan ini udah kita bicarain beberapa bulan lalu, aku ga mau ngasih janji sama kamu karena kuliah aku. Yang aku takut bukan kamu ga setia atau aku yang ga setia. Tapi takdir yang ga setia sama kita" papar Hanif.

(namakamu) menganggukan kepalanya. Ia paham keputusanya dengan Hanif yang sudah dibicaran beberapa bulan lalu.

"gua tau, kita juga ga akan ada waktu sama-sama lagi. Yang gua mau, jangan benci gua. Tetep jadi sahabat gua ya" tambah hanif

"tanpa lo minta, gue ga akan pernah benci lo. Lelaki yang mau nungguin gue selama ini, gue cuma bisa berdoa semoga nanti pas lu udah pacaran jangan lupa kenalin ke gue" (namakamu) menggenggam tangan Hanif dan mengelusnya.

"sahabat?" jari kelingking Hanif dan (namakamu) bertautan.

"cari cowo yang bener, kabarin gua kalo cowoknya nakal" ujar Hanif dengan kekehannya.

Meski sebenarnya berat bagi hanif melepas gadis yang selama ini ia perjuangkan, namun ia tak mau memberi harapan kepada (namakamu).

Ia masih ingin bersama gadis ini, namun Tuhan memiliki rencana lebih baik dari ini.

Pacaran belum tentu menikah, namun sahabat bisa jadi menikah bukan?

"gue bakal kabarin lo kalo gue punya cowo, terus gue bakal pamer deh ke elo" kekeh (namakamu).

"iya pamer aja, nanti juga gua bakal pamer ke lu" Hanif mengacak-acak rambutnya.

"besok gua berangkat lu mau ngenter gua apa kaga?" tanya Hanif mengambil ponselnya dari sakunya.

"jemput tapi"

"iya, kalo kaga lupa ya gua" Hanif memamerkan jajaran gigi putihnya.

Setelah pembicaran mereka yang mengakhiri, eh bukan lebih tepatnya menggantinya kembali menjadi sahabat.

Hanif dan (namakamu) juga tak terlalu mempermasalahn hubungan, jika Tuhan menghendaki mereka untuk bersatu dipernikah mereka juga tak akan menyalahkan takdir.

***

"lu putus sama (namakamu)?" tanya lelaki dihadapan Hanif.

"lebih tepatnya gua ubah status doang" kekeh Hanif.

Lelaki itu meminum coffee latte. Ia menganggukan kepalanyanya.

"lu mau deketin (namakamu) lagi?" tanya Hanif.

''gua belum bisa, gua masih punya cewe. Dia yang dapetin first kiss gua, lucu ya gua dikira lugu lah, polos lah bisa cium cewek" kekeh lelaki itu.

"gua juga ga nyangka, tapi gua ngerti perbadaan usa sama indonesia baal" Hanif menepuk bahunya.

Iqbaal yang bersama Hanif, mereka berdua berjanjian.

BUKTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang